Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Bersalam Salaman: Tradisi Silaturahmi di Kedungwuni pada Hari Raya Idul Fitri
21 April 2025 14:59 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berliana Risqilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hari Raya Idul Fitri merupakan suatu perayaan besar yang menjadi momen kemenangan bagi seluruh umat muslim. Momen ini dicapai setelah umat muslim menjalankan ibadah puasa dengan berjuang mengendalikan nafsu dan berbagai keburukan di bulan Ramadhan. Merayakan Idul Fitri dimana umat Muslim kembali kepada fitrah setelah berpuasa. Fitrah bermakna asal kejadian, kesucian dan keberagaman yang lurus.

Momentum perayaan Idul Fitri di tahun 2025 masyarakat di Kedungwuni Pekalongan lebih bebas dari tahun lalu, dikarenakan sudah tidak adanya wabah penyakit yang menjadi penghalang untuk kumpul bersama sama saat Idul Fitri. Terdapat sebuah tradisi yang melekat dari perayaan Idul Fitri, yaitu Tradisi Salam Salaman setalah sholat Idul Fitri. Tradisi ini masih bisa dilakukan kembali oleh masyarakat di Kedungwuni dengan saudara ataupun tetangga. Tradisi yang penuh makna sebagai bentuk silaturahmi dan saling memaafkan antar sesama. Tradisi Salam Salaman tidak hanya menjadi simbol pemaafan, tetapi juga mengndung makna mendalam memperat tali persaudaraan antar sesama individu masyarakat Kedungwuni.
ADVERTISEMENT
Setelah selesai melaksanakan sholat Idul Fitri di Masjid An-Nur dan sebelum meninggalkan masjid, masyarakat kedungwuni memulai untuk bersalam salaman antar satu sama lain, baik dengan masyarakat setempat, keluarga, tetangga, maupun orang lain yang baru di kenal usai melaksanakan sholat Idul Fitri. Tidak hanya saling bersalam salaman saja, mereka juga menyertakan ucapan “ Minal Aidzin Wal Faidzin, “ yang berarti “ Semoga kita semua kembali kepada fitrah dan mendapatkan kemenangan. “
Salam salaman ini merupakan suatu simbol dari sikap saling memaafkan, karena setiap individu yang terlibat dalam tradisi ini sadar bahwa Idul Fitri adalah waktu yang sangat tepat untuk membersihkan hati, menghilangkan rasa kebencian dan memperbaiki hubungan antar sesama. Meskipun tidak sungkan ketika bersalaman dengan orang yang belum begitu kenal, namun tradisi ini mengajarkan umat Islam di Kedungwuni untuk membuka diri, memperat hubungan social, dan membangun rasa kebersamaan yang lebih kuat dalam masyarakat sekitar.
ADVERTISEMENT
Selain itu, tradisi salam salaman juga menjadi ajang untuk menjalin silaturahmi antara generasi yang lebih tua dengan generasi muda. Anak anak yang masih kecil atau remaja diajarkan untuk saling menghormati dan mengahargai orang yang lebih tua. Hal itu menciptakan suasana yang penuh dengan kebahagiaan dan kebersamaan.
Pentingnya tradisi ini dalam suatu kehidupan sosial di daerah Kedungwuni dapat dilihat dari bagaimana masyarakat sekitar saling menghargai serta menghormati dalam menjaga tali silaturahmi antar sesama. Di era yang modern seperti sekarang yang di dalamnya terdapat perkembangan teknologi dan mobilitas yang tinggi, tradisi salam salaman tetap dipertahankan sebagai bentuk budaya yang penuh makna.
Dengan demikian, tradisi salam salaman setelah sholat Idul Fitri di masjid An-Nur. Bukan sekedar tradisi seremonial semata, melainkan sebuah tradisi yang menyatukan umat Muslim dalam semangat kebersamaan, saling memaafkan dan memperkuat ikatan sosial di tengah perayaan Idul Fitri yang penuh berkah. Dalam konteks yang luas, tradisi ini adalah cara masyarakat Kedungwuni untuk merayakan kebersamaan dalam keberagaman, serta memperkuat nilai nilai saling menghormati dan menghargai antar sesama manusia.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, tradisi salam salaman setelah sholat Idul Fitri di Kedungwuni bukan hanya tentang tradisi biasa, tetapi juga tentang menghidupkan nilai nilai kemanusiaan yang menjadikan umat Muslim lebih dekat satu sama lain.