Konten dari Pengguna

ASEAN dan Amerika Serikat: Kerjasama Strategis atau Tantangan Transaksional?

Bintang Corvi Diphda
Mahasiswa Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya.
16 Maret 2025 17:56 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bintang Corvi Diphda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: ChatGPT DALL-E
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: ChatGPT DALL-E
ADVERTISEMENT

Masa Depan Hubungan ASEAN dan Amerika Serikat: Kerjasama Strategis atau Tantangan Transaksional?

Ketegangan dalam konstelasi geopolitik global yang terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir telah membawa dampak besar pada dinamika internasional. Hal tersebut membuat negara-negara di dunia kini cenderung bersikap lebih agresif vis-a-vis proteksionis dalam interaksi antar satu sama lain. Hal tersebut seolah menyurutkan arah angin globalisasi yang mendorong proses demokratisasi global.
ADVERTISEMENT
Meskipun dalam beberapa dekade terakhir nilai-nilai demokrasi dan liberalisme terus berkembang di berbagai belahan dunia, namun realitas politik global sekarang ini justru menunjukkan kecenderungan sebaliknya, negara-negara di dunia semakin mengarah pada kepentingan nasional yang egoistis dan self-help.
Dalam lanskap politik global yang semakin keruh, berbagai negara dan aktor dalam ruang lingkup internasional berupaya mencari cara baru untuk menghadapi persoalan ini, terutama dalam konteks hubungan antarnegara. Multilateralisme mengalami kemunduran dengan banyaknya negara yang menerapkan kebijakan ekonomi proteksionis, seperti memberlakukan tarif perdagangan yang justru memperburuk ketegangan antar negara.
Dalam ketegangan yang terus meningkat, penting untuk memahami bagaimana kerja sama dalam kerangka regionalisme, seperti ASEAN, dapat beradaptasi, terutama untuk menghadapi manuver politik luar negeri dari negara besar seperti Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Trump yang semakin menunjukkan sikap agresif terhadap mitra internasionalnya.
ADVERTISEMENT
Perlu diingat bahwa ASEAN dan Amerika Serikat memiliki sejarah panjang dalam hubungan bilateral antara keduanya. Oleh karena itu, di tengah ketidakpastian dan instabilitas global yang terus meningkat, bagaimana ASEAN dapat menavigasi hubungan yang lebih kuat dan strategis dengan Amerika Serikat?

ASEAN Dengan Berbagai Potensinya

Sebelum membahas terkait bagaimana ASEAN dapat bermanuver dalam menghadapi ketidakpastian geopolitik global, penting bagi dunia untuk menaruh perhatian pada ASEAN. Hal ini disebabkan oleh posisi dan potensi ASEAN yang semakin berkembang sebagai pusat ekonomi global.
Dengan total PDB mencapai $3,6 triliun pada 2024, ASEAN kini menjadi ekonomi terbesar kelima di dunia dan diperkirakan akan terus tumbuh pada kisaran 4–5% per tahun. Sehingga, hal ini semakin memperkuat pandangan bahwa ASEAN akan semakin menjadi aktor kunci dalam rantai pasok global dan ekonomi global.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dengan populasi 673 juta jiwa, di mana 60% berusia di bawah 35 tahun, ASEAN memiliki potensi tenaga kerja yang menjanjikan serta kelas menengah yang diprediksi mencapai 350 juta orang pada 2030 sebagai potensi pasar ekonomi yang luas.
Perekonomian ASEAN sendiri ditopang oleh sektor manufaktur, jasa, dan pertanian. Vietnam dan Malaysia unggul dalam ekspor elektronik, sementara industri nikel Indonesia mendominasi produksi baterai kendaraan listrik. Selain itu ada sektor pariwisata yang menyumbang 12% dari PDB ASEAN.
Di sektor investasi, ASEAN berhasil menarik investasi asing (FDI) sebesar $229,8 miliar pada 2023, meningkat tipis 0,3% dari $229,2 miliar pada 2022. Perusahaan teknologi besar seperti Microsoft ($2,2 miliar di Malaysia) dan Google ($1 miliar di Thailand) turut mendorong pertumbuhan ekonomi digital.
ADVERTISEMENT
Salah satu keunggulan strategis ASEAN lainnya adalah pada posisinya yang sangat vital secara geografis. ASEAN menjadi salah satu jalur laut paling penting di dunia, dengan wilayah yang mencakup Laut China Selatan hingga Selat Malaka. Keunggulan geografis ini memperkuat daya tawar ASEAN dalam politik dan ekonomi global. Oleh karena itu, membangun hubungan dan kerja sama dengan ASEAN adalah langkah strategis bagi negara-negara besar dalam politik global, termasuk Amerika Serikat.

