Konten dari Pengguna

Kontaminasi Masakan Rumah Tangga: Ironi Persoalan Keamanan Pangan Indonesia

Bilqis Rifdah Hanifah
Mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Sebelas Maret.
24 Desember 2024 13:20 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bilqis Rifdah Hanifah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Masakan Rumahan. (Foto oleh Starzzz Studios: https://www.pexels.com/photo/bowl-with-soup-on-a-wooden-tray-12027631/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Masakan Rumahan. (Foto oleh Starzzz Studios: https://www.pexels.com/photo/bowl-with-soup-on-a-wooden-tray-12027631/)

“Pangan adalah pilar hidup matinya suatu bangsa” (Soekarno, 1952).

ADVERTISEMENT
Keamanan pangan dan nasib suatu bangsa bagai dua sisi koin yang tidak dapat dipisahkan. Berbicara tentang pangan, definisi ‘keamanan pangan’ tak cukup berhenti pada kuantitas yang ada. Namun, kualitas harus menjadi pembahasan berikutnya. Suplai pangan yang berkualitas berbanding lurus dengan peningkatan mutu sumber daya manusia. Manusia ialah motor dari suatu bangsa. Jika sumber daya manusianya berkualitas, maka kemajuan suatu bangsa tak akan menjadi mimpi semata.
ADVERTISEMENT
Namun, hingga saat ini penduduk dunia masih ‘bergelut’ dengan ketidakamanan pangan. Mengutip dari World Health Organization (WHO), diperkirakan 600 juta orang atau hampir satu dari sepuluh orang di dunia jatuh sakit setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi dan 420.000 orang meninggal setiap tahunnya. Masalah pangan juga berdampak pada aspek ekonomi. Berdasarkan WHO, sejumlah $110 miliar dialirkan untuk pembiayaan obat karena makanan yang tidak aman di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Topik perihal keamanan pangan penting untuk dikaji lebih dalam oleh negara-negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Menurut data dari Kementrian Kesehatan pada tahun 2023, tercatat 4.792 kasus keracunan pangan di Indonesia. Angka tersebut meningkat lebih dari 1.000 kasus pada tahun 2022. Kasus keracunan pangan didominasi oleh masakan rumah tangga sebesar 53% diikuti dengan penyebab lain yang berasal dari penjual makanan keliling sebesar
ADVERTISEMENT
17%, jasa boga 15%, pangan kemasan 4%, rumah makan 4%, dan kedai pangan jajanan 7%.
Fakta bahwa masakan rumah tangga menyumbang sebagian besar kasus keracunan pangan di Indonesia menjadi persoalan yang ironi. Pasalnya, banyak orang yang menganggap bahwa masakan rumahan lebih aman dibandingkan dengan makanan dari luar. Namun, kondisi yang terjadi di lapangan menampakkan hasil yang berbeda. Masakan rumahan tidak terbukti lebih aman dibandingkan makanan dari luar.
Masakan rumah tangga merupakan tingkat pengolahan makanan paling sederhana, dimana dalam penyelenggaraannya tidak diperlukan SOP (Standar Operasional Produksi) dan aturan-aturan mengikat yang berlaku pada industri pangan. Oleh karena itu, kesadaran dan pengetahuan seseorang dalam mengolah makanan sangat menentukan kualitas makanan itu sendiri. Selain itu, kasus keracunan makanan akibat masakan rumah tangga dapat disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut.
ADVERTISEMENT
1. Bahan Baku yang Terkontaminasi.
Bahan baku yang terkontaminasi menjadi akar dari terjadinya kasus keracunan makanan oleh masakan rumah tangga. Bahan baku rentan terkontaminasi oleh bakteri pantogen, virus, parasit dan pestisida. Dalam hal ini, proses kontaminasi dapat terjadi saat proses penanaman, pengolahan dan penyimpanan. Oleh karena itu, memastikan kualitas bahan baku sebelum diolah sangatlah penting untuk dilakukan.
2. Praktik Kebersihan yang Buruk.
Faktor selanjutnya ialah praktik kebersihan yang buruk. Seringkali dalam proses mengolah makanan, kerbersihan menjadi persoalan yang disampingkan. Kebiasaan tidak mencuci tangan, perabotan memasak yang kotor, hingga penggunaan air yang terkontaminasi dalam mencuci atau memasak masih terjadi. Hal-hal tersebut juga dapat mendorong pertumbuhan bakteri pada makanan.
ADVERTISEMENT
3. Penanganan Makanan yang Tidak Tepat.
Selain bahan baku dan praktik kebersihan yang buruk, penanganan makanan yang tidak tepat juga menjadi persoalan serius. Menyimpan dan memasak makanan pada suhu yang tidak sesuai dalam waktu yang terlalu lama atau terlalu singkat menyebabkan kerusakan pada makanan itu sendiri. Kesalahan seperti ini dapat menyebabkan bakteri pada makanan tidak mati. Bahkan, nutrisi yang terkandung dalam makanan tersebut dapat berubah.
Di sisi lain, penggunaan bahan pengawet dan penyedap buatan yang melebihi batas masih sering terjadi. Meskipun bahan-bahan tersebut meningkatkan daya simpan dan rasa makanan, penggunaan tidak sesuai kadar adalah sesuatu yang harus dihindari. Ketika bahan pengawet dan penyedap buatan digunakan terlalu banyak, hal tersebut dapat menyebabkan keracunan dan masalah kesehatan jangka panjang, seperti gangguan pencernaan, alergi, bahkan kanker.
ADVERTISEMENT
Keracunan akibat masakan rumahan bukanlah masalah yang sepele. Apabila tidak segera diambil tindakan pencegahannya, dikhawatirkan hal tersebut akan berimbas pada terganggunya kesehatan generasi mendatang. Generasi mendatang adalah salah satu penentu nasib dari suatu bangsa. Oleh karena itu, peran pemerintah sangatlah diperlukan dalam kasus ini. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya mencegah dan menanggulangi kasus keracunan makanan akibat masakan rumah tangga.
1. Edukasi Masyarakat dan Kampanye Kesehatan Masyarakat.
Langkah dasar yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mengadakan program edukasi masyarakat. Dalam hal ini, edukasi yang dilaksanakan dapat berfokus pada pengelola rumah tangga, khususnya para ibu melalui program PKK (Penyuluhan Kesejahteraan Masyarakat). Edukasi yang dilakukan meliputi sosialisasi kepentingan menjaga kebersihan dapur dan perabotan memasak, cara
ADVERTISEMENT
memilih bahan baku yang baik, teknik memasak yang tepat serta penyuluhan penyimpanan makanan yang sesuai.
Selanjutnya adalah melaksanakan kampanye kesehatan masyarakat. Modernisasi mendorong pengaruh kuat dalam penggunaan media sosial. Dewasa ini, banyak negara di dunia mulai berinovasi, khususnya dalam penerapan kampanye kesehatan masyarakat berbasis media sosial. Hal ini dapat menjadi langkah yang diterapkan Indonesia dalam meningkatkan kesadaran masyarakat. Pemerintah dapat berkolaborasi dengan aktor-aktor di media sosial dan menciptakan tren terkait pangan yang berkualitas. Dengan metode tersebut, pemerintah dapat lebih mudah menjangkau masyarakat dengan cara yang lebih menarik untuk dilakukan.
2. Memperkuat Standarisasi Bahan Makanan.
ADVERTISEMENT
Indonesia telah memiliki regulasi yang mengatur tentang standarisasi bahan makanan. Salah satu contohnya ialah Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 yang membahas perihal pangan dan menjamin ketersediaan pangan yang aman, bergizi dan berkualitas. Namun, dalam realisasinya, regulasi tersebut belum cukup optimal. Hal tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh tingkat kepatuhan masyarakat yang rendah. Produk-produk dengan kandungan tidak aman masih tersebar luas di seluruh daerah.
Solusi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan standarisasi bahan makanan adalah dengan mengembangkan riset dan inovasi dengan mendukung penelitian untuk meningkatkan kualitas bahan baku serta meningkatkan pengawasan terhadap bahan baku yang beredar. Dalam hal ini, pemerintah dapat berkolaborasi dengan universitas, lembaga penelitian bahkan lembaga swadaya masyarakat. Jika hal tersebut dilakukan, maka pemerintah akan lebih mudah dalam menjangkau produk- produk kecil di pasar.
ADVERTISEMENT
3. Menyediakan Lembaga Sebagai Sistem Pelaporan dan Tindak Lanjut.
Indonesia dapat membentuk lembaga khusus yang mengkaji dan menindaklajuti permasalahan pangan. Dalam hal ini, Indonesia dapat mencontoh Australia. Australia memiliki lembaga khusus untuk menangani permasalahan pangan bernama OzFoodNet. Namun, perlu sosialisasi lanjutan kepada masyarakat untuk lebih mengenal lembaga tersebut agar jika terjadi permasalahan pangan yang terjadi, masyarakat sudah mengerti lembaga yang bisa menangani masalah tersebut. Dibangunnya lembaga ini dapat meningkatkan ketahanan pangan serta kualitas pangan yang ada.
Keracunan makanan akibat masakan rumah tangga adalah masalah yang ironi dalam keamanan pangan di Indonesia. Kondisi tersebut berkaitan erat dengan kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam mengolah makanan. Oleh karena itu, peran efektif pemerintah
dalam meningkatkan keamanan pangan sangat diperlukan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain, melakukan edukasi dan kampanye kesehatan masyarakat, meningkatkan standarisasi bahan makanan serta mendirikan lembaga sebagai sistem pelaporan dan tindak lanjut terkait masalah pangan. Keamanan pangan berbanding lurus dengan peningkatan kualitas kesehatan generasi mendatang. Generasi mendatang adalah tombak keberhasilan suatu negara. Oleh karena itu, meningkatkan kualitas pangan yang beredar di masyarakat sangat penting dilakukan.
ADVERTISEMENT