Konten dari Pengguna

Aksara dan Perkembangan Teknologi

BILQIS ANINDRI MEISYAH PUTRI
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
27 Februari 2024 11:09 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BILQIS ANINDRI MEISYAH PUTRI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi lempeng lempung yang merupakan sistem tulisan yang diciptakan oleh orang jenius Sumer, sumber: dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi lempeng lempung yang merupakan sistem tulisan yang diciptakan oleh orang jenius Sumer, sumber: dokumen pribadi
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kutipan tersebut menjelaskan mengenai bagaimana tulisan atau aksara terlahir berawal dari kesadaran manusia atas keterbatasan penerimaan dan penyimpanan otak dengan informasi-informasi yang ada. Kemudian tulisan inilah yang mengancam keberadaan manusia di dunia. Sampai pada terciptanya sistem tulisan yang revolusioner, yaitu aksara biner terkomputerisasi terdiri hanya atas dua tanda: 0 dan 1. Perangkat yang sedang anda gunakan untuk melihat artikel ini hasil dari dua kombinasi angka tersebut.
Lalu, apa hubungannya dengan musnahnya manusia? Sejauh ini dua kombinasi tersebut membawa kemudahan dalam berbagi informasi, baik berupa file,audio, dan menyimpan data-data yang lain. Pernyataan tersebut hanya prediksi dari film-film fiksi sains semacam The Matrix dan The Terminator yang mengisahkan tentang suatu masa aksara biner yang sudah tidak terkontrol dan mencoba memusnahkan umat manusia. Namun, bukan berarti tidak benar sepenuhnya.
ADVERTISEMENT
Terlahirnya aksara tidak hanya semata-mata untuk mempermudah dalam berkomunikasi, namun aksara berdampak besar dalam mengubah cara manusia berpikir dan memandang dunia. Sebelum membahas lebih jauh lagi mengenai aksara biner, alangkah lebih baik mengenal sejarah sebelum aksara biner tercipta. Artikel ini akan mengulas sedikit banyak dari buku "Sapiens: A Brief Story of Humankind".

Sejarah Aksara

Ilustrasi quipu yang merupakan sistem tulisan dengan mengikat simpul-simpul pada tali, ditemukan pada abad ke-12 dari Andes. Sumber: dokumen pribadi
Berawal dari sejumlah jenius Sumer menciptakan sistem menyimpan dan mengolah informasi di luar otak. Orang sumer membuat sistem tulisan dengan cap tekan di atas lempeng-lempeng lempung antara tahun 3500 SM dan 3000 SM. Selain itu, terdapat aksara Andes pada abad ke-12 ditulis dengan mengikat simpul-simpul di tali berwarna-warni disebut quipu. Kedua bentuk penulisan tersebut digunakan untuk data matematis.
ADVERTISEMENT
Pada tahun antara 3000 SM dan 2500 SM, banyak tanda yang ada di sistem sumer, perlahan diubah menjadi aksara penuh atau disebut aksara paku. Aksara paku ini yang menulis selain data matematis. Lalu terdapat aksara penuh lainya yang dikembangkan di Mesir disebut dengan hieroglif. Aksara penuh ini semakin berkembang di mana-mana dan diubah menjadi bentuk baru dengan tugas yang baru juga.
Permasalahan baru muncul bahwa dengan menyimpan dan mengolah data saja tidak cukup, dengan menyimpan ribuan arsip administrasi yang ditulis di atas lempang lempung atau dalam tali quipu mempersulit pejabat penjaga arsip kerajaan untuk mencari dan menarik informasi yang disimpan. Menciptakan metode dalam penarikan informasi lebih sulit dibandingkan dengan menciptakan tulisan.
ADVERTISEMENT
Salah satunya dengan cara berinvestasi menyelenggarakan sekolah untuk juru tulis, kerani, penjaga perpustakaan, dan akuntan. Pada zaman dahulu para kerani dan akuntan berpikir tidak manusiawi, mereka dipaksa berpikir seperti lemari laci yang berisi dokumen-dokumen tercampur tak terpisah. Sedangkan, dalam birokrasi hal-hal harus dijaga terpisah agar mampu menyediakan jasa yang dibutuhkan oleh pemerintah, perusahaan, ataupun organisasi.

Perkembangan Aksara Biner

Sebelum abad ke-9 M, ketika suatu aksara parsial baru diciptakan, yang terdiri dari 10 tanda yang melambangkan angka 1-9. Angka tersebut disebut sebagai angka Arab, walaupun yang penemu pertama orang Hindu. Hal ini karena pada waktu itu orang-orang Arab menyerbu bangsa India dan menemukan sebuah sistem matematis baru, lalu dipelajari, dikembangkan, dan disebarkan ke seluruh Timur Tengah ke Eropa.
ADVERTISEMENT
Sistem tulisan ini telah menjadi bahasa dominan dunia. Lahirnya notasi modern, perkembangan bidang pengetahuan fisika dan teknik, mempengaruhi keputusan pemerintahan, organisasi, dan perusahaan. Tidak berhenti dari situ aksara matematis melahirkan aksara baru yaitu aksara biner.
Aksara biner sebagai awal di mana teknologi berkembang pesat. Aksara biner sebagai jantung dari komunikasi digital yang ada. Teknologi digital yang ada hasil dari sistem pengoperasian yang otomatis dengan sistem komputerisasi atau format yang terbaca oleh komputer. Hal ini terus dikembangkan untuk menciptakan kecerdasan buatan yang baru. Seperti kita ketahui para ahli sedang berusaha membuat teknologi yang menyaingi otak manusia.

Apakah Teknologi akan Menyaingi Otak Manusia?

Ilustrasi otak manusia. Foto: Shutterstock
Sampai kapanpun teknologi tidak dapat menyaingi otak manusia, dikarenakan otak manusia terbuat dari karbon, sedangkan komputer masih menggunakan bahan silikon. Sekarang ini komputer hanya dapat meniru proses kognitif manusia, namun komputer tidak dapat meniru proses emosi dan perasaan yang ada di manusia. Kemajuan teknologi saat ini dibuktikan dengan adanya kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligence) menjanjikan solusi inovatif yang dapat membawa dampak positif pada perkembangan pendidikan di Indonesia (Safitri, 2020, p. 194).
ADVERTISEMENT
Salah satu hasil dari kecerdasan buatan yang sedang marak akhir-akhir ini adalah ChatGPT (Generative Pre-training Transformer) suatu kecerdasan buatan berbasis teks. Sistem tersebut diciptakan untuk mempermudah seseorang mengerjakan tugas seperti esai, makalah, penelitian, dan lain-lain. Dampaknya kecerdasan buatan ini menjadi boomerang untuk setiap manusia yang ketergantungan.
Manusia akan malas untuk berpikir secara kritis. Terdapat studi yang dilakukan oleh Frey dan Osborne pada tahun 2017 tentang ancaman pekerjaan manusia berisiko akan digantikan oleh AI, dikarenakan dapat melakukan tugas-tugas rutin secara berulang dengan efisien yang tinggi. Pada dasarnya kecerdasan buatan diciptakan untuk membantu manusia mengerjakan sesuatu lebih efisien. Jika manusia menggunakan sesuai dengan kebutuhan dan tidak ketergantungan, maka kecerdasan buatan ini menjadi keuntungan bagi manusia.
ADVERTISEMENT