Konten dari Pengguna

Job Fair di Tengah Pandemi, Masihkah Dirindukan?

Bety Yuliani
Pegawai Negeri Sipil Pemprov Jatim
20 Juni 2021 20:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bety Yuliani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gambar Job Fair Di Tengah Pandemi, Masihkah Dirindukan? Sumber: Freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gambar Job Fair Di Tengah Pandemi, Masihkah Dirindukan? Sumber: Freepik.com
ADVERTISEMENT
Minggu kemarin, saya menjadi pembawa acara di sebuah kegiatan yang diselenggarakan instansi tempatku bekerja. Lima tahun terakhir ini sebagian acara yang dilaksanakan kantorku biasanya sayalah yang membawakan acaranya.
ADVERTISEMENT
Namun acara kali ini sedikit berbeda, saya harus membawakan acara selama 2 (dua) hari berturut-turut dari pagi sampai dengan sore saat jam pulang kantor. Kalimat saya seakan-akan memberikan kesan kalau hal tersebut menjemukan. Tapi sebenarnya tidak seperti itu. Saya sungguh dibuat untuk mengangkat semua jempol yang saya punya terhadap semua audiens yang hadir secara virtual pada saat itu.
Minggu lalu saya diminta membawakan acara East Java Virtual Career Expo tahun 2021. Sebuah kegiatan job fair yang dilaksanakan secara hybrid, yaitu perpaduan online dan offline. Kegiatan ini merupakan persembahan dari instansi tempat saya bekerja sebagai bentuk fasilitasi kepada perusahaan yang mempunyai informasi lowongan kerja dan para pencari kerja yang membutuhkan informasi lowongan kerja.
ADVERTISEMENT
Diharapkan, melalui kegiatan ini ada sebuah titik temu berupa solusi, dari sisi perusahaan akan mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Sedangkan dari sisi pencari kerja diharapkan menemukan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensinya pada kegiatan ini.
Job Fair masa lalu
Di masa lalu kegiatan job fair atau bursa kerja dibuat sebagai acara untuk mempertemukan perusahaan dan pencari kerja. Dengan sebuah fasilitas gedung yang besar dan dirasa cukup menampung ratusan pencari kerja yang hadir pada saat itu. Dari waktu ke waktu job fair selalu saja event menarik untuk dikunjungi. Hal ini terbukti dengan selalu banyak pengunjung setiap event tersebut digelar.
Berawal dari meja pertama saja, meja registrasi membuat para pengunjung harus siap uji kesabaran. Karena antrean bisa panjang sampai pintu gerbang. Jika terlambat sedikit saja para pencari kerja akan terjebak di barisan paling belakang. Belum lagi antrean di meja perusahaan. Untuk mengumpulkan berkas administrasi pelamar yang langsung dilanjut dengan wawancara level pertama pun antreannya cukup panjang. Bisa jadi pencari kerja yang antreannya di belakang sudah berkurang energinya saat waktu dia tiba giliran di meja HRD. Sehingga hal ini membuat mereka kurang maksimal mengeksplor kemampuan dirinya pada saat sesi wawancara.
ADVERTISEMENT
Panjangnya antrean dalam satu meja saja membuat para pencari kerja habis waktu untuk mengantre. Keterbatasan waktu yang tersisa membuat para pencari kerja terbatas pula memasukkan lamaran pada stand-stand perusahaan yang lain. Sehingga banyak pencari kerja yang hanya menaruh lamaran pada stand perusahaan berikutnya dan berharap apabila mereka lulus seleksi administrasi perusahaan akan menghubungi keesokan harinya.
Dalam job fair offline para pencari kerja harus menyiapkan sekian banyak paket berkas lamaran, yang umumnya berisi surat lamaran, curriculum vittae dan berkas pendukung lainnya, untuk digunakan melamar lebih dari satu perusahaan. Sehingga di dalam kerumunan mereka harus membawa tas besar atau tas punggung besar untuk banyaknya berkas lamaran yang dibawa. Tidak efisien dan pemborosan.
ADVERTISEMENT
ilustrasi pixabay.com
Job Fair sekarang lebih berbenah
Seiring berjalannya waktu penyelenggaraan jobfair sudah semakin berbenah. Menjadikan event ini kegiatan yang tidak hanya bermanfaat tetapi juga menarik, memberi kemudahan serta bisa dinikmati semua pengunjung. Mulai dari kemudahan dalam hal pengumpulan berkas administrasi, pencari kerja cukup menyiapkan berkas dalam bentuk softcopy yang bisa disimpan dalam smartphone maupun flashdisk. Dan berkas softcopy tersebut bisa digunakan untuk melamar lebih dari satu perusahaan. Cukup praktis dan ekonomis. Namun antrean yang panjang masih didapati, yaitu pada sesi wawancara.
Untuk mengurangi antrean biasanya panitia penyelenggara memberi persembahan workshop terkait bimbingan jabatan, tips melamar kerja, dll. Ada juga yang menyuguhkan hiburan musik di sisi pojok gedung, sehingga pencaker bisa memanfaatkan waktu mengantre dengan mendapat ilmu baru tanpa mengganggu sesi wawancara perusahaan.
ADVERTISEMENT
Job fair dirindukan pencari kerja
Sejak adanya pandemi COVID-19 instansi pemerintah maupun event organizer swasta yang sering menyelenggarakan kegiatan job fair harus mempunyai inovasi. Bagaimana job fair tetap terlaksana dengan tidak menimbulkan kerumunan dan tetap menerapkan protokol kesehatan. Pencegahan penyebaran COVID-19 harus tetap dilakukan namun upaya mengurangi pengangguran sebagai tujuan dari event job fair baiknya tetap bisa dilaksanakan.
Sebagaimana data BPS pada Februari 2021 diinformasikan dari 205,36 juta penduduk usia kerja, sebanyak 19,10 juta jiwa terdampak pandemi COVID-19 baik itu penganggur karena COVID-19, bukan Angkatan kerja karena COVID-19, sementara tidak bekerja maupun bekerja dengan pengurangan jam kerja. Jumlah ini setara dengan 9,3% dari jumlah penduduk usia kerja.
Keadaan jumlah pengangguran seiring dengan jumlah penduduk miskin mengalami peningkatan. Data BPS menunjukkan, jumlah penduduk miskin Indonesia mencapai 27,55 juta orang pada September 2020. Jumlah tersebut meningkat 2,76 juta dibandingkan posisi September 2019. Angka tersebut membuat kemiskinan Indonesia kembali ke level 10 persen dari jumlah penduduk, yakni sebesar 10,19 persen.
ADVERTISEMENT
Data ini tentunya menjadi PR berat bagi Instansi yang menangani ketenagakerjaan. Sebagai instansi pemerintah yang program kerjanya memberikan fasilitasi dan pelayanan masyarakat dengan tujuan mengurangi angka pengangguran tentunya terus berupaya untuk berbenah dan berinovasi membuat layanan yang adaptif dengan kebiasaan baru di era pandemi COVID-19.
Bursa kerja, job fair atau career expo secara virtual saat ini menjadi pilihan dan marak digelar oleh penyedia layanan bursa kerja baik itu pihak swasta, akademisi maupun instansi pemerintah, Seperti juga East Java Virtual Career Expo yang digelar minggu lalu. Saat panitia membuka informasi melalui sebuah medsos instansi sebanyak 3000 an animo pencaker yang terdata pada google form yang linknya di-share panitia. Banyaknya animo pencari kerja menandakan bahwa job fair merupakan event yang selalu ditunggu masyarakat. Terlebih lagi banyaknya penduduk usia kerja yang menganggur di masa pandemi ini job fair adalah event yang dirindukan.
ADVERTISEMENT
Doa seluruh masyarakat tentunya mengharapkan pandemi segera berakhir. Sehingga geliat usaha akan mampu membuka peluang kerja yang lebih banyak. Namun kenyataannya tidak ada yang mampu memprediksi berakhirnya pandemi yang telah mendunia ini.