Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Eksistensi Permukiman Baluwarti Sebagai Kampung Edukasi Wisata Masyarakat Solo
23 April 2022 9:09 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Bima Sakti Yudhatama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
A. Asal Usul Kampung Baluwarti
Kampung Baluwarti adalah sebuah kelurahan yang secara administratif berada di kawasan Keraton Kasunanan Surakarta (Istana Kasunanan Surakarta) Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta yang memiliki ciri khas lokal misalnya, cara hidup, adat, dan makanan masyarakat masih membawa budaya Jawa.
ADVERTISEMENT
Di bidang pariwisata, sumber daya tersebut dapat dirumuskan dan dikembangkan sebagai destinasi eduwisata budaya di Indonesia. Hal ini disebabkan proses perkembangan tempat tersebut tidak lepas dari masa pemerintahan setiap penguasa dengan kebijakan tata ruang dan penataan ruangnya sejak tahun 1745 sampai sekarang.
Masyarakat yang tinggal di Kampung Baluwarti dikenal sebagai kerabat keraton atau sering disebut abdi dalem. Berbagai tradisi dan adat dalam kehidupan keraton sangat kental dengan budaya tradisional Jawa dan telah melekat pada masyarakat Kampung Baluwarti hingga saat ini.
Kata 'Baluwarti' berasal dari bahasa Portugis 'Baluarte' yang berarti benteng, sedangkan dalam bahasa Jawa adalah dinding kastil. Baluwarti adalah batas keraton, yang di bagian dalamnya adalah keraton dan tempat tinggal raja dan keluarganya (sentana dalem) dan para abdi dalem yang paling dekat dengan raja. Dikaitkan dengan konsep kota Jawa di masa lalu, Kampung Baluwarti bisa diartikan sebagai ‘kutha’ Sala (nama kota yang populer).
ADVERTISEMENT
Makna 'kutha' dalam masyarakat Jawa melambangkan lingkungan perumahan yang terletak di dalam tembok wilayah tempat tinggal benteng atau pemimpin negara. Secara harafiah kata kutha berarti kawasan pemukiman yang dilindungi oleh tembok yang dibangun melingkari bentuk bujur sangkar . Bahwa warisan budaya mudah rusak dan terlupakan karena tidak berwujud (living memory) dan berupa dokumen fisik.
Kelurahan Baluwarti merupakan salah satu permukiman tradisional yang sampai saat ini masih ada eksistensinya di Indonesia. Kelurahan Baluwarti terletak di Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta ini merupakan permukiman yang seluruh masyarakatnya menempati tanah dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Kata "Baluwarti" berasal dari bahasa Portugis yaitu "Baluarte" yang artinya "Benteng". Pada mulanya Baluwarti adalah wilayah yang dihuni oleh keluarga keraton dan abdi dalem.
ADVERTISEMENT
B. Tipe Rumah Kelurahan Baluwarti
Pada umumnya tipe rumah di Kelurahan Baluwarti dapat dibagi menjadi 3 golongan. Golongan pertama, adalah tipe rumah Jawa lengkap yang berbentuk Joglo dengan arsitektur pringgitan, dalem ageng, dan pendapa. Tipe rumah ini biasanya dibangun di halaman luas dan dikelilingi dinding yang tinggi. Golongan kedua, merupakan tipe rumah Jawa berbentuk Limasan sedangkan golongan ketiga berbentuk kampung-kampung.
Permukiman Baluwarti memiliki keunikan tersendiri dimana permukiman ini berbeda dengan permukiman tradisional lainnya karena permukiman ini berada di dalam kawasan keraton Surakarta. Dimana keraton Surakarta dikenal sebagai pusat kebudayaan Jawa. Sehingga permukiman tradisional lainnya yang berada di Jawa, tentunya bersumber dari budaya keraton Surakarta.
Mayoritas kepercayaan masyarakat Kelurahan Baluwarti memeluk agama Kejawen. Masyarakat Baluwarti memiliki toleransi yang tinggi antar umat beragama, contohnya pada penyelenggaraan Kirab Kerbau 1 Suro seluruh masyarakatnya ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan acara tersebut tanpa melihat agama, etnis, dan suku.
ADVERTISEMENT
C. Kampung Baluwarti Sebagai Kampung Edukasi Wisata
Bangunan di Baluwarti menunjukkan arsitektur tradisional Jawa, terlihat dari bangunan rumahnya yang berbentuk kampung, limasan, dan Joglo, yang masih dilihat hingga sekarang. Sebagian besar masyarakat di Kelurahan Baluwarti masih memegang teguh dalam hal adat-istiadat, kebiasaan, tata cara dan budaya Jawa (keraton) di tengah modernisasi.
Keunikan inilah yang menjadikan permukiman Baluwarti masuk dalam kawasan cagar budaya yang ada di Kota Solo, dan sekaligus merupakan peninggalan yang bernilai sejarah, sesuai Surat Keputusan Walikota madya Kepala Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 646/116/i/1997 tentang Penetapan Bangunan dan Kawasan Kuno Bersejarah di Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta.
Sampai sekarang Kelurahan Baluwarti dijadikan tempat wisata bagi para pengunjung dari dalam kota maupun luar kota. Kelurahan Baluwarti merupakan wisata budaya yang patut dilestarikan. Sikap toleransi dan harmonis masyarakat Kelurahan Baluwarti juga harus kita contoh dalam era modernisasi seperi ini.
ADVERTISEMENT
Daftar Referensi :
Cavalheiro, M. B., Joia, L. A., & Cavalheiro, G. M. d. C. 2019. Towards a Smart Tourism Destination Development Model: Promoting Environmental, Economic, Socio-Cultural and Political Values. Tourism Planning & Development, 17(3), 237-259. Doi: 10.1080/21568316.2019.1597763
Eusébio, C., Vieira, A. L., & Lima, S. (2018). Place Attachment, Host–Tourist Interactions, and Residents’ Attitudes Towards Tourism Development: The Case of Boa Vista Island in Cape Verde. Journal of Sustainable Tourism, 26(6), 890-909. Doi: https://Doi.org/10.1080/09669582.2018.1 425695
Gunardi, G. (2010). Identifikasi Potensi Kawasan Wisata Kali Pasir, Kota Tagerang. Jurnal Planesa, 1(1), 28-35.
Kraftchick, J. F., Byrd, E. T., Canziani, B., & Gladwell, N. J. (2014). Understanding Beer Tourist Motivation. Tourism Management Perspectives, 12, 41-47. Doi: https://Doi.org /10.1016/j.tmp.2014.07.001
ADVERTISEMENT
Lam, J., Ariffin, A. A. M., & Ahmad, A. H. (2011). Edutourism: Exploring The Push-Pull Factors in Selecting a University. International Journal of Business & Society, 12(1), 63-78.