Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Penutupan USAID: Hilangnya Ujung Tombak Soft Power Amerika Serikat
7 Februari 2025 13:00 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Bintang Corvi Diphda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Gambar sebagai lustrasi yang menggambarkan penutupan USAID dan dampaknya terhadap dunia. Dibuat oleh ChatGPT DALL-E](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01jkf4db70t0qdz8m9xhcntw5g.jpg)
ADVERTISEMENT
USAID (United States Agency for International Development) telah menjadi elemen penting dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat selama beberapa dekade. Lembaga ini berperan sebagai alat diplomasi dan soft power yang memperluas pengaruh global Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Didirikan pada tahun 1961, USAID telah banyal berkontribusi dalam pemberian bantuan kemanusiaan, promosi demokrasi, dan peningkatan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara di dunia.
Dengan menstabilkan dan membangun negara-negara yang rentan, USAID telah menjadi motor utama dalam membangun citra Amerika Serikat sebagai negara yang peduli terhadap stabilitas dan kesejahteraan dunia.
Namun, dalam beberapa hari lalu, Presiden Donald Trump memutuskan untuk menutup USAID. Keputusan Presiden Trump untuk menutup USAID ini kemudian menimbulkan kekhawatiran terkait pengaruh Amerika Serikat dalam dinamika global. Apakah pembubaran lembaga ini akan melemahkan soft power Amerika Serikat?
Dalam persaingan global yang semakin sengit, mundurnya Amerika Serikat dari peran sebagai penyedia bantuan dapat memberikan dampak jangka panjang bagi dunia sekaligus melemahkan posisinya di panggung global.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan semakin banyaknya negara yang mencari alternatif sumber bantuan, Amerika Serikat berisiko kehilangan daya tariknya sebagai mitra pembangunan yang tepercaya. Oleh karena itu, penting untuk memahami secara mendalam dampak, serta pro dan kontra, dari kebijakan ini.
Peran dan Pengaruh Global USAID
USAID merupakan lembaga yang telah beroperasi di lebih dari 60 negara dengan menangani berbagai tantangan pembangunan global melalui kemitraan dengan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan organisasi swasta.
Program yang dijalankan mencakup bantuan bencana, modernisasi sektor pertanian, serta inisiatif di bidang kesehatan dan pendidikan yang berdampak jangka panjang terhadap pembangunan banyak negara di dunia.
Contohnya seperti program Feed the Future yang telah berhasil mengangkat jutaan orang dari kemiskinan dengan meningkatkan produktivitas pertanian dan memperluas akses ke pasar global.
ADVERTISEMENT
Dalam bidang kesehatan, USAID berkontribusi besar melalui program President's Emergency Plan for AIDS Relief (PEPFAR), yang telah menyelamatkan jutaan nyawa dari HIV/AIDS serta berbagai penyakit lainnya.
Selain itu, USAID berperan dalam penyediaan vaksin serta penguatan sistem layanan kesehatan agar lebih tangguh dalam menghadapi pandemi dan ancaman kesehatan lainnya.
Peran USAID di Indonesia
USAID telah memainkan peran penting dalam mendukung sistem kesehatan Indonesia, terutama dalam meningkatkan kesehatan ibu dan bayi.
Melalui program Momentum Country and Global Leadership (MCGL), angka kematian ibu akibat komplikasi persalinan berhasil dikurangi dari 1,23% pada 2021 menjadi 0,46% pada 2023. Selain itu, USAID juga berperan dalam memperkuat kesiapsiagaan terhadap penyakit menular dan pandemi melalui program Global Health Security (GHS) yang bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Indonesia untuk meminimalkan risiko wabah penyakit.
ADVERTISEMENT
Selama pandemi COVID-19, USAID juga telah memberikan bantuan lebih dari $65 juta untuk membantu pemerintah Indonesia dalam menangani krisis kesehatan. Sebagai donor terbesar dalam program COVAX, USAID turut memfasilitasi distribusi lebih dari 100 juta dosis vaksin COVID-19 ke Indonesia.
