Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Mengenali Lebih Dekat Karakter Perfeksionisme
20 Desember 2022 15:07 WIB
Tulisan dari Berlian Alya Nurhazhizha Budiarto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Apa yang terlintas dalam pikiran kamu saat mendengar kata perfeksionisme? Kepribadian yang memiliki persepsi bahwa semuanya harus sempurna tanpa celah? Jika berbicara mengenai sifat perfeksionisme, tentunya tidak pernah lepas dari individu yang memiliki hasrat untuk menetapkan, mencapai standar diri, dan meraih keberhasilan yang sangat tinggi.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, ia selalu merasa tidak puas terhadap sesuatu. Ia selalu terbayang oleh perasaan gagal karena ketidaksempurnaan. Hal ini akan menyebabkan dirinya merasa tidak pantas dan tidak berarti. Mengapa bisa begitu? Tenang, marilah kita berkenalan dengan sifat perfeksionisme hari ini.
Memaknai Sekilas tentang Perfeksionisme
Menurut Hewitt dan Flett (1996), istilah perfeksionisme merupakan keinginan untuk mencapai kesempurnaan yang diikuti dengan mematok standar tertinggi untuk diri sendiri maupun orang lain. Ia mempercayai bahwa orang lain memiliki harapan berupa kesempurnaan untuk dirinya.
Individu tersebut dinilai terlalu kritis dalam mengevaluasi diri sendiri dan memiliki kekhawatiran berlebih terkait dengan penilaian dari orang lain. Tidak hanya itu, pribadi yang memiliki sifat perfeksionisme akan merasa cemas ketika individu tersebut dianggap gagal dalam melakukan pekerjaannya.
ADVERTISEMENT
Apa yang Menyebabkan Individu Menjadi Seorang Perfeksionis?
Menurut Ratna (2012), faktor yang mempengaruhi individu menjadi seorang perfeksionis adalah adanya harapan yang tinggi dari diri sendiri maupun orang lain untuk mengusahakan sesuatu dengan sebaik mungkin. Hal tersebut dilakukan supaya dapat mencapai harapan yang diinginkan.
Memiliki self-efficacy yang tinggi juga mempengaruhi individu menjadi seorang perfeksionis karena ia akan menyelesaikan segalanya dengan baik dan memiliki keyakinan terhadap diri sendiri. Oleh karena itu, ia tidak mempercayai sesuatu yang dikerjakan oleh orang lain.
Selanjutnya, seorang anak pastinya selalu meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya, bukan? Nah, memiliki sifat perfeksionisme yang dimiliki orang tua akan ditiru oleh sang anak melalui proses modelling sebagai acuan untuk mencari jati dirinya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, orang tua yang memiliki sifat perfeksionisme akan menuntut anaknya untuk menjadi yang terbaik dari segala aspek manapun. Pastinya, ada sistem reward dan punishment atas hasil yang diperoleh sehingga sang anak berusaha semaksimal mungkin tanpa adanya celah dalam setiap prosesnya.
Faktor lingkungan yang kompetitif juga mempengaruhi individu menjadi seorang perfeksionisme. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Hal ini dikarenakan keberadaan seseorang akan lebih berharga jika ia berhasil melakukan sesuatu sesuai dengan harapan sekitarnya. Akibatnya, individu tersebut mengejar untuk menjadi yang lebih unggul dan tidak mau terkalahkan oleh siapapun.
Menjadi seorang perfeksionis tidak selamanya merupakan hal yang baik. Perfeksionis akan mengubah seseorang menjadi kurang percaya diri akibat perasaan takut gagal yang melingkupinya terhadap hasil pekerjaan. Hal tersebut menyulitkan fokus individu, membuat tidak nyaman, hingga menimbulkan rasa frustasi. Alhasil, individu tersebut tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat waktu.
ADVERTISEMENT
Peristiwa yang tidak sesuai dengan ekspektasinya membuat individu selalu menyalahkan diri atas kegagalan yang terjadi. Individu tersebut menjadi stres hingga depresi jika hal tersebut terus-menerus terjadi.
Jika Aku adalah Seorang Perfeksionis, Bagaimana Cara Mengatasinya?
Bagaimana perasaanmu ketika terbayang-bayang oleh hasil pekerjaanmu nantinya? Kamu merasa tidak tenang hingga sulit untuk tertidur hanya memikirkan hal tersebut, kan? Tenang, bukankah setiap permasalahan akan ada solusinya? Tentu saja, ada banyak hal yang dapat kamu lakukan jika kamu adalah seorang perfeksionis.
1. Jadilah Individu yang Realistis
Seseorang yang menerapkan pola berpikir realistis akan menyadari bahwa tidak semua hal yang ada di dunia ini menuntut kesempurnaan. Manusia itu tidak ada yang sempurna. Ingatlah bahwa kamu sudah melakukan semuanya dengan baik sesuai dengan kemampuanmu.
ADVERTISEMENT
2. Belajarlah untuk Berdamai dan Berkompromi dengan Diri Sendiri
Kamu boleh memiliki target yang setinggi-tingginya karena hal tersebut bukanlah sesuatu yang buruk. Akan tetapi, ketidaksesuaian antara kenyataan dan harapan inilah yang harus kamu coba untuk pahami. Mulailah untuk menurunkan standar agar kamu tidak lelah sendiri kedepannya. Cobalah memahami kondisi sekitarmu dengan berhenti menuntut sekelilingmu untuk melakukan hal yang sama denganmu.
3. Mulai Melihat Semua Hal dari Sudut Pandang Lain
Belajarlah untuk melihat segala sesuatu dari sudut pandang orang lain dimulai dari hal yang sederhana. Seperti contohnya, ketika kamu menerima hasil ujianmu dan tidak mendapatkan nilai yang sesuai dengan harapan. Seorang perfeksionis akan merasa frustasi dengan hal tersebut.
Bagaimana dengan sikap orang lain yang mendapat nilai lebih rendah darimu? Apakah sama denganmu atau justru berusaha untuk berpikir positif? Ingat, tidak mendapat nilai yang baik sesekali itu tidak akan membuat duniamu hancur sekejap.
ADVERTISEMENT
Sifat perfeksionisme yang melekat di dalam diri seseorang tidak selamanya membawa keberuntungan. Ingatlah bahwa kehidupan tidak selalu berjalan dengan mulus, ada peristiwa terkait kegagalan yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar dan dapat dimaafkan sesekali dengan evaluasi diri bukan menyalahkan diri.
Kita tetaplah manusia dan setiap manusia tentu pernah berbuat suatu kesalahan dan kekhilafan. Jadi, cobalah untuk memperbanyak kata maaf atas kesalahanmu pada diri sendiri apabila melompat jauh dari ekspektasi. Maafkanlah, ya?