Menebak Kiprah "Si Badak" Bersama AC Milan

28 November 2017 13:23 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gattuso saat bersama FC Sion. (Foto: Sebastien Feval/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Gattuso saat bersama FC Sion. (Foto: Sebastien Feval/AFP)
ADVERTISEMENT
Dengan telanjang dada bak atlet gulat, Gennaro Gattuso menerjang kepala Joe Jordan yang merupakan salah satu staf pelatih Tottenham Hotspur di ajang Liga Champions enam tahun silam.
ADVERTISEMENT
Seusai kejadian tersebut, Gatusso berkilah jika dirinya melakukan hal tersebut akibat provokasi yang dilakukan oleh Jordan. Namun, apa pun itu, "Si Badak" sudah terlanjur menandukkan culanya kepada salah satu staf pelatih lawan.
Ya, itu merupakan salah satu dari sekian banyak aksi kontroversial yang dilakukan oleh Gattuso selama bermain. Tapi, siapa yang bakal menyangka jika sosok yang sulit diatur itu akhirnya menjadi nakhoda Milan? Figur itulah yang bakal mengatur permainan secara keseluruhan Il Diavolo saat ini.
"Itu adalah solusi yang dievaluasi dalam beberapa minggu terakhir, bukan di musim panas. Direktur membuat penilaiannya dan keputusan terakhir diambil pagi ini," ungkap Marco Fassone kepada Football Italia, Senin (27/11/2017).
ADVERTISEMENT
Jika menilik komentar Fassone selaku CEO Milan, bisa dibilang keputusan Milan untuk memilih Gattuso adalah bukan sebuah keputusan yang cukup matang karena baru digodog dalam beberapa minggu terakhir.
Apapun itu, Gattuso telah menjadi pelatih keenam Milan dalam tiga tahun terakhir. Yang jadi masalah, Gattuso tak punya rekam jejak yang meyakinkan.
Tengok saja tim-tim yang pernah dilatihnya --Sion, Palermo, OFI Crete, dan Pisa-- tak ada satu pun yang layak diperhitungkan. Mungkin Palermo bisa sedikit dipertimbangkan. Sayangnya, Gattuso memimpin klub asal Sisilia itu saat masih di Serie B itu pun juga tak bertahan lama.
Catatan dua kali menang, tiga kali kalah dan sekali imbang dari enam laga jadi alasan Palermo mengakhiri kerjasama dengannya.
ADVERTISEMENT
Total 119 laga yang sudah dijalaninya sebagai pelatih, rasio kemenangan Gattuso hanya menyentuh angka 32,77%!
Aksi Gattuso saat masih aktif bermain. (Foto: AFP/Gabriel Buoys)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi Gattuso saat masih aktif bermain. (Foto: AFP/Gabriel Buoys)
Sudah cukup kami membahas rekam jejak Gattuso yang sebenarnya jauh dari kata meyakinkan. Terlepas dari semua itu, pria yang pernah bermain untuk Rangers itu punya catatan mentereng sebagai arsitek tim, tepatnya saat membesut Pisa di 2016/2017 silam.
Gattuso sukses membuat kesebelasan yang berjuluk Torri itu menjadi tim dengan jumlah kebobolan tersedikit kedua di Serie B karena cuma kebobolan 36 gol dari 42 pertandingan --hanya dua gol lebih banyak. Sebuah hasil yang cukup meyakinkan, bukan?
Eits, tunggu dulu, sebab Pisa memegang catatan terburuk dalam hal produktivitas dari seluruh kontestan Serie B. Betapa tidak, mereka cuma berhasil menyarangkan 23 gol atau 0,54 gol per laga.
ADVERTISEMENT
Sebagai perbandingan, Latina yang menjadi tim dengan produktivitas terburuk kedua saja mengemas 33 gol. Artinya, Gattuso memang memiliki masalah dalam hal agresivitas.
Oke, jika dibandingkan Milan, lini serang Pisa tentu saja jauh lebih buruk dari segi kualitas. Namun, bukan rahasia lagi jika salah satu problem terbesar Milan adalah minimnya produktivitas lini depan.
Dari 14 giornata yang sudah dilakoni, Rossoneri baru menghasilkan 19 gol. Jumlah tersebut bahkan tak sampai setengah dari torehan Juventus sebagai tim paling produktif di Serie A sejauh ini.
Apa lagi kalau bukan transfer buruk yang jadi penyebabnya. Nikola Kalinic dan Andre Silva yang didatangkan di awal musim ini gagal menjelma jadi mesin gol bagi Milan. Bahkan, nama yang disebut terakhir tak kunjung mengukir gol perdananya di Serie A.
ADVERTISEMENT
Nah, jika melihat rekam jejak Gattuso bersama Pisa dan masalah produktivitas yang menjangkit Milan, bisa dibilang Gatusso bukanlah orang yang tepat. Sebab, pria berusia 39 tahun itu terbukti tak mampu mendongkrak agresivitas Pisa.
Perlu diketahui, Gattuso intens menerapkan skema 4-3-3 bersama Pisa. Meski memiliki tiga penyerang, trio gelandang yang berada di tengah cenderung berkarakter defensif.
Francesco Di Tacchio jadi pemain yang dipercaya untuk menjaga kedalaman. Sementara Roberto Zammarini, Santiago Colombatto, dan Luca Verna diplot secara bergantian untuk mengisi dua slot di tengah.
Dari ketiganya, hanya Verna yang berposisi alami sebagai gelandang tengah, sementara Zammarini dan Colombatto pemain yang berposisi asli sebagai gelandang bertahan.
Dengan asumsi Gattuso akan menerapkan formasi yang sama saat membesut Pisa, tiga gelandang yang kemungkinan dipilih Gattuso adalah Lucas Biglia, Ricardo Montolivo, dan Franck Kessie. Aksi bertahan yang oke plus kemampuan dalam mendistribusikan bola jadi pertimbangan Gattuso bakal memilih Biglia dan Montolivo, sedangkan tugas untuk mengonversi peluang bisa dipasrahkan kepada Kessie. Giacomo Bonaventura juga bisa dijadikan opsi demi memperkaya kreativitas dari tengah.
ADVERTISEMENT
Untuk pos bertahan, tak akan terjadi banyak perubahan karena komposisi Leonardo Bonucci dan Mateo Musacchio merupakan komposisi terbaik Milan saat ini.
Sedangkan untuk lini serang --Suso yang jadi penyumbang gol dan assist terbanyak bagi Milan sejauh ini-- masih akan menjadi pilihan di sektor sayap. Sementara Hakan Chalhanoglu dan Fabio Borini akan menyokong Kalinic dan Silva sebagai ujung tombak.
Rekam jejak yang tak meyakinkan membuat Gattuso dipandang sebelah mata. Meskpun demikian, Gattuso memiliki satu hal yang mungkin tak dimiliki oleh para pendahulunya. Hal tersebut diakui oleh Massimo Ambrosini yang pernah menjadi kapten tim Rossoneri.
"Dalam berbagai kasus, kharisma dan karakter (pelatih) bisa memberikan pengaruh dan dia bisa melakukan itu di tim," ujar Ambrosini.
ADVERTISEMENT
Jika Anda masih belum yakin dengan Gattuso, semoga anggapan Ambrosini cukup untuk menjauhkan anda dari rasa pesimistis.