news-card-video
16 Ramadhan 1446 HMinggu, 16 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Ukraina Tanpa Dukungan Trump: Bertahan atau Tunduk?

Bintang Corvi Diphda
Mahasiswa Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya.
16 Maret 2025 2:55 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bintang Corvi Diphda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: ChatGPT DALL-E
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: ChatGPT DALL-E
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, dunia menyaksikan momen yang belum pernah terjadi dalam sejarah diplomasi. Dalam pertemuan di Oval Office, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terlibat dalam adu argumen sengit dengan Presiden Donald Trump. Situasi ini berujung dengan Trump mengusir Zelensky dari ruangan, sambil menyatakan bahwa Presiden Ukraina itu "belum siap untuk perdamaian."
ADVERTISEMENT
Peristiwa luar biasa ini menjadi titik balik dalam hubungan Amerika Serikat dan Ukraina yang kemudian berujung pada penghentian dukungan militer Amerika Serikat untuk Ukraina. Keputusan ini tidak hanya membahayakan posisi Ukraina dalam perang yang masih berlangsung dengan Rusia, tetapi juga menciptakan ketidakpastian besar bagi masa depan kebijakan luar negeri Amerika Serikat.
Di tengah situasi yang semakin tidak menentu, muncul sebuah pertanyaan: Bisakah Ukraina bertahan dalam perang dengan Rusia tanpa dukungan penuh dari Amerika Serikat?
Sejak perang di Ukraina pecah pada tahun 2022, Amerika Serikat telah menjadi pendukung terbesar dan paling berpengaruh bagi Ukraina dalam konfliknya dengan Rusia. Menurut data dari Kiel Institute for the World Economy, hingga Maret 2025, bantuan Amerika Serikat kepada Ukraina telah melampaui $180 miliar, dengan lebih dari $69 miliar di antaranya dialokasikan untuk bantuan militer. Dukungan ini mencakup sekitar 20% dari total persediaan militer Ukraina.
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat juga telah menyediakan berbagai peralatan militer canggih dan esensial, termasuk rudal jarak jauh HIMARS dan ATACMS, sistem pertahanan udara Patriot dan NASAMS, serta berbagai persenjataan penting seperti artileri, drone, tank, dan senjata canggih lainnya Selain itu, dukungan ini tidak hanya terbatas pada aspek persenjataan. Bantuan Amerika Serikat juga mencakup sistem komunikasi satelit, pelatihan militer, dukungan teknis, dan berbagi informasi intelijen untuk membantu Ukraina melacak pergerakan Rusia dan menyerang target strategis.
Selain itu, Amerika Serikat menggunakan mekanisme seperti Presidential Drawdown Authority (PDA), yang memungkinkan transfer cepat peralatan militer langsung dari Pentagon, serta Ukraine Security Assistance Initiative (USAI) yang menjadi kerangka pendanaan pertahanan jangka panjang antara Amerika Serikat dan Ukraina.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, dengan skala bantuan sebesar ini, Ukraina kini menjadi sangat bergantung pada dukungan militer Amerika Serikat. Sehingga, penghentian bantuan ini akan menjadi ancaman serius bagi kemampuan Ukraina untuk melanjutkan perang dengan Rusia.
Selanjutnya, kita beralih ke perkembangan terbaru yang menjadi perhatian utama bagi Amerika Serikat dan Ukraina. Dalam sebuah langkah yang mengejutkan, Gedung Putih kemudian menangguhkan bantuan militer Amerika Serikat untuk Ukraina, dengan alasan bahwa bantuan tersebut perlu ditinjau ulang guna memastikan kontribusinya terhadap solusi yang efektif untuk perdamaian di Ukraina.
Keputusan yang mengejutkan ini terjadi setelah pertemuan penuh ketegangan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Donald Trump di Oval Office. Beberapa sumber mengonfirmasi bahwa pertemuan tersebut berakhir dengan perselisihan terbuka antara kedua pemimpin.
ADVERTISEMENT
Dalam diskusi tersebut, Trump mengungkapkan rasa frustrasinya dan menuduh Zelensky tidak menginginkan perdamaian selama dukungan Amerika Serikat masih mengalir. Pernyataan ini juga diperkuat oleh unggahan Trump di platform Truth Social, di mana ia mengecam pernyataan Zelensky tentang perang yang disebutnya masih “sangat, sangat jauh.” Trump menyebut pernyataan itu sebagai “yang terburuk” yang bisa dikatakan Zelensky.
Trump memperingatkan bahwa Amerika tidak akan lagi mentoleransi sikap Zelensky. Ia juga mengkritik Presiden Ukraina itu karena dianggap mempertaruhkan situasi global, yang berpotensi memicu Perang Dunia Ketiga dan mengancam masa depan dunia.
Penangguhan bantuan militer Amerika Serikat terhadap Ukraina menjadi pukulan telak bagi upaya pertahanan Ukraina dalam perang yang masih berlangsung melawan Rusia. Meskipun Ukraina masih mendapat dukungan dari sekutu-sekutu di Eropa, bantuan tersebut belum bisa secara langsung menggantikan bantuan yang diberikan oleh Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Penghentian dukungan dari Amerika Serikat diperkirakan akan sangat melemahkan sumber daya militer Ukraina, terutama sistem pertahanan udara, serta mengurangi kemampuan Ukraina untuk melancarkan serangan balasan yang efektif terhadap serangan Rusia. Menurut laporan Al Jazeera, beberapa analis memperkirakan bahwa tanpa bantuan berkelanjutan dari Amerika Serikat, Ukraina hanya mampu bertahan antara dua hingga empat bulan sebelum garis pertahanannya ditembus oleh pasukan Rusia.
Selain dampak terhadap persenjataan dan kapasitas militer, penghentian bantuan ini juga mengancam kemampuan intelijen Ukraina. Tanpa dukungan dari Amerika Serikat, Ukraina akan kesulitan mengumpulkan informasi penting dan menyusun strategi untuk menghadapi pergerakan Rusia yang semakin memperburuk situasi di medan perang.
Selain itu, penangguhