Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Tarif Baru Donald Trump dan Hubungan Perdagangan Amerika Serikat-Tiongkok
6 Februari 2025 18:21 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Bintang Corvi Diphda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada 4 Februari 2025, Presiden Donald Trump memberlakukan tarif tambahan sebesar 10% pada impor dari Tiongkok, bersamaan dengan 25% tarif tambahan terhadap Meksiko dan Kanada. Keputusan ini memicu kekhawatiran akan terjadinya kembali perang dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat dan Tiongkok.
ADVERTISEMENT
Menariknya, dalam alasan penerapan tarif terbaru ini, Trump menyatakan bahwa kebijakan tersebut merupakan respons langsung terhadap kegagalan Tiongkok dalam mengendalikan ekspor fentanyl ( salah satu jenis obat-obatan terlarang).
Meskipun Trump menilai kebijakan ini sebagai upaya melindungi kepentingan Amerika Serikat, kenyataannya, kebijakan ini mengundang beragam perdebatan: apakah tarif baru ini akan memperkuat posisi ekonomi Amerika Serikat atau justru menjadi bumerang yang merugikan perekonomian?
Respons dan Strategi Mitigasi Tiongkok
Sebagai respons terhadap tarif yang diberlakukan oleh Amerika Serikat, Tiongkok telah menerapkan tindakan balasan dengan menargetkan sektor-sektor utama ekonomi Amerika Serikat. Tiongkok mengenakan tarif tambahan sebesar 15% pada batu bara dan LNG (Liquified Natural Gas) Amerika Serikat serta 10% pada minyak mentah, mesin pertanian, dan kendaraan besar, yang mulai berlaku pada 10 Februari 2025.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Tiongkok memperketat pengawasan terhadap raksasa teknologi Amerika Serikat, seperti Google, Nvidia, dan Intel, dengan melakukan investigasi antitrust yang berpotensi membatasi akses mereka ke pasar Tiongkok. Langkah ini menunjukkan bahwa Tiongkok tidak hanya bereaksi secara ekonomi, tetapi juga secara strategis berupaya menekan Amerika Serikat di sektor teknologi.
Sebagai upaya dan strategi untuk mereduksi dampak negatif dari penerapan tarif oleh Amerika Serikat, Tiongkok kemudian memperkuat hubungan dagang dengan beberapa mitra alternatif. Tiongkok diprediksi akan meningkatkan kerja sama perdagangan dengan Brasil, Rusia, India, dan Afrika Selatan melalui BRICS guna mengurangi ketergantungan pada perdagangan dengan Amerika Serikat.
Selain itu, Tiongkok semakin memperdalam hubungan dagangnya dengan negara-negara ASEAN, seperti Indonesia, Vietnam, dan Malaysia, untuk menggantikan pasar Amerika Serikat. Belt and Road Initiative (BRI) juga terus diperluas guna memperkuat jaringan perdagangan dan investasi dengan negara-negara berkembang di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
ADVERTISEMENT
Dalam jangka panjang, strategi ini diharapkan dapat membantu Tiongkok mengurangi ketergantungan terhadap pasar Amerika Serikat, memperluas akses ke sumber daya baru, dan membangun blok ekonomi yang lebih kuat.
Dampak Tarif Terhadap Beberapa Sektor di Amerika Serikat
Dari Januari hingga November 2024, nilai perdagangan barang antara Amerika Serikat dan dunia mencapai $4,88 triliun, dengan $2,98 triliun dalam ekspor dan $1,90 triliun dalam impor.
Dari para mitra dagang tersebut, Tiongkok merupakan salah satu mitra dagang utama Amerika Serikat, dengan nilai perdagangan mencapai sekitar $582,5 miliar. Oleh karena itu, kebijakan tarif baru ini akan berdampak luas pada berbagai sektor, terutama barang konsumsi, teknologi, dan pertanian.
Perusahaan elektronik yang bergantung pada komponen dari Tiongkok akan menghadapi kenaikan biaya produksi karena mayoritas komponen mereka berasal dari Tiongkok dan kini dikenakan tambahan tarif 10% oleh pemerintahan Trump. Hal ini menyebabkan sejumlah produsen mulai mempertimbangkan untuk memindahkan produksi mereka ke negara lain guna menghindari dampak tarif.
ADVERTISEMENT
Selain itu, sektor ritel, terutama fast fashion, yang mengandalkan produksi murah dari Tiongkok juga terancam karena harus mencari alternatif pemasok dari negara lain, seperti Vietnam dan Bangladesh. Namun, pergantian pemasok tidak selalu mudah karena faktor biaya produksi, infrastruktur, dan tenaga kerja yang masih lebih kompetitif di Tiongkok dibandingkan dengan negara-negara lain.
Industri mainan juga mengalami dampak signifikan karena banyak produk mainan diproduksi di pabrik-pabrik di Tiongkok. Dengan adanya tarif tambahan, biaya impor mainan meningkat, yang berpotensi menyebabkan kenaikan harga bagi konsumen di Amerika Serikat.
Sektor energi dan pertanian Amerika Serikat juga mengalami tekanan akibat tarif balasan dari Tiongkok, termasuk pembatasan permintaan atas produk pertanian Amerika Serikat, seperti kedelai dan daging babi. Banyak petani Amerika Serikat yang telah menghadapi tantangan akibat perang dagang sebelumnya kini kembali mengalami ketidakpastian ekonomi dengan kemungkinan penurunan harga komoditas yang dapat berdampak pada pendapatan mereka secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, kebijakan tarif ini berpotensi menyebabkan gangguan rantai pasok dan lonjakan harga bagi konsumen Amerika Serikat. Dengan meningkatnya biaya impor, beberapa perusahaan mungkin beralih ke proses manufaktur domestik. Akan tetapi, hal ini dapat menyebabkan harga yang lebih tinggi dan berkurangnya variasi produk yang tersedia bagi konsumen.
Ancaman Perang Dagang 2.0
Sikap Amerika Serikat dan Tiongkok yang sama-sama keras kemudian memunculkan peluang besar bahwa persitiwa ini akan berkembang menjadi perang dagang yang lebih luas, seperti yang pernah terjadi pada periode pertama pemerintahan Trump.
Dalam perkembangannya sampai sekarang, pemerintahan Trump tidak menunjukkan tanda-tanda untuk menunda kebijakan tarif ini. Di sisi lain, Tiongkok menunjukkan kesiapan untuk bernegosiasi dengan Amerika Serikat guna membahas kebijakan tarif tersebut.
ADVERTISEMENT
Jika tidak segera diatasi, peristiwa ini dapat memberikan dampak global yang serius, termasuk ketidakstabilan pasar akibat ketidakpastian yang dihadapi investor. Banyak perusahaan multinasional mulai mempertimbangkan strategi mitigasi risiko dengan mencari pasar alternatif atau mengurangi ketergantungan mereka pada Tiongkok maupun Amerika Serikat dengan mencari alterantif rantai pasok baru. Namun, perlu diingat bahwa restrukturisasi rantai pasok bukanlah proses yang instan dan memerlukan adaptasi yang rumit.
Selain itu, perlambatan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara yang memiliki hubungan perdagangan yang erat dengan Amerika Serikat dan Tiongkok perlu menjadi perhatian utama. Hal tersebut penting karena kebijakan proteksionisme Amerika Serikat dapat mengganggu perdagangan internasional secara lebih luas di negara-negara tersebut, seperti negara-negara di Eropa, Asia, dan Amerika Latin.
ADVERTISEMENT
Terakhir, tekanan inflasi akibat kenaikan biaya impor berpotensi mengurangi daya beli masyarakat Amerika Serikat yang pada akhirnya dapat memperburuk kondisi ekonomi secara keseluruhan. Banyak pakar memperingatkan bahwa jika perang dagang berlanjut tanpa upaya mediasi yang efektif maka dampaknya bisa jauh lebih parah dibandingkan peradang dagang di periode pertama Donald Trump.
Implikasi Terhadap Perekonomian AS
Kebijakan tarif yang diterapkan oleh Trump membawa risiko besar bagi ekonomi domestik Amerika Serikat. Tarif yang lebih tinggi menyebabkan kenaikan harga barang impor, yang pada akhirnya akan dibebankan kepada konsumen Amerika Serikat.
Dengan harga barang yang meningkat, daya beli masyarakat dapat terdampak secara signifikan, terutama di sektor-sektor dengan ketergantungan tinggi terhadap impor. Sektor pertanian dan energi di Amerika Serikat menghadapi penurunan permintaan dari Tiongkok akibat kebijakan ini, sementara perusahaan teknologi Amerika Serikat menghadapi tantangan regulasi yang membatasi pertumbuhan mereka di pasar global.
ADVERTISEMENT
Selain itu, jika Tiongkok berhasil mengembangkan hubungan dagang dengan mitra-mitra alternatif selain Amerika Serikat maka hal tersebut bisa menyebabkan Amerika Serikat kehilangan pengaruh ekonomi d.i ranah global.
Meskipun tarif sering kali dinarasikan atau digunakan sebagai cara untuk membawa kembali lapangan kerja ke Amerika Serikat dan melindungi barang-barang produksi domestik, kenyataannya kenaikan biaya bahan baku dan produksi dapat menyebabkan penutupan pabrik serta pemutusan hubungan kerja karena kenaikan biaya produksi.
Penutup
Ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok menunjukkan betapa rentannya situasi ekonomi global saat ini. Meskipun bertujuan untuk memperkuat posisi ekonomi Amerika Serikat, kebijakan tarif yang diterapkan oleh Trump dapat menghasilkan konsekuensi yang luas secara global.
Jika Amerika Serikat terus memberlakukan tarif tanpa strategi mitigasi yang jelas, dampak negatif terhadap ekonomi domestik dan global dapat semakin parah.
ADVERTISEMENT
Sehingga, untuk mengatasi persoalan in diperlukan upaya diplomasi dan negosiasi yang intens antara kedua negara untuk bisa saling menemukan titik temu di antara keduanya.
Oleh karena itu, strategi yang lebih fleksibel, berbasis diplomasi, dan berorientasi pada kerja sama internasional sangat diperlukan agar Amerika Serikat tetap berperan sebagai kekuatan ekonomi global yang stabil dalam lanskap perdagangan dunia yang semakin kompleks.