Penambang Belerang Ijen: Keperkasaan di Balik Eksotisme Ijen

Konten dari Pengguna
24 Juli 2017 20:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bernardus Andriananta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Malam menunjukan pukul 1 dini hari. Suhu udara sangat dingin cukup menusuk ke tulang. Pendakian menuju kawah gunung Ijen baru dibuka pukul 02.00 dini hari. Tapi dari jauh sudah terlihat kesibukan para penambang belerang gunung Ijen. Jalur yang dilalui untuk mencapai kawah gunung Ijen cukup terjal dan licin. Dibutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk mencapai kawah gunung Ijen dari bumi perkemahan Paltuding atau titik awal pendakian.
ADVERTISEMENT
Menikmati Kawah Ijen (Foto: Akbar Ramadhan/kumparan)
Ketika berada di sekitar kawah Ijen, bau belerang sangat menyengat. Bahkan banyak pengunjung yang harus menggunakan masker khusus untuk menghindari asap beracun yang dikeluarkan dari kawah Ijen. Namun ditengah berbahayanya asap dan bau belerang terlihat para penambang dengan berani mendekati bibir kawah untuk menambang belerang. Sebuah pekerjaan yang sangat membahayakan dan beresiko tinggi karena asap beracun yang dikeluarkan belerang yang dapat membunuh mereka kapanpun. Mereka hanya bermodalkan jaket tipis, senter dan tidak menggunakan masker ketika melakukan aktivitas penambangan. Beban hasil tambang yang mereka pikul pun sangatlah berat, sekitar 70-80 Kg.
Penambang belerang Kawah Ijen (Foto: Afandi Ahmad/pixabay)
Di tengah hiruk pikuk pengunjung yang ingin melihat fenomena blue fire kawah Ijen, para penambang terlihat dengan sabar mengangkut hasil tambang belerang dengan medan yang berbatu Dan terjal. Menurut Suryadi, salah seorang penambang belerang yang juga bekerja di salah satu resort di kaki gunung Ijen, biasanya penambang belerang mampu mengangkut beban sekitar 75 Kg untuk sekali perjalanan. Ketika tubuh mereka sehat biasanya seorang penambang bisa melakukan 2 kali pengangkutan sehari. Untuk setiap hasil angkutan mereka dihargai Rp. 1.025 per KG oleh pengepul. Kemudian hasil tambang tersebut dibawa ke sebuah perusahaan yang terletak di Desa Taman Sari, Kabupaten Banyuwangi untuk kemudian diolah kembali untuk kebutuhan kimia, pabrik gula. Biasanya untuk mencari tambahan, para penambang membuat aneka bentuk souvenir olahan yang unik dari belerang dan dijajakan kepada para wisatawan di gunung Ijen.
ADVERTISEMENT