Konten dari Pengguna

Budaya "Bohong" Jepang, "Honne dan Tatemae"

Bertha Vallencia Hermawan
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Jepang, Universitas Airlangga
10 Oktober 2024 17:10 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bertha Vallencia Hermawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jepang dikenal sebagai negara yang masyarakatnya menjunjung tinggi kejujuran, namun tahukah adanya konsep honne dan tatemae yang dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari sebenarnya adalah bagian dari sebuah "kebohongan"?
ADVERTISEMENT
Jepang merupakan negara yang mengutamakan harmoni terjaga dalam kehidupan sehari-hari mereka. Harmoni yang dimaksud adalah tentang bagaimana perbuatan dan sikap yang harus dilakukan demi menjaga perasaan orang lain sekaligus tidak menimbulkan konflik yang dapat menghancurkan harmoni tersebut.
Dalam melakukan perbuatan ini, terdapat konsep yang bernama honne dan tatemae. Konsep ini berisi bagaimana orang Jepang cenderung berhati-hati dengan lawan bicara dan bagaimana oraang Jepang memposisikan dirinya dalam bermasyarakat. Konsep ini sangat penting dalam kehidupan sosial orang Jepang. Ada perbedaan penerapan antara honne dan tatemae, perbedaan mendasar adalah kepada siapa honne ditunjukkan dan kepada siapa pula tatemae ditunjukkan.

KONSEP HONNE

Honne dan tatemae erat kaitannya dengan konsep uchi-soto dalam masyarakat Jepang. Uchi memiliki arti "dalam", uchi ditujukan pada orang-orang dalam lingkup orang dekat atau bahasa kerennya adalah orang-orang yang masuk ke dalam circle. Sedangkan soto memiliki arti "luar", ditujukan kepada orang-orang yang tidak kita anggap dekat, orang luar, orang asing, ataupun kelompok lain.
ADVERTISEMENT
Honne memiliki arti “suara sejati” atau “suara sesungguhnya” yaitu suara yang berasal dari hati yang terdalam. Bagaimana dan apa yang sebenarnya dirasakan oleh orang tersebut. Dalam penerapannya, honne sebenarnya tidak ditunjukkan secara langsung kepada sembarang orang, honne digunakan sebagai sebuah penolakan yang dilakukan secara halus dengan maksud dan niat untuk tidak menyakiti perasaan lawan bicara karena terkadang sebuah kejujuran adalah hal yang harus dihindari dan tidak jarang pula kejujuran dari hati seseorang justru menimbulkan konflik.
Konsep honne adalah budaya dan gambaran bagaimana orang Jepang tidak suka untuk mengekspresikan dirinya secara langsung yang mungkin akan menyakiti perasaan orang lain atau lawan bicara. Sehingga dalam hal ini, mereka cenderung berhati-hati dalam berbicara. Honne digunakan dalam lingkup uchi, seperti yang telah dijelaskan, honne ditunjukkan hanya kepada orang-orang terdekat, atau sederhananya adalah orang-orang yang telah memahami kita dan perasaan jujur yang kita miliki. Karena honne adalah “suara sejati” maka apa yang ada di dalam hati dengan apa yang diucapkan adalah suatu hal yang berbeda. Hal inilah yang menunjukkan bahwa tidak tentu orang sepenuhnya jujur, meskipun kebohongan yang dilakukan atas dasar honne dilakukan demi sebuah kebaikan.
ADVERTISEMENT

KONSEP TATEMAE

Tatemae adalah perbuatan yang ditunjukkan kepada orang lain dan dapat dilihat oleh orang banyak. Tatemae memiliki arti “yang dibangun di depan’’ hal ini bermaksud sikap yang ditunjukkan kepada publik. Tatemae seringkali digunakan untuk mencoba akrab dengan orang lain atau istilah yang sering dikenal dengan “basa-basi” kepada orang lain. Tatemae digunakan untuk tetap mempertahankan harmoni dan suasana yang nyaman.
Tatemae digunakan dalam lingkup soto, maka dari itu tatemae ditunjukkan di publik seperti pertemuan bisnis. Alston (2005) mengungkapkan bahwa tatemae sebagai kebohongan sosial dan kebisingan verbal yang sebenarnya tidak digunakan untuk bertukar informasi, melainkan hanya untuk menjaga suasana yang baik dan menghindari konflik.

KONSEP HONNE DAN TATEMAE BAGI ORANG ASING

Bagi orang asing yang terbiasa dengan menerima kebenaran, terbuka, dan apa adanya hal ini membuat honne dan tatemae dipandang palsu dan tidak menggambarkan kejujuran. Selain itu, honne dan tatemae dapat menimbulkan perasaan dikhianati karena orang asing tidak terbiasa dengan kode ganda yang ada di dalam masyarakat Jepang.
ADVERTISEMENT
Terdapat banyak aturan tulisan dan lisan yang terdapat di masyarakat Jepang sehingga membutuhkan waktu untuk mengerti dan memahami konsep dalam kehidupan mereka. Orang Jepang memiliki kesan ramah dan baik namun sebenarnya kesan yang ditunjukkan tersebut merupakan bagian dari tatemae dan digunakan untuk menjaga keharmonisan sosial yang sebenarnya dapat menimbulkan kesalahpahaman dan konflik. Karena ini banyak orang asing kesulitan dalam memahami apa yang sebenarnya maksud dalam perkataan dan perbuatan orang Jepang. Karena orang asing cenderung untuk menerima informasi secara utuh, bukan hanya informasi yang setengah-setengah.