news-card-video
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Dulu Primadona, Kini Bisnis Batu Akik Anjlok

Bianda Ludwianto
ex-jurnalis
8 November 2017 11:44 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bianda Ludwianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dulu Primadona, Kini Bisnis Batu Akik Anjlok
zoom-in-whitePerbesar
Pusat jual-beli batu akik di Jakarta Gems Center (JGC), Rawa Bening, Jakarta Timur tampak sepi. Lorong - lorong di lantai 1, hanya ada beberapa pedagang saja yang membuka tokonya. Mereka menjajakan berbagai jenis batu akik dan aksesorisnya.
ADVERTISEMENT
Pasar yang sering dikenal Pasar Rawa Bening ini memang khusus menjual Batu akik dengan segala macam jenis dan juga perhiasan, seperti emas dan perak. Dulu ketika batu akik masih jadi primadona, JGC yang berlantai 3 ini sempat menjadi tempat favorit para pemburu batu akik, karena termasuk tempat yang lengkap koleksinya. Namun, kini telah berubah, bisnis batu akik anjlok.
Dulu Primadona, Kini Bisnis Batu Akik Anjlok (1)
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu pedagang batu akik, Yani (43) pemilik Toko Batu Antik di Lantai 1, JGC saat ditemui kumparan (kumparan.com), Rabu (8/11) mengeluhkan omsetnya yang terus turun, berbeda saat tahun 2014, kini pernah satu hari tanpa penghasilan.
"Dulu saat booming saya bisa dapat RP. 25 juta seminggu, setahun terakhir seminggu kadang dapat, pernah sepi tidak ada yang laku," ujar Yani dengan nada lemas kepada kumparan.
Dulu Primadona, Kini Bisnis Batu Akik Anjlok (2)
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Menurut Yani, turunnya omzet hingga 70 % bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya tren batu akik yang menurun, daya beli masyarakat sedang lemah dan meningkatnya jual-beli batu akik secara daring (dalam jaringan).
"Penjualan online kini ikut juga menjadi hambatan penjualan. Banyak orang yang malas datang ke toko karena capek, panas dan buang waktu " kata Yani yang berjualan sejak 2013.
Dulu Primadona, Kini Bisnis Batu Akik Anjlok (3)
zoom-in-whitePerbesar
Gedung yang diresmikan tahun 2010 ini, memang tampak sepi, hanya ada beberapa pedagang saja yang bisa dihitung oleh jari. Tampak suasana panas karena AC mati, juga tangga berjalan yang mati dengan alasan dalam perbaikan.
Pedagang lainnya, Dafrizon (47), pemilik toko batu akik Sinar Baru, di JGC mengenang dulu tahun 2013, banyak orang mengantri di tokonya hingga sulit melayani pembeli. Sekarang toko sepi dan banyak pedagang yang gulung tikar.
Dulu Primadona, Kini Bisnis Batu Akik Anjlok (4)
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
"Dulu tahun 2013, sewa toko bisa Rp. 100 juta setahun, sekarang Rp. 15 juta. Beda jauhkan, sampai orang baru tidak bisa masuk. Sekarang banyak pedagang lama dan banyak yang tutup," ujar Dafrizon yang berjualan sejak 1987.
Dafri yang menjual batu akik, jenis zamrud, bacan dan safir ini juga menambahkan, kini pembeli batu akik cenderung kolektor dan hobi batu. Beda dulu, semua kalangan dari muda hingga tua menggandrungi batu akik.
Dulu Primadona, Kini Bisnis Batu Akik Anjlok (5)
zoom-in-whitePerbesar
Pusat jual-beli batu akik di Jakarta Gems Center (JGC), Rawa Bening, Jakarta Timur tampak sepi. Lorong - lorong di lantai 1, hanya ada beberapa pedagang saja yang membuka tokonya. Mereka menjajakan berbagai jenis batu akik dan aksesorisnya. Pasar yang sering dikenal Pasar Rawa Bening ini memang khusus menjual Batu akik dengan segala macam jenis dan juga perhiasan, seperti emas dan perak. Dulu ketika batu akik masih jadi primadona, JGC yang berlantai 3 ini sempat menjadi tempat favorit para pemburu batu akik, karena termasuk tempat yang lengkap koleksinya. Namun, kini telah berubah, bisnis batu akik anjlok. Salah satu pedagang batu akik, Yani (43) pemilik Toko Batu Antik di Lantai 1, JGC saat ditemui kumparan (kumparan.com), Rabu (8/11) mengeluhkan omsetnya yang terus turun, berbeda saat tahun 2014, kini pernah satu hari tanpa penghasilan. "Dulu saat booming saya bisa dapat RP. 25 juta seminggu, setahun terakhir seminggu kadang dapat, pernah sepi tidak ada yang laku," ujar Yani dengan nada lemas kepada kumparan. Menurut Yani, turunnya omzet hingga 70 % bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya tren batu akik yang menurun, daya beli masyarakat sedang lemah dan meningkatnya jual-beli batu akik secara daring (dalam jaringan). "Penjualan online kini ikut juga menjadi hambatan penjualan. Banyak orang yang malas datang ke toko karena capek, panas dan buang waktu " kata Yani yang berjualan sejak 2013. Gedung yang diresmikan tahun 2010 ini, memang tampak sepi, hanya ada beberapa pedagang saja yang bisa dihitung oleh jari. Tampak suasana panas karena AC mati, juga tangga berjalan yang mati dengan alasan dalam perbaikan. Pedagang lainnya, Dafrizon (47), pemilik toko batu akik Sinar Baru, di JGC mengenang dulu tahun 2013, banyak orang mengantri di tokonya hingga sulit melayani pembeli. Sekarang toko sepi dan banyak pedagang yang gulung tikar. "Dulu tahun 2013, sewa toko bisa Rp. 100 juta setahun, sekarang Rp. 15 juta. Beda jauhkan, sampai orang baru tidak bisa masuk. Sekarang banyak pedagang lama dan banyak yang tutup," ujar Dafrizon yang berjualan sejak 1987. Dafri yang menjual batu akik, jenis zamrud, bacan dan safir ini juga menam
ADVERTISEMENT