Selain itu, USAID mendukung transformasi sistem kesehatan Indonesia dengan fokus pada layanan kesehatan primer, menjadikan Indonesia salah satu dari tujuh negara prioritas dalam penguatan sistem kesehatan primer.
Dalam upaya memerangi tuberkulosis (TBC), USAID telah membantu menyediakan mesin diagnostik cepat untuk mendeteksi dan mengobati penyakit ini secara lebih efektif. Bantuan ini berkontribusi pada percepatan identifikasi dan pengobatan pasien TBC di berbagai wilayah Indonesia.
Di bidang kesiapsiagaan bencana, USAID bermitra dengan berbagai LSM lokal dan internasional untuk memberikan pelatihan kesiapsiagaan kepada masyarakat. USAID juga bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) dan International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC) melalui program Community Pandemic Preparedness Program (CP3) guna memperkuat sistem deteksi dini penyakit dan respons epidemi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Di sektor lingkungan, USAID menjalankan program Lestari, yang membantu petani dalam mengembangkan pembibitan kopi serta memberikan edukasi mengenai metode pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan. Inisiatif ini bertujuan untuk mengurangi dampak negatif sektor pertanian terhadap lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani kecil.
Kemudian, sebagai bagian dari komitmennya terhadap pembangunan pemerintahan yang demokratis dan bersih serta isu lingkungan, pada tahun 2023 USAID kemudian mengalokasikan dana sebesar $153 juta untuk mendukung berbagai program terkait tata kelola demokratis, pemberantasan korupsi, isu perubahan iklim dan lingkungan, pertumbuhan ekonomi, pendidikan, serta kesehatan di Indonesia.
Selain itu, melalui program USAID IUWASH Tangguh, USAID bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan akses terhadap air minum yang aman dan fasilitas sanitasi yang layak. Program ini telah memberikan akses air bersih kepada lebih dari 280.000 orang, termasuk 45.000 dari komunitas berpenghasilan rendah, serta fasilitas sanitasi aman bagi 73.000 orang di berbagai kota dan kabupaten di Indoensia.
ADVERTISEMENT
Di sektor pendidikan, USAID bermitra dengan Arizona State University dalam memperkuat pendidikan tinggi di Indonesia. Kerja sama ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas akademik dan membangun kemitraan strategis antara universitas-universitas di Indonesia dengan institusi pendidikan di Amerika Serikat, sehingga mendorong inovasi dan pertumbuhan SDM yang lebih kompetitif.
USAID sebagai Instrumen Soft Power
Dari beragam contoh yang sudah disebutkan sebeliumnya. Dapat dikatakan bahwa bantuan luar negeri merupakan salah satu instrumen utama dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang memungkinkan Washington membangun aliansi tanpa harus mengandalkan kekuatan militer.
Dalam hal ini, USAID berperan dalam memperkuat hubungan dengan negara-negara mitra melalui bantuan kemanusiaan dan program ekonomi, sekaligus untuk menyaingi pengaruh strategis China dan Rusia yang semakin agresif dalam menawarkan bantuan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, USAID juga berperan sebagai instrumen untuk menyebarkan nilai-nilai demokrasi Amerika dengan mendukung nilai-nilai transparansi, hak asasi manusia, dan good governance.
Dengan demikian, negara-negara berkembang yang menerima bantuan USAID tidak hanya memperoleh dukungan ekonomi, tetapi juga akses terhadap kebijakan tata kelola yang lebih baik, yang bertujuan menciptakan stabilitas jangka panjang.
Dampak Penutupan USAID oleh Trump
Prinsip America First yang diusung Trump menyebabkan penutupan USAID. Hal tersebut mencerminkan skeptisisme Trump terhadap bantuan luar negeri yang dianggap boros dan tidak sesuai dengan kepentingan Amerika Serikat.
Langkah ini dipandang sebagai pergeseran besar dalam kebijakan luar negeri yang mempunyai dampak signifikan terhadap pembangunan global dan diplomasi Amerika Serikat dengan banyak negara di dunia.
