Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Sanksi Ekonomi dan Politik Amerika Serikat terhadap Iran
18 Januari 2021 14:16 WIB
Tulisan dari Savistka Bintang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Embargo dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan pelarangan dalam perniagaan dan perdagangan yang dilakukan suatu negara dengan negara tertentu. Berdasarkan definisinya tersebut maka penggunaan kata ini biasa dipakai pada sistem perniagaan dan politik internasional. Pada dasarnya embargo diusung oleh sekelompok negara yang ditujukan untuk negara lain dengan cara mengisolasi dan menyebabkan pemerintah negara tersebut mengalami kesulitan yang tinggi. Hal ini tentu sangat merugikan negara yang terdampak embargo tersebut. Namun, perlu diketahui bahwa suatu negara yang diberikan embargo dikarenakan negara tersebut melakukan suatu pelanggaran kebijakan sehingga diharuskan mendapat hukuman politik dari negara lainnya. Sedangkan embargo ekonomi dapat didefinisikan sebagai bentuk pelarangan perdagangan atau aktivitas ekspor impor yang dilaksanakan dengan suatu negara. Mengingat dalam konteks ekonomi-politik global dimana ekonomi menjadi suatu instrumen penting yang saling berkaitan. Pada dasarnya embargo ekonomi ini memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah suatu negara yang terkena embargo akan menjadi negara yang mandiri, tapi dampak negatifnya adalah ketika negara tersebut kesulitan maka negara tersebut tidak dapat meminta bantuan dengan negara yang memberikan embargo.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan sejarah yang menyatakan bahwa Amerika Serikat sebagai pemenang dari perang dingin dan perang dunia telah memberikan dampak yang sangat dapat dirasakan oleh dunia Internasional. Hal ini dapat diketahui dari tingkat dominasi Amerika Serikat pada negara lain. Seiring perkembangan zaman yang semakin maju dan diikuti dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat menyebabkan kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi oleh suatu negara pun meningkat pesat. Kebutuhan yang harus terpenuhi tersebut di antaraya mencakup kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Kemajuan dibidang teknologi yang ada saat ini dinilai sangat memudahkan manusia dalam melakukan segala kegiatannya. Salah satu manfaat dari perkembangan teknologi adalah dengan hadirnya kendaraan-kendaraan yang mempermudah masyarakat untuk melakukan transportasi atau mobilisasi. Seperti yang kita ketahui bahwa suatu kendaraan tentu membutuhkan bahan bakar untuk dapat berfungsi dengan baik. Negara Amerika Serikat yang merupakan negara super power juga tentunya membutuhkan bahan bakar untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya yang memiliki jumlah sangat besar. Dalam memenuhi kebutuhan akan bahan bakar untuk masyarakatnya, Amerika Serikat telah menyusun berbagai macam strategi agar bisa memenuhi kebutuhan bahan bakar tersebut dengan hanya bersumber dari negaranya sendiri, tanpa meminta bantuan dengan negara lain. Namun, hal tersebut tetap tidak bisa terwujud, mengingat besarnya kebutuhan bakar Amerika Serikat, sehingga AS pun melakukan pemasokan bahan bakar yang salah satunya adalah minyak bumi dari beberapa negara di antaranya adalah Arab Saudi, Irak, Iran, Kuwait, Uni Emirat Arab, dan Qatar. Namun, setelah hubungan Amerika Serikat dengan Iran yang tidak harmonis menyebabkan AS memasok minyak bumi yang bersumber dari Arab Saudi saja. Hubungan yang tidak harmonis antara AS dengan Iran ini berawal dari adanya penyanderaan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Iran saat tahun 1979 dan semakin diperkeruh saat AS membuat misi balas dendam dengan mengangkat isu nuklir Iran pada Dewan Keamanan PBB, serta diberlakukannya sanksi ekonomi Iran dari Amerika Serikat dengan berbagai macam kebijakan yang dinilai sangat merugikan Iran yang dimulai saat pemerintahan Bill Clinton tahun 1980 hingga sekarang.
