Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Cerita Pidi Baiq di Acara The Expert kumparan
28 Februari 2018 19:41 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
Tulisan dari Bianca Ozora tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
The Expert kumparan mendatangkan penulis terkenal Pidi Baiq pada Rabu, 28 Februari 2018. Pidi Baiq yang biasa disapa ‘Ayah’ ini adalah sosok yang sangat humoris. Sepanjang acara The Expert, Ayah selalu melontarkan kata-kata yang lucu namun menginspirasi.
ADVERTISEMENT
Di acara ini Ayah bercerita soal proses pembuatan novel 'Dilan 1990'. Ayah mengatakan bahwa novel itu tidak memiliki target apapun. “Saya hanya butuh oksigen dan butuh komputer, enggak ada kerangka cerita dari awal hingga akhir, jadi saya enggak terpenjara dengan teori,” kata Ayah.
Ayah juga tidak tertarik membuat novel yang dikarang, jadi semua yang diceritakan di kisah Dilan adalah real. Walaupun, ketika ditanya sosok asli Dilan itu siapa, Ayah menjawab ia adalah “Hamba Allah” yang sama-sama hidup di tahun 1990.
Sebagian besar dari keseluruhan novel ini bersumber dari Milea. Ketika Ayah menuliskan dialog Dilan, ia menanyakannya kepada Milea, kemudian ia mengubahnya menjadi kata-kata yang enak dibaca dan tidak membosankan. Secara keseluruhan, cerita Dilan sangat klise, konfliknya pun tak begitu besar. “Yang berat adalah membuat dan menyusun kata-katanya” jelas ayah.
ADVERTISEMENT
Ayah menjelaskan bahwa novel ini bukan yang terbaik dari yang sudah ada. Namun, Dilan 1990 adalah karya yang lain dari yang sudah ada. Ayah tidak berpikir novel ini akan menjadi film besar. Bahkan, ia tidak pernah berpikir kalau ini akan menjadi novel. Ia melalukannya mengalir begitu saja, dengan sifat tenang dirinya.
Saat akan Dilan 1990 akan difilmkan cara pikir Ayah tidak jauh beda. Menurutnya, jika ia sukses membuat teenlit yang lain dari yang sudah ada, maka ia harus membuat film yang lain dari yang sudah ada. Itulah yang kemudian memotivasinya menerima Dilan 1990 untuk dijadikan film. Walaupun dengan syarat ia harus terlibat dalam pembuatan film Dilan 1990 tersebut.
ADVERTISEMENT
Di pembuatan film ini ayah sangat tegas, dan semua alur cerita harus benar-benar sama seperti novelnya. Jika tidak, Ayah akan membatalkan produksi tersebut. Bahkan ayah berani menghentikan film jika tidak sesuai, dan menggantikan biaya produksi 3 kali lipat. Karena yang terpenting baginya adalah mempertahankan esensi buku itu sendiri. Dengan begitu film ini dapat berhasil seperti sekarang.
Ayah sangat berbakat menciptakan kata-kata canggih yang menyentuh. Setiap kata-kata yang dilontarkan Ayah seperti dari buku-buku sastra, bahkan menurut Ayah “sakit hati adalah potensi yang bisa dituangkan ke dalam puisi”. Ayah juga menjelaskan bahwa inspirasinya dalam menulis adalah buku-buku yang buruk, supaya ia tidak membuat buku yang seperti itu.
Ayah suka menulis karena baginya “waktu akan membuat kita lupa, tetapi menulis dapat membuat kita tetap ingat”. Dan dalam hal kepenulisan, Ayah tak ingin dibandingkan dengan penulis lain. “Saya tak berusaha menjadi lebih baik dari orang lain, tapi saya berusaha menjadi lebih baik dari diri saya yang kemarin”. kata Ayah.
ADVERTISEMENT