Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Munculnya Pemimpin dari Kalangan Selebriti
7 Maret 2018 14:34 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
Tulisan dari Anak Negeri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Selamat di Indonesia! ketika popularitas dimanfaatkan sebesar - besarnya untuk keuntungan diri sendiri, termasuk menjadi pejabat publik secara instan. Miris memang, di negara sebesar ini dengan segala macam problematikanya, para pejabatnya hanya mengandalkan kepopulerannya saja untuk bisa dipilih oleh rakyat di balik bilik suara.
ADVERTISEMENT
Gak salah memang, karena bisa jadi rakyat juga tidak memahami efeknya jika orang yang tidak ahlinya diberikan amanah yang begitu besar. Seharusnya, memilih calon pemimpin yang kredibel dan berkompeten itu menjadi tanggung jawabnya para partai politik yang mengusung dan menawarkan calon - calon kepala daerah itu kepada masyarakat.
Pemilu pada dasarnya tidak hanya berbicara tentang memilih calon pemimpin saja, melainkan juga mendidik masyarakat untuk memilih pemegang amanah yang tepat untuk mengatasi permasalahan di daerahnya.
Matinya Potensi Besar Akibat Popularitas
Salah satu dampak terbesar majunya para selebritis dan artis ke bidang politik adalah tertutupnya peluang berpolitik bagi sosok - sosok yang sebenarnya lebih layak dan punya potensi untuk mengelola pemerintahan. Lantaran tidak sepopuler artis, putra - putri terbaik negeri ini yang sebenarnya lebih punya potensi untuk memimpin akhirnya tenggelam dimakan popularitas para artis yang haus kekuasaan dan aji mumpung ini.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, para artis yang terbiasa hidup glamour dan mewah inilah yang akhirnya duduk jadi pejabat. Alhasil, bukannya cakap dalam pengelolaan, namun yang terjadinya lebih banyak yang berakhir pada kegagalan, akibat ketidakmampuan mereka dalam pemerintahan.
Beberapa di antara mereka tidak sedikit yang berakhir di jeruji besi akibat kasus korupsi, hingga membuat malu rakyatnya karena tidak paham keprotokoleran dalam sistem pemerintahan. Sayangnya, banyak masyarakat yang masih awam dan memilih pejabat atas dasar kesukaan pada sosoknya bukan kemampuannya.
Dari sini harusnya kita belajar untuk lebih berbenah lagi dalam memilih calon pemimpin kedepannya. Jangan lagi kita tertipu pada popularitas semata, sehingga mematikan langkah sosok - sosok terbaik yang sebenarnya lebih berhak dan layak untuk dipilih rakyat sebagai kepala daerah.
ADVERTISEMENT
Sekali lagi penting untuk kita camkan bersama, pemimpin itu bukan artis, tapi pelayan rakyat.