ADVERTISEMENT
Dengan berkurangnya bantuan Amerika Serikat, negara-negara berkembang mulai mencari sumber pendanaan alternatif, yang dalam banyak kasus, berasal dari China atau Rusia.
Penutupan USAID juga berdampak langsung pada ribuan karyawan yang kehilangan pekerjaan, penutupan kantor cabang di berbagai negara, serta penghentian program bantuan yang sangat bergantung pada dana Amerika Serikat.
Selain itu, banyak program USAID yang sudah berjalan bertahun-tahun kini terancam tidak berlanjut, termasuk proyek pemberdayaan perempuan seperti Women’s Global Development and Prosperity Initiative (W-GDP) yang telah memberikan pelatihan keterampilan kepada jutaan perempuan di negara berkembang.
Program pendidikan bagi anak-anak di daerah konflik seperti Education in Emergencies juga terancam. Begitu pula dengan program infrastruktur, misalnya pembangunan sistem air bersih di Afrika melalui Water for the World Act, yang telah menyediakan akses air bersih bagi jutaan orang.
ADVERTISEMENT
Hilangnya program-program ini dapat menghambat pembangunan di banyak wilayah yang selama ini bergantung pada bantuan USAID. Hilangnya USAID juga berpotensi menurunkan efektivitas berbagai kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang mengandalkan soft power untuk menyeimbangkan dominasi ekonomi dan politik China di negara-negara berkembang.
Masa Depan Soft Power Amerika Serikat Pasca-USAID
Dengan hilangnya USAID, Amerika Serikat menghadapi tantangan mempertahankan pengaruhnya di kancah global. Tanpa instrumen soft power ini, Amerika Serikat harus mencari strategi alternatif, seperti memperkuat kemitraan dengan sektor swasta dan organisasi internasional seperti PBB, Bank Dunia, dan IMF.
Akan tetapi, strategi ini masih memiliki keterbatasan. Sektor swasta tidak selalu memiliki kepentingan yang selaras dengan tujuan diplomasi Amerika Serikat, sementara lembaga internasional tidak dapat sepenuhnya menggantikan fleksibilitas dan pengaruh USAID. Oleh karena itu, Amerika Serikat harus segera beradaptasi agar tidak kehilangan posisi dominannya dalam diplomasi global.
ADVERTISEMENT
Namun, sepertinya dalam beberapa waktu mendatang, Amerika Serikat akan semakin mengurangi perannya dalam urusan internasional. Hal ini didasari oleh pandangan Donald Trump melalui prinsip America First yang mengganggap keaktifan Amerika Serikat dalam urusan internasional sebagai sebuah pemborosan.
Oleh karena itu, kemungkinan mendatang peristiwa penarikan diri Amerika Serikat dalam urusan internasional seperti penutupan USAID akan semakin sering terjadi.
Penutup
Penutupan USAID menandai momen krusial dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Apakah ini akan menjadi kemunduran bagi pengaruh global Amerika atau justru memicu strategi baru akan sangat bergantung pada bagaimana para pembuat kebijakan menangani transisi ini.
Jika Amerika Serikat gagal beradaptasi, ia berisiko kehilangan posisi dominannya sebagai pemimpin bantuan internasional dan memberikan kesempatan bagi kekuatan lain untuk mengisi kekosongan tersebut.
ADVERTISEMENT
Dalam persaingan geopolitik yang terus berkembang, soft power tetap menjadi aset penting, dan Amerika Serikat harus menemukan cara baru untuk mempertahankannya.
Keputusan untuk menutup USAID tidak hanya berdampak pada kebijakan luar negeri Amerika Serikat, tetapi juga pada jutaan orang di seluruh dunia yang bergantung pada program bantuan yang telah dibangun selama beberapa dekade.
Dengan berbagai tantangan yang ada, masa depan soft power Amerika Serikat kini berada di persimpangan jalan.