Konten dari Pengguna

Drama Tari "Jumenengan" dalam UKK Seni Tari SMK Negeri 3 Banyumas

Bestari Nur Baiti
Mahasiswa S1 Tari Institut Seni Indonesia Surakarta
21 Oktober 2024 13:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bestari Nur Baiti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Bestari Nur Baiti dan Sriyadi (Jurusan Tari, ISI Surakarta)
Pementasan drama tari "Jumenengan" (Sumber. Dokumentasi SMK Negeri 3 Banyumas)
zoom-in-whitePerbesar
Pementasan drama tari "Jumenengan" (Sumber. Dokumentasi SMK Negeri 3 Banyumas)
ADVERTISEMENT
Jumenengan merupakan judul drama tari yang dipentaskan oleh siswa siswi kelas 12 seni tari SMK Negeri 3 Banyumas tahun 2024 untuk uji kompetensi keahlian sebagai salah satu syarat kelulusan di SMK Negeri 3 Banyumas. Pertunjukan ini dilaksanakan pada 5 Maret 2024 di gedung pertunjukan SMK Negeri 3 Banyumas. Jumenengan diambil dari kata jumeneng yang artinya upacara penobatan seorang raja atau ratu.
Drama tari "Jumenengan" berisi tentang cuplikan babad Banyumas setelah tragedi Setu Pahing atau terbunuhnya Adipati Wirasaba (Wargautama 1) oleh utusan Pajang yang menerima hasutan dari Demang Toyareka. Dalam drama ini mengisahkan tentang keberanian Raden Joko Kahiman sebagai menantu dari Wargautama 1 untuk menghadap Sultan Pajang setelah seluruh anak kandung dari Wargautama 1 menolak utusan dari Sultan Pajang atau Sultan Hadiwijaya. Kemudian, Raden Joko Kahiman diangkat oleh Sultan Hadiwijaya sebagai Adipati Wirasaba dengan gelar Adipati Wargautama 2. Joko Kahiman membagi wilayah kekuasaan Wirasaba menjadi 4 bagian dan dibagikan kepada saudara saudaranya atau anak kandung dari Wargautama 1.
ADVERTISEMENT
Pertunjukan ini disajikan oleh 28 penari perempuan dan 2 penari laki laki dengan pembagian tokoh Joko Kahiman, Rara Sukartimah, Demang Toyareka yang perannya juga memerankan tokoh Sultan Hadiwijaya, serta peran penari berkelompok meliputi 7 penari bedhayan, 5 penari prajurit Pajang, 8 penari rakyat Wirasaba, dan 7 penari prajurit Demang Toyareka yang juga memerankan tokoh buta. Adapun 2 pemeran pembantu yang menggerakkan properti barongan berbentuk harimau.
Pementasan ini dibagi menjadi beberapa babak, pada bagian intro sejumlah 30 penari menari secara bersamaan sebelum masuk pada babak pertama. Bentuk tari pada sajian drama tari "Jumenengan" dikemas dalam bentuk tari gaya Banyumasan yang dikreasikan terutama pada peran Rara Sukartimah, Joko Kahiman, Demang Toyareka, Prajurit Demang Toyareka dan rakyat Wirasaba. Namun, ada pula peran yang gerakannya menyerap gerakan-gerakan tari gaya Surakarta yang dikembangkan seperti peran Sultan Hadiwijaya, bedhayan dan peran prajurit Pajang. Gerakan disusun dengan cara bekerja sama dan secara sederhana dengan menggunakan iringan musik langsung gamelan pelog dan slendro.
ADVERTISEMENT
Pementasan tersebut juga menggunakan berbagai macam set dan property seperti gapura, saka, pohon, level, kursi, layar hitam, bunga, cepon, tampah, bunga dan sebagainya. set berubah ubah pada setiap pergantian babak didukung dengan permainan lighting yang juga memberikan suasana yang berbeda pada setiap adegan. Kostum yang digunakan bermacam macam sesuai dengan karakter yang diperankan seperti contoh Rara Sukartimah menggunakan kemben jarik yang senada dengan Joko Kahiman sebagai suami dari Rara Sukartimah, peran buta menggunakan gimbalan, jamang dan cangkeman.
Pementasan ini berlangsung sukses dan disaksikan oleh kepala sekolah, guru dan karyawan, wali murid, serta ratusan siswa siswi yang ikut memadati gedung pertunjukan SMK Negeri 3 Banyumas. Diharapkan dengan diadakannya pementasan ini, siswa siswi semakin termotivasi untuk melestarikan seni budaya lokal yang ada.
ADVERTISEMENT
Bestari Nur Baiti, Mahasiswa S1 Tari Institut Seni Indonesia Surakarta.