ADVERTISEMENT
Salah satu negara yang terkena embargo adalah Iran. Iran sudah lama terkena embargo dari Amerika Serikat dengan beberapa negara barat lainnya. Dimana sanksi tegas yang diberikan kepada Iran ini mencakup penjualan minyak dari negaranya yang tidak boleh dijual ke beberapa negara termasuk salah satunya Amerika. Sanksi tegas tersebut mulai diberlakukan sejak tahun 1980 ketika Iran melakukan pelanggaran dengan tetap memproduksi dan mengembangkan nuklir di wilayahnya tersebut. Mengingat sanksi yang telah diberikan oleh negara super power ini dinilai sangat ketat dan sangat menyusahkan Iran, maka Iran diberikan keringanan selama enam bulan untuk dapat tetap menjual minyaknya ke beberapa negara yang telah dikecualikan tersebut, di antaranya adalah Rusia, China, Turki, India, Korea Selatan, Italia, Jepang, Taiwan, dan Yunani.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2018 Iran berhasil memproduksi minyak mentah hingga menyentuh angka 3,8 barrel per hari dan dapat mengekspor minyaknya mencapai angka 2,3 barrel setiap harinya. Namun, hal tersebut tidak didapatkan secara cuma-cuma atau gratis oleh Iran. Karena AS secara tegas memerintahkan pada negara-negara importir minyak dari Iran untuk membatasi pembeliannya. Hal ini tentu sangat merugikan Iran, bahkan jika ditinjau lebih lanjut, Iran mengalami penurunan pendapatan hingga 1 juta barrel perharinya. Tidak hanya itu, keadaan yang semakin buruk terjadi ketika keringanan selama enam bulan tersebut telah habis. Karena setelah itu, Iran akan semakin kebingungan untuk menjual minyaknya.
Pada realitanya, Iran pernah mengalami keringanan yang dimana Iran dinyataka telah terbebas dari embargo yang lebih tepatnya saat pemerintahan Obama. Namun, setelah pemerintahan Obama berakhir yang dimana digantikan oleh Donald Trump, Iran harus terkena embargo lagi. Bakan hukuman yang diterima oleh Iran semakin diperketat dan diperparah oleh Donald Trump. Trump melakukan embargo yang pertama tepatnya pada tanggal 7 Agustus 2018 yang mengakibatkan Iran mengalami keterpurukan dibidang ekonomi.
ADVERTISEMENT
Meskipun Iran dijatuhi hukuman embargo yang lebih ketat oleh Donald Trump, tapi kali ini Iran merasa mampu melewati hukuman tersebut dengan lancar. Hal ini selaras dengan pernyataan Duta Besar Iran untuk Indonesia Valiollah Mohammadi, yang menyatakan bahwa Iran akan mampu bertahan dari sanksi ekonomi Amerika Serikat dan bisa mencetak kemajuan. Kemajuan yang dimaksudkannya tersebut terbagi ke dalam tiga hal di antaranya adalah Iran memiliki dukungan yang tinggi dari masyarakatnya, masih memiliki hubungan baik dengan beberapa negara di dunia, dan Iran sangat bisa mengelola sumberdayanya.
Kali ini pada tahun 2020, akhirnya Iran terbebas dari embargo ekonomi dan politik oleh Amerika Serikat, setelah bertahun-tahun lamanya. Melalui PBB dahulu, AS menarik diri dari kesepakatan nuklir tahun 2018 dalam kepemimpinan Donald Trump lalu memberikan sanksi terhadap Iran. Pada saat ini, akhirnya Iran dapat memperjual-belikan senjatanya lagi, meskipun AS sendiri telah bersikeras lagi untuk tetap menerapkan sanksi PBB terhadap Iran, karena mungkin bisa saja disalahgunakan dalam pembelian senjata oleh negara yang bersangkutan. Bahkan, Menlu AS mengatakan untuk siapapun menjual senjata pada Iran secara terang-terangan sama saja seperti mengancam keamanan dunia, maka dari itu diberikan sanksi.
ADVERTISEMENT