Konten dari Pengguna

Memprioritaskan Harta Halal daripada Nominalnya

Dr Billy Lazuardi
Universitas Jayabaya Trainer Esas Management, Trainer AHS Management, Podcaster Pengabdi Ilmu.
20 Mei 2024 7:40 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dr Billy Lazuardi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi uang (pexels/rupiah)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi uang (pexels/rupiah)
ADVERTISEMENT
Dalam era modern yang serba cepat dan materialistik ini, sering kali kita terjebak dalam perlombaan untuk mengumpulkan harta dan kekayaan. Banyak orang mengukur kesuksesan dan kebahagiaan berdasarkan seberapa banyak harta yang dimiliki, tanpa mempertimbangkan bagaimana harta tersebut diperoleh. Namun, dalam pandangan moral dan spiritual, harta yang halal dan diperoleh dengan cara yang baik jauh lebih penting daripada jumlah nominalnya.
ADVERTISEMENT
Harta yang halal berarti harta yang diperoleh melalui cara-cara yang sah, etis, dan sesuai dengan aturan agama dan hukum. Islam, misalnya, sangat menekankan pentingnya mencari rezeki yang halal. Al-Qur’an dan Hadis mengajarkan bahwa mencari nafkah melalui cara-cara yang adil, jujur, dan tidak merugikan orang lain adalah suatu keharusan.
Menurut Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, seorang cendekiawan muslim dan mantan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, “Harta yang halal membawa berkah dan ketenangan jiwa. Meskipun jumlahnya mungkin tidak sebesar harta yang diperoleh melalui cara-cara yang tidak benar, harta yang halal memberikan rasa kepuasan dan kebahagiaan yang sejati.”
Konsekuensi dari Mengabaikan Halal-Haram dalam mencari harta dapat membawa konsekuensi serius. Harta yang diperoleh dengan cara yang tidak halal, seperti melalui korupsi, penipuan, atau eksploitasi, mungkin memberikan kepuasan materi sementara, tetapi pada akhirnya akan membawa masalah. Dampak negatifnya tidak hanya dirasakan oleh individu yang bersangkutan, tetapi juga oleh masyarakat secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Dr. Muhammad Syafii Antonio, pakar ekonomi syariah, menekankan bahwa “korupsi dan penipuan merusak tatanan sosial dan ekonomi. Harta yang diperoleh dengan cara yang tidak halal tidak akan membawa kebahagiaan dan malah akan menjadi sumber ketidakberkahan dalam hidup.”
Dari sudut pandang spiritual, harta yang halal memiliki keutamaan yang sangat tinggi. Harta tersebut dianggap sebagai sumber berkah yang dapat mendatangkan ketenangan jiwa dan kedamaian hati. Banyak ajaran agama yang menyebutkan bahwa harta yang diperoleh dengan cara yang benar akan mendatangkan berkah tidak hanya bagi pemiliknya, tetapi juga bagi orang-orang di sekitarnya.
Dalam Islam, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah itu baik dan hanya menerima yang baik.” Hal ini mengisyaratkan bahwa segala amal ibadah, termasuk nafkah yang kita berikan kepada keluarga dan infak kepada orang lain, harus berasal dari harta yang halal agar diterima dan diberkahi oleh Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Di tengah arus globalisasi dan modernisasi, godaan untuk mengabaikan nilai-nilai halal-haram semakin besar. Kompetisi yang ketat dalam dunia bisnis dan pekerjaan sering kali membuat orang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan finansial. Namun, perlu diingat bahwa kualitas hidup yang baik bukan hanya diukur dari seberapa banyak harta yang dimiliki, tetapi juga dari seberapa berkah harta tersebut.
Dr. Ir. Adiwarman Karim, seorang praktisi dan konsultan ekonomi syariah, menyatakan bahwa “Dalam jangka panjang, bisnis yang dibangun di atas prinsip-prinsip kejujuran dan keadilan akan lebih berkelanjutan dan terpercaya. Konsumen dan mitra bisnis semakin menghargai transparansi dan etika dalam berbisnis.”
Mengubah Paradigma lebih Mengutamakan Kualitas daripada Kuantitas. Masyarakat perlu diajak untuk mengubah paradigma mereka tentang harta dan kekayaan. Mengutamakan kualitas harta yang halal daripada kuantitasnya berarti menanamkan nilai-nilai integritas, kejujuran, dan tanggung jawab. Ini adalah investasi jangka panjang yang akan membawa manfaat bukan hanya bagi individu, tetapi juga bagi keluarga dan masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
Pendidikan moral dan spiritual harus diperkuat sejak dini, baik di lingkungan keluarga maupun di sekolah. Orang tua dan pendidik memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai tersebut kepada generasi muda. Selain itu, perusahaan dan organisasi juga harus mengedepankan praktik bisnis yang etis dan berkelanjutan, serta memberikan penghargaan kepada karyawan yang menunjukkan integritas dan kejujuran.
Memprioritaskan harta halal daripada nominalnya adalah sebuah refleksi mendalam tentang nilai-nilai moral dan spiritual yang kita anut. Di tengah tekanan materialisme dan kompetisi yang ketat, penting bagi kita untuk tetap berpegang pada prinsip-prinsip kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab. Harta yang halal tidak hanya memberikan kepuasan materi, tetapi juga mendatangkan ketenangan jiwa dan berkah dalam hidup kita. Mari kita berkomitmen untuk mencari rezeki yang halal dan membangun kehidupan yang berkelanjutan, adil, dan penuh berkah (Dr. Billy Lazuardi, S.E., M.M.)
ADVERTISEMENT