Kerja Sama Amerika Serikat dengan ASEAN

Dalam sejarah panjang hubungan bilateral, ASEAN telah menunjukkan posisinya sebagai mitra ekonomi utama bagi Amerika Serikat. Pada 2023, nilai perdagangan bilateral mencapai 500 miliar dolar Amerika Serikat, menjadikan ASEAN mitra dagang terbesar keempat bagi Amerika Serikat. Pada awal 2024, Amerika Serikat bahkan melampaui China sebagai pasar ekspor utama ASEAN, menyerap 15% dari total ekspor kawasan. Sektor perdagangan utama meliputi elektronik, tekstil, dan manufaktur berteknologi tinggi, dengan ekspor Amerika Serikat ke ASEAN rata-rata mencapai $9,8 miliar per bulan, sementara impor dari ASEAN ke Amerika Serikat mencapai 2$9 miliar.
ADVERTISEMENT
Di bidang keamanan, kerja sama antara kedua belah pihak semakin diperkuat untuk menghadapi peningkatan tensi geopolitik China di kawasan. Operasi Freedom of Navigation Operations atau FONOPs di Laut China Selatan meningkat dua kali lipat selama pemerintahan Trump. Latihan militer bersama, seperti ASEAN-U.S. Maritime Exercise juga turut memperkuat kolaborasi pertahanan. Selain itu, Filipina juga telah membuka kembali empat pangkalan militer Amerika Serikat pada 2023 untuk menjaga keamanan regional. Sejak 2017, Amerika Serikat juga telah melatih banyak personel keamanan ASEAN dalam upaya kontra-terorisme.

Pendekatan Pemerintahan Trump terhadap ASEAN

Melihat kembali pada gelagat pemerintahan Trump pada periode pertama (2017–2021), pendekatannya terhadap ASEAN ditandai dengan diplomasi yang transaksional, skeptisisme terhadap multilateralisme, dan komitmen keamanan yang selektif. Doktrin “America First” yang diusung Trump lebih mengutamakan nasionalisme ekonomi yang berujung pada penarikan diri dari Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) serta pergeseran menuju perjanjian perdagangan bilateral.
ADVERTISEMENT
Kebijakan Trump terhadap ASEAN juga tidak bisa dikatakan konsisten. Ia melewatkan tiga pertemuan puncak ASEAN berturut-turut (2018–2020) dan hanya mengirim pejabat tingkat rendah. Namun, di sisi lain, pemerintahannya menggandakan Operasi Kebebasan Navigasi (FONOPs) di Laut China Selatan, mengirimkan 24 kapal militer ke Vietnam dan Filipina, serta menekan sekutu seperti Filipina untuk meningkatkan belanja pertahanan yang menjadi tanda bahwa Trump masih menaruh perhatian pada ASEAN.

Masa Depan antara Amerika Serikat dan ASEAN dalam Periode Kedua Trump

Jika Trump kembali menjabat, kebijakan perdagangan bilateral kemungkinan akan semakin diutamakan dibandingkan multilateralisme. Tarif perdagangan akan digunakan sebagai alat negosiasi dalam perjanjian ekonomi. Sehingga, kebijakan tarif yang agresif ini berpotensi mempercepat pergeseran rantai pasok ke ASEAN dan menjadikan kawasan ini sebagai pusat manufaktur alternatif selain China.
ADVERTISEMENT
Namun, ketergantungan ASEAN pada barang setengah jadi dari China membuat pemisahan penuh dari pengaruh ekonomi China menjadi sulit. Beberapa industri utama, seperti elektronik masih bergantung pada investasi Amerika Serikat, dengan Thailand misalnya yang menerima sekitar $7 miliar dari industri otomotif Jepang. Meskipun investasi ini sejalan dengan strategi Trump dalam menghadapi China, pendekatan diplomasi transaksionalnya bisa menimbulkan gesekan dengan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang dipimpin oleh ASEAN.
Di sisi budaya dan pendidikan, hubungan Amerika Serikat dan ASEAN tetap akan kuat, terlihat dari banyaknya mahasiswa ASEAN yang belajar di universitas Amerika Serikat serta pemulihan sektor pariwisata hingga 90% pasca pandemi. Namun, diplomasi budaya Amerika Serikat masih tertinggal dibandingkan China yang memiliki lebih banyak Institut Konfusius dibandingkan American Centers. Hal ini menunjukkan perlunya keterlibatan yang lebih besar untuk mempertahankan pengaruh Amerika Serikat dalam dinamika soft power ASEAN.
ADVERTISEMENT
Kerja sama pertahanan dan keamanan kemungkinan tetap menjadi pilar utama hubungan Amerika Serikat-ASEAN dalam pemerintahan Trump periode kedua, terutama sebagai respons terhadap meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan. Selama periode pertama Trump, Amerika Serikat telah melakukan 12 Operasi Kebebasan Navigasi (FONOPs) setiap tahun serta mengirimkan 24 kapal militer ke Vietnam dan Filipina untuk memperkuat keamanan maritim.
Dengan demikian, arah gerak Amerika Serikat dalam pemerintahan Trump periode kedua dapat membawa peningkatan tekanan ekonomi, pergeseran keamanan, dan menajamnya persaingan Amerika Serikat-China yang menempatkan ASEAN dalam posisi sulit dalam mencari keseimbangan antara pengaruh Amerika Serikat dan China. Meskipun investasi Amerika Serikat dalam sektor semikonduktor, energi terbarukan, dan kerja sama pertahanan menawarkan peluang pertumbuhan yang besar, kebijakan perdagangan Trump yang tidak terduga dan komitmen keamanan yang bersyarat tetap menjadi risiko bagi stabilitas kawasan ASEAN.
ADVERTISEMENT
Terakhir, dengan ekonomi senilai 3,6 triliun dolar Amerika Serikat dan 700 juta penuduk sebagai peluang pasar, ASEAN memiliki daya tawar yang signifikan dalam menentukan masa depan ekonominya. Namun, untuk menjaga netralitas dan mencapai kesejahteraan jangka panjang, ASEAN harus dengan cermat menavigasi tekanan geopolitik, diversifikasi rantai pasok, serta ketergantungan keamanan di tengah dinamika global yang semakin kompleks.