Konten dari Pengguna

Apa yang Membuat kita menjadi Terhormat, Harta Melimpah atau Moral Terpuji

Dr Billy Lazuardi
Universitas Jayabaya Trainer Esas Management, Trainer AHS Management, Podcaster Pengabdi Ilmu.
26 Mei 2024 9:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dr Billy Lazuardi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mengenai apa yang membuat manusia dapat dihormati apa karna hartanya semata atau dari segi moralitasnya yang terpuji (Pexel/peace
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mengenai apa yang membuat manusia dapat dihormati apa karna hartanya semata atau dari segi moralitasnya yang terpuji (Pexel/peace
ADVERTISEMENT
Dalam masyarakat modern yang serba materialistis, pertanyaan mengenai apa yang membuat seseorang terhormat sering kali menjadi bahan perdebatan. Apakah kehormatan diperoleh melalui kekayaan dan harta benda, ataukah melalui moralitas dan integritas? Menjawab pertanyaan ini memerlukan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai yang mendasari masyarakat kita dan individu di dalamnya. Kekayaan dan materialisme sering kali mendapatkan perhatian lebih besar dalam peradaban kontemporer, di mana status sosial dan pengaruh sering diukur dari jumlah harta yang dimiliki.
ADVERTISEMENT
Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam banyak budaya, kekayaan sering kali diidentikkan dengan kehormatan. Orang-orang kaya dihormati dan dihargai, bukan hanya karena kekayaan mereka, tetapi juga karena mereka sering kali memiliki kekuasaan dan pengaruh. Orang-orang yang sukses secara finansial dianggap cerdas, bekerja keras, dan mampu mengambil keputusan yang tepat. Dalam banyak kasus, mereka menjadi panutan bagi orang lain yang ingin meraih kesuksesan yang sama. Namun, harta benda bukanlah ukuran mutlak dari kehormatan.
Kekayaan bisa didapatkan dengan cara yang tidak etis, seperti korupsi, penipuan, atau eksploitasi. Seseorang yang kaya tetapi tidak memiliki moral yang baik mungkin dihormati karena kekayaannya, tetapi tidak dihargai secara sejati oleh mereka yang mengenal sifat asli dan cara mereka mendapatkan harta tersebut. Dalam jangka panjang, kehormatan yang didasarkan pada kekayaan semata sering kali bersifat rapuh dan bisa hancur seiring waktu. Ketika sumber kekayaan hilang atau terungkapnya tindakan tidak etis, rasa hormat yang diterima juga akan memudar.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, moralitas merupakan fondasi dari kehormatan yang sejati. Orang yang bermoral tinggi dihargai bukan karena apa yang mereka miliki, tetapi karena siapa mereka sebenarnya. Kejujuran, integritas, rasa tanggung jawab, dan empati adalah beberapa karakteristik yang membuat seseorang dihormati. Kehormatan yang dibangun di atas dasar moralitas cenderung lebih kokoh dan bertahan lama, karena orang-orang menghormati mereka bukan karena penampilan luar, tetapi karena nilai-nilai dan prinsip yang mereka pegang teguh. Ini menunjukkan bahwa nilai-nilai etis lebih berperan dalam penilaian kehormatan sejati.
Para ahli etika dan filsafat sering kali menegaskan pentingnya moralitas dalam mencapai kehormatan sejati. Immanuel Kant, seorang filsuf Jerman, menekankan bahwa moralitas harus menjadi dasar dari setiap tindakan manusia. Menurut Kant, tindakan yang dilakukan berdasarkan kewajiban moral memiliki nilai intrinsik yang lebih tinggi daripada tindakan yang dilakukan untuk mencapai keuntungan pribadi. Demikian pula, Adam Smith, seorang ekonom dan filsuf Skotlandia, dalam karyanya "The Theory of Moral Sentiments" menekankan pentingnya simpati dan moralitas dalam interaksi manusia. Smith berpendapat bahwa kehormatan yang sejati berasal dari kemampuan individu untuk merasakan empati dan bertindak berdasarkan prinsip moral yang kuat.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, kehormatan yang sejati mungkin merupakan kombinasi dari harta dan moral. Kekayaan dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan yang lebih besar jika dikelola dengan bijaksana dan etis. Orang-orang kaya yang tetap berpegang pada prinsip-prinsip moral dan menggunakan kekayaan mereka untuk kebaikan bersama akan lebih dihormati daripada mereka yang hanya mengejar keuntungan pribadi. Hal ini menunjukkan bahwa kekayaan dan moralitas tidak harus saling bertentangan, tetapi bisa saling melengkapi dalam membangun kehormatan yang sejati.
Kehormatan sejati adalah hasil dari tindakan dan keputusan yang mencerminkan nilai-nilai moral yang kuat, terlepas dari kekayaan material seseorang. Oleh karena itu, dalam mengejar kehormatan, sebaiknya kita menyeimbangkan antara pencapaian material dan moralitas. Karena pada akhirnya, yang membuat kita terhormat bukan hanya apa yang kita miliki, tetapi siapa kita sebagai individu. Dengan kata lain, sebagaimana dikatakan oleh Mahatma Gandhi, "Kekayaan sejati tidak diukur dari apa yang kita miliki, tetapi dari siapa kita sebenarnya." Inilah yang pada akhirnya membentuk fondasi dari kehormatan yang sejati dan kekal (Dr. Billy Lazuardi, S.E., M.M.)
ADVERTISEMENT