Konten dari Pengguna

Perkembangan Dinamika Perdagangan Afrika dengan AS antara AGOA dan Negara BRICS

Berliana Angelica Sihite
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Kristen Indonesia
28 Oktober 2024 12:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berliana Angelica Sihite tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hubungan perdagangan Amerika dan Afrika telah berubah secara signifikan dimulai sejak munculnya Undang - Undang African Growth and Opportunity Act (AGOA) dan munculnya negara - negara BRICS ( Brasil, Rusia , India, Cina, dan di antara) sebagai mitra dagang alternatif bagi Afrika. AGOA, yang pertama kali didirikan pada tahun 2000 , menyediakan akses bebas bea ke produk Afrika di pasar AS sebagai sarana peningkatan pertumbuhan ekonomi dan hubungan antar - regional. Akan tetapi, karena industri AS​ menjadi lebih berfokus pada keberlanjutan dan keamanan, Keberlanjutan AGOA semakin diragukan.
gambar ilustrasi Ekspansi BRICS | foto by: Dw
zoom-in-whitePerbesar
gambar ilustrasi Ekspansi BRICS | foto by: Dw
Sejumlah negara Afrika, termasuk Gabon, Niger, dan Uganda, dikeluarkan dari program AGOA pada tahun 2024 karena masalah hak asasi manusia dan demokrasi yang tidak memenuhi standar AS. Hal ini menjadikan pendekatan AS yang lebih ketat dalam hal tata kelola dan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam perdagangan. Hal ini semakin mempengaruhi kelangsungan AGOA bagi negara-negara yang tidak sepenuhnya bertentangan dengan kepentingan geopolitik Amerika Serikat. Selain itu peraturan terbaru yang diumumkan di Kongres AS melalui RUU AGOA Renewal and Improvement Act of 2024. mengusulkan untuk melakukan perpanjangan program sampai tahun 2041, tetapi lebih ketat bagi negara - negara yang akan mendapat manfaat darinya.
ADVERTISEMENT
gambar ilustrasi forum AGOA | foto by: AGOA info
Sementara itu negara - negara Afrika mulai mempertimbangkan BRICS sebagai pengganti atau sebagai alternatif untuk meningkatkan jaringan perdagangan.​​ BRIC yang semakin menarik bagi Afrika, menawarkan akses ke pasar yang lebih besar dan lebih fleksibel daripada Amerika Serikat. Penataan ulang ini terjadi bersamaan dengan meningkatnya daya tarik negara-negara BRICS sebagai mitra perdagangan alternatif bagi Afrika. BRICS memberikan peluang baru dalam bentuk akses pasar dan kerjasama yang lebih fleksibel, tanpa prasyarat politik yang sering menjadi syarat dari negara-negara Barat. Misalnya,China melalui program Belt and Road Initiative (BRI) telah menanamkan investasi besar di sektor infrastruktur Afrika, sementara India memperluas infrastruktur dengan Afrika dalam perdagangan produk pertanian dan farmasi. Pada Konferensi BRICS terbaru, aliansi ini bahkan menyetujui perluasan anggota, yang membuka pintu bagi negara-negara Afrika untuk memiliki suara lebih besar dalam organisasi internasional.
gambar ilustrasi rute belt and road Initiative | foto by: democracy news
Selain itu juga Negara Negara BRICS secara aktif mempromosikan kerja sama ekonomi melalui Bank BRICS dan inisiatif yang mendukung pengembangan infrastruktur dan investasi di sektor energi dan digitalisasi di Afrika. Dengan pendekatan pendekatan yang lebih komprehensif, BRICS dapat membantu negara-negara Afrika yang memiliki hubungan bisnis yang kuat dan terikat dengan AS oleh syarat-syarat politik dan keamanan. Kombinasi dari perubahan AGOA dan meningkatnya minat Afrika terhadap BRICS menggambarkan arah baru perdagangan Afrika di tengah kompetisi geopolitik global. Jika BRICS berhasil menawarkan kerja sama yang lebih menguntungkan tanpa banyak syarat politik, ini bisa memengaruhi posisi Amerika Serikat sebagai mitra dagang utama Afrika di masa depan.
ADVERTISEMENT