Konten dari Pengguna

KISAH SEEKOR BUAYA BERKALUNG BAN, PRABOWO DAN PANJI (FIKSI)

Bhair Samatan
Seorang Jurnalis
13 April 2018 9:45 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bhair Samatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
KISAH SEEKOR BUAYA BERKALUNG BAN, PRABOWO DAN PANJI (FIKSI)
zoom-in-whitePerbesar
Indonesia baru saja dihebohkan dengan statement calon presiden kuat 2019, yaitu om Prabowo Subianto, mantan pangkostrad itu. Om Prabowo mengutip sebuah novel 'Ghost Fleet: A Novel of the Next World War' yang ditulis oleh PW Singer and August Cole dan diterbitkan pada tahun 2015. Novel itu menceritakan tentang sebuah skenario perang dunia berikutnya, yaitu Amerika Serikat dengan China dan Rusia yang bersekutu. semoga novel itu sudah pernah dibaca oleh kubu sebelah yang anti-Prabowo. Sedangkan kota Palu dihebohkan dengan statement Panji yang membikin takut masyarakat kota Palu dengan ancaman buaya berkalung ban yang bisa ditemui di area jembatan kuning (jembatan 4 Palu).
ADVERTISEMENT
kali ini, saya akan bercerita tentang Om Prabowo dan Panji. Mengapa harus diceritakan? sebab, bagi saya mereka adalah orang-orang yang HEBAT. bukan koalisi Indonesia Hebat!! Bukan itu.
Semenjak om Prabowo menyampaikan isi novel fiksi itu ke khalayak ramai, banyak dari mereka (kubu yang kontra terhadap Prabowo) yang kemudian mem-bully habis-habisan demi merusak citra calon presiden cerdas ini. Semenjak itu pula, kata 'fiksi' seakan menjadi tabu, seakan menjadi kata yang kotor, busuk dan penuh kebohongan. Padahal semestinya mereka (kubu dari lawan prabowo) harus sadar bahwa jika Soekarno tidak menggunakan fiksi saat sebelum Indonesia merdeka seperti saat ini, mungkin saja kita masih menikmati aroma darah segar di mana-mana yang disebabkan oleh kekerasan penjajah dimasa lampau.
ADVERTISEMENT
Seperti halnya apa yang pernah disampaikan Panji sang penakluk (pawang hewan terkenal). masih ingat tentang statement Panji saat itu?
Panji pernah menyinggung soal buaya yang akan menjadi bom waktu untuk masyarakat kota Palu.
Benarkah buaya yang ada di sungai Palu merupakan bom waktu untuk masyarakat Palu?
Menurut Panji (pawang hewan terkenal) pernah mengatakan bahwa buaya berkalung ban dan kawan-kawan akan menjadi bom waktu untuk masyarakat kota Palu, khususnya yang bermukim di pinggiran sungai Palu. Apalagi untuk nelayan yang sering memancing di hilir sungai dan di sekitar bibir pantai teluk Palu. Tentu itu merupakan ancaman. Sebab buaya-buaya itu akan berkembang biak. Sekarang yang tercatat jumlah buaya yang terdapat di area sungai Palu adalah belasan ekor. Lima sampai sepuluh tahun kedepan bisa saja meningkat menjadi puluhan bahkan ratusan ekor. Sangat mengkhawatirkan. Dan apa yang disampaikan oleh Panji adalah fiksi.
ADVERTISEMENT
Buaya muara (Crocodylus porosus) adalah jenis buaya terbesar di dunia. Dinamai demikian karena buaya ini terutama hidup di sungai-sungai dan di dekat laut (muara). Buaya ini juga dikenal dengan nama buaya air asin (bukan buaya asin) seperti (ikan asin), buaya laut, dan nama-nama lokal lainnya.
Dalam bahasa Inggris, buaya dikenal dengan nama Saltwater crocodile, Indo-Australian crocodile, dan Man-eater crocodile. Nama umumnya, Man-eater "pemakan manusia", karena buaya ini terkenal pernah (dan sering) memangsa manusia yang memasuki wilayahnya. Buaya ini tersebar di seluruh perairan dataran rendah dan perairan pantai di daerah tropis Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Australia (Indo-Australia).
Crocodile Specialist Group (1996).
Kamu pernah bertatap muka dengan buaya berkalung ban?itu, yang sempat viral di media internasional beberapa bulan yang lalu. Mungkin sebagian netizen sudah pernah bertemu dengan bupati ini. ups, maaf maksud saya buaya ini. kalau saja ada pabrik boneka di kota Palu, dengan senang hati dan berbangga, saya akan memesan satu boneka dengan bentuk buaya berkalung ban untuk menemani saya tidur. bahkan ada netizen yang meng-edit foto sebuah monumen tempat keramaian tugu patung kuda yang digantikan dengan buaya berkalung ban. itu kan lucu. hehehe.
ADVERTISEMENT
Tentang fiksi. Apa yang disampaikan Prabowo dan Panji adalah fiksi. Mereka berdua (((cieee berdua))). Ah! berhenti bercanda. Oke saya serius. Mereka berdua menyampaikan sebuah imajinasi dan prediksi. tak ada yang dapat men-justifikasi tentang pernyataan kedua orang hebat ini. Bayangkan saja, seorang Parabowo menghabiskan waktunya hanya untuk menhabiskan isi bacaan novel itu, yang semestinya waktunya bisa dimanfaatkan untuk mengurusi partai dan blusukan serta pencitraan dengan mengendarai motor atau kuda seperti halnya yang dilakukan oleh Jokowi beberapa hari yang lalu. Namun, Prabowo lebih memilih untuk membaca sebuah hasil pemikiran dari PW Singer dan August Cole.
Ustadz Felix pernah mengatakan bahwa "Aku belajar dan membaca agar umur orang lain berguna bagiku, dan aku menulis agar orang lain mengambil manfaat atas umurku". Kata-kata itu sangat memotivasi. Mungkin saja, om Prabowo menghabiskan waktunya untuk membaca buku, agar kapasitas wawasannya dapat bertambah dan pemikirannya dapat berguna untuk orang lain (Masyarakat). Semoga kamu yang membaca ini dapat termotivasi dari apa yang diucapkan oleh Ustadz Felix. Sehingga kamu tidak bosan dalam membaca tulisan-tulisan selanjutnya.
ADVERTISEMENT
Prabowo dan Panji menyampaikan sebuah kalimat fiksi, namun fiksi bukan berarti sebuah keburukan dan kebobrokan, melainkan fiksi adalah sebuah hasil buah pikir, analisis dan prediksi seseorang dalam menerawang sebuah fenomena yang akan terjadi di masa depan. Tak usah cemberut, ragu, takut dan mempermasalahkan statement kedua orang hebat ini. Itu adalah hasil pemikiran mereka. Terus kenapa kamu yang tegang? nanti strok loh. santai aja. Yang terpenting, kita semua masih bisa beribadah, sehat dan masih suka membaca tulisan fiksi.
Salam literasi
-Bhair Samatan