kumplus-opini Bhima Yudhistira- Yuan, Dolar dan Rupiah

Local Currency Settlement Indonesia-China dan Implikasinya

Bhima Yudhistira Adhinegara
Pengamat Ekonomi, hobi berdiskusi dan travelling. Menyukai segala macam jenis buku termasuk teks teks kuno.
15 September 2021 14:05 WIB
·
waktu baca 5 menit
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pada 6 September 2021 kemarin, Bank Indonesia dan People Bank of China resmi memulai kerjasama Local Currency Settlement (LCS). Poin dari kerjasama ini adalah penggunaan mata uang lokal yang lebih besar untuk aktivitas perdagangan dua negara. Alih-alih menggunakan dolar AS, pengusaha bisa memanfaatkan Yuan untuk mengekspor barang ke China. Sederhananya, Bank Indonesia tengah bersemangat menjalankan program dedolarisasi.
Dedolarisasi adalah upaya pemerintah atau bank sentral untuk menurunkan ketergantungan terhadap dolar AS. Upaya ini bisa berbentuk penurunan porsi dolar di cadangan devisa atau dalam hal perdagangan internasional. Pengurangan ketergantungan terhadap dolar AS punya segudang manfaat, mulai dari stabilitas mata uang dalam jangka panjang, menghindari inflasi berlebihan, sampai persoalan politik untuk lebih independen dari pengaruh negara tertentu.
Maraknya kerjasama dalam kerangka dedolarisasi dalam beberapa tahun belakangan ini cukup menyita perhatian. Misalnya, Malaysia dibawah PM Mahathir Muhammad yang mendukung pemanfaatan cadangan devisa emas untuk mendukung stabilitas perekonomian, sehingga perlahan mengurangi porsi dolar di brankas bank sentral.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
check
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
check
Bebas iklan mengganggu
check
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
check
Gratis akses ke event spesial kumparan
check
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten