Konten dari Pengguna

Pasokan Terputus, Produksi Tergerus: Dinamika Industri Petrokimia Belanda

Bilqis Rifdah Hanifah
Mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Sebelas Maret.
10 Mei 2025 13:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bilqis Rifdah Hanifah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Industri Petrokimia di Belanda. (Foto oleh Michael Pointner dari Pexels: https://www.pexels.com/id-id/foto/awan-mega-mendung-industri-15893881/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Industri Petrokimia di Belanda. (Foto oleh Michael Pointner dari Pexels: https://www.pexels.com/id-id/foto/awan-mega-mendung-industri-15893881/)
ADVERTISEMENT
Invasi Rusia-Ukraina yang mencuat pada awal tahun 2022 memicu pergeseran yang signifikan dalam tatanan geopolitik serta ekonomi global. Salah satu dampak yang menyita perhatian penduduk dunia adalah terganggunya rantai pasokan energi, terutama gas alam yang berasal dari Rusia. Kondisi ini berimbas pada menurunnya produktivitas industri-industri di Eropa, tak terkecuali Belanda. Negara Kincir Angin tersebut dikenal dengan industri petrokimia yang maju, menjadikannya sebagai penopang ekonomi nasional dan ekspor.
ADVERTISEMENT
Industri petrokimia merujuk pada sektor yang memproses gas alam dan minyak bumi menjadi berbagai produk kimia yang kerap digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya plastik, karet, kosmetik, dan farmasi. Mengingat besarnya ketergantungan sektor ini terhadap energi, gangguan dalam pasokan energi global berpotensi memicu dampak yang tidak dapat diabaikan.

Dampak Terputusnya Pasokan Gas Terhadap Industri Petrokimia Belanda

Krisis pasokan gas dari Rusia menyebabkan lonjakan harga energi yang luar biasa di seluruh Eropa. Menurut laporan dari Rabobank, harga gas alam di pasar Eropa mencapai angka rekor hampir €350 per megawatt-jam pada Agustus 2022. Kenaikan harga energi yang tajam ini memperburuk beban biaya produksi, terutama bagi industri yang sangat bergantung pada energi intensif, seperti industri petrokimia di Belanda.
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu kontributor utama ekspor Belanda, sektor petrokimia merasakan pengaruh yang sangat besar. Menilik data dari dari ING, produksi kimia Belanda mengalami penurunan hampir sekitar 20% dari puncaknya pada awal 2022. Meskipun terdapat sedikit pemulihan pada awal 2023, tren penurunan kembali terjadi dalam beberapa bulan berikutnya, seiring dengan terus tingginya harga energi dan ketidakpastian terkait pasokan.
Penurunan produksi ini secara langsung berimbas pada kinerja ekspor Belanda. Berdasarkan data dari Biro Statistik Belanda (CBS), ekspor produk-produk Belanda ke Rusia pada kuartal pertama 2023 hanya mencapai €768 juta. Angka ini mencerminkan penurunan signifikan sebesar 34% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa sejatinya krisis energi tidak hanya berimbas pada sektor domestik, tetapi juga menghambat posisi Belanda di pasar internasional.
ADVERTISEMENT

Teori Interdependensi Ekonomi oleh Richard N. Cooper

Demi menganalisis fenomena ini, teori interdependensi ekonomi oleh Richard N. Cooper menawarkan perspektif yang relevan. Cooper menyatakan bahwa dalam sistem ekonomi global, negara-negara saling bergantung satu sama lain. Dalam konteks ini, Rusia sebagai negara pemasok energi gas ke Eropa, bertindak untuk mengurangi pasokannya. Kondisi yang demikian menimbulkan efek domino terhadap negara-negara lain yang bergantung pada energi tersebut. Keterikatan Belanda terhadap gas alam dari Rusia telah menciptakan iklim rentan yang kemudian menekan performa sektor industrinya. Fenomena ini memperlihatkan bagaimana dinamika pasar energi dapat mengubah arah ekonomi suatu negara yang sebelumnya stabil.

Respon Pemerintah Belanda

Sebagai respons terhadap krisis ini, pemerintah Belanda mendorong berbagai langkah efisiensi energi dalam sektor industri. Sejak 2023, pemerintah mewajibkan perusahaan besar untuk mengimplementasikan teknologi hemat energi yang diperkirakan dapat memberikan pengembalian investasi dalam jangka waktu lima tahun. Selain itu, Belanda juga mempercepat transisi ke energi terbarukan sebagai langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil impor.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, meski pemerintah telah memberikan subsidi energi untuk membantu sektor industri bertahan, banyak pelaku usaha yang mengungkapkan bahwa dukungan tersebut belum cukup untuk menanggulangi lonjakan biaya produksi yang besar. Maka dari itu, langkah-langkah jangka panjang, seperti diversifikasi energi dan pembangunan infrastruktur energi lokal yang lebih tahan banting, menjadi sangat penting untuk menjaga ketahanan ekonomi Belanda di masa depan.
Krisis pasokan gas dari Rusia telah menjadi persoalan serius bagi ketahanan ekonomi Belanda. Lonjakan harga energi yang tajam menyebabkan penurunan produksi sektor petrokimia, yang pada gilirannya juga mempengaruhi ekspor negara. Kondisi ini menggambarkan betapa rentannya ketergantungan pada energi global yang dapat menjadi titik lemah dalam struktur ekonomi nasional. Dengan merujuk pada Teori Interdependensi Cooper, kita dapat memahami bagaimana tekanan dari luar dapat meruntuhkan struktur produksi suatu negara. Di masa mendatang, keberlanjutan energi dan strategi diversifikasi akan menjadi hal yang sangat krusial untuk memastikan stabilitas ekonomi bagi negara-negara yang mengandalkan industri berbasis energi.
ADVERTISEMENT