Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Konflik Antar Perguruan : Dampak Negatif Pencak Silat Di Kabupaten Nganjuk
3 Februari 2025 10:16 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Bima Satria Haidar Zulqarnain tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pencak Silat merupakan salah satu seni bela diri tradisional yang ada di Indonesia. Pencak silat sendiri adalah warisan turun-temurun budaya Indonesia yang telah menjadi kebanggaan nasional. Sebagai salah satu seni bela diri yang ikonik, pencak silat juga termasuk cabang olahraga di Indonesia. Pencak silat tidak hanya mengasah dan mengajarkan keterampilan fisik, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moralitas seperti, bertanggung jawab, sopan santun, jujur, disiplin, kesabaran, dan saling menghormati antar sesama. Namun, di beberapa daerah, termasuk Kabupaten Nganjuk aktivitas pencak silat sering kali dikaitkan dengan dampak negatif yang tentunya merugikan banyak pihak. Hal ini bukan disebabkan oleh seni bela dirinya itu sendiri, melainkan dilakukan oleh perilaku individu atau kelompok tertentu yang menyimpang dari nilai-nilai luhur pencak silat.
ADVERTISEMENT
Di Kabupaten Nganjuk, persaingan antar perguruan silat sering kali memicu konflik antar anggota. Konflik tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan pandangan, perebutan wilayah latihan, atau bahkan hal-hal sepele yang dapat berujung pada bentrok fisik. Beberapa individu atau kelompok yang mempelajari pencak silat menyalahgunakan keterampilan mereka untuk tindakan negatif, seperti perkelahian, konvoi yang melanggar aturan atau aksi premanisme. Alih-alih menjadi oknum pelindung masyarakat, mereka justru menjadi ancaman bagi keamanan lingkungan masyarakat. Konflik ini tidak hanya merugikan perguruan pencak silat itu sendiri, tetapi juga menciptakan keresahan di hati masyarakat.
Dampak Negatif Dari Konflik Antar Perguruan Di Kabupaten Nganjuk
Konflik maupun tindakan kekerasan yang melibatkan seluruh anggota perguruan silat di Nganjuk telah menciptakan stigma negatif masyarakat terhadap pencak silat secara umum. Bentrok antar kelompok pencak silat di Kabupaten Nganjuk sering kali melibatkan kerumunan massa, yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. Tidak jarang, konflik ini meluas hingga merusak fasilitas umum dan menimbulkan korban jiwa atau luka-luka. Dari konflik tersebut tidak heran banyak masyarakat Nganjuk yang menganggap pencak silat identik dengan kekerasan, sehingga dari hal tersebut sudah merusak citra pencak silat itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya masyarakat saja, dalam beberapa kasus lainnya, generasi muda yang bergabung dengan perguruan pencak silat juga terpengaruh oleh lingkungan yang kurang sehat. Alih-alih belajar nilai-nilai moral, mereka justru terbawa dalam perilaku anarkis atau kebiasaan buruk lainnya, seperti penggunaan alkohol atau narkoba. Konflik antar perguruan pencak silat ini sangat bertentangan dan menyimpang dari nilai-nilai luhur dan budi pekerti yang diajarkan dalam seni bela diri tersebut.
Solusi Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk Untuk Menangani Konflik Antar Perguruan Pencak Silat
Diperlukan adanya kerja sama antara pemerintah daerah, perguruan pencak silat, dan masyarakat. Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah pengawasan ketat oleh pemerintah daerah untuk memantau aktivitas perguruan pencak silat agar tidak terjadi konflik dan memastikan setiap kegiatan berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Peningkatan edukasi dan mediasi pencak silat juga diperlukan untuk perguruan pencak silat maupun masyarakat Nganjuk. Pemerintah daerah dan perguruan pencak silat perlu menekankan kembali nilai-nilai moral dan etika kepada seluruh anggotanya. Hal ini dilakukan agar stigma negatif masyarakat terhadap pencak silat berkurang dan bisa mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap hal positif yang bisa dipetik pada pencak silat itu sendiri.
ADVERTISEMENT