Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Hustle Culture: Produktif Atau Toxic Productivity?
30 November 2024 18:02 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Bilsha Davienna Eka Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hustle Culture saat ini semakin marak dan seakan menjadi trend di kalangan generasi muda. Hustle culture merupakan suatu budaya bekerja keras yang berlebihan hingga melampaui batas kemampuan diri. Para kelompok hustle culture ini sering kali dianggap "keren" karena dipandang sangat produktif dan banyak melakukan kegiatan. Namun, jika budaya hustle culture ini berdampak buruk pada kesehatan, apakah masih bisa disebut produktif? Atau malah menjadi toxic productivity?
ADVERTISEMENT
Selain sebagai branding “seseorang yang produktif” agar mendapatkan pengakuan atau validasi dari orang lain, tuntutan untuk melakukan hustle culture juga bisa disebabkan karena dunia kerja yang semakin kompetitif. Orang-orang berlomba-lomba untuk bekerja keras tanpa peduli terhadap kesehatan diri mereka sendiri, agar dapat mencapai posisi tertentu yang membanggakan. Contoh yang bisa kita lihat adalah karyawan yang bekerja keras dan sering mengambil jam lembur agar dapat dipromosikan oleh atasannya dan naik jabatan.
Orang-orang yang menjadi bagian dari kelompok hustle culture ini biasanya menganggap bahwa produktivitas merupakan hal yang sangat penting dan utama. Mereka seakan tidak bisa diam sebentar saja dan terus mencari kegiatan untuk menyibukkan diri agar produktif. Produktivitas yang dianggap menjadi nilai dari diri seseorang membuat para kelompok hustle culture seakan merasa bersalah ketika tidak melakukan apapun.
ADVERTISEMENT
Namun, bagaimana jika budaya hustle culture ini justru memengaruhi kesehatan seseorang? Bekerja terlalu keras hingga melampaui batas kemampuan tubuh bisa sangat berbahaya dan rentan bagi seseorang untuk jatuh sakit. Seseorang yang melakukan hustle culture cenderung memiliki pola hidup yang kurang baik. Pola hidup ini biasanya ditandai dengan begadang, makan tidak teratur, jarang berolahraga, dan lainnya.
Lantas bagaimana cara agar seseorang bisa tetap produktif tetapi juga tetap sehat? Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dapat menjaga kesehatan namun bisa tetap produktif, sebagai berikut.
1. Mengetahui kapasitas diri sendiri
Dengan mengetahui kapasitas diri, kita dapat memberikan batasan-batasan bagi tubuh untuk melakukan suatu pekerjaan. Tidak memaksakan tubuh untuk terus bekerja keras menjadi hal yang penting untuk menjaga kesehatan agar bisa tetap produktif sesuai kemampuan.
ADVERTISEMENT
2. Makan dan tidur teratur
Mengatur pola makan dengan makan tepat waktu dan dengan makan makanan yang seimbang sangatlah penting untuk menjaga kesehatan. Selain itu, dibarengi dengan tidur yang cukup minimal 8 jam sehari, agar badan tetap bugar untuk dapat beraktivitas.
3. Fokus pada diri sendiri bukan ucapan orang lain
Para kelompok hustle culture terlalu memikirkan ucapan atau harapan-harapan orang lain untuk terus bekerja keras dan menghasilkan sesuatu. Padahal jika terlalu memaksa, hal tersebut dapat berakibat buruk pada kesehatan fisik maupun mental. Fokus pada proses dan pencapaian diri sendiri menjadi solusi agar fisik dan mental tetap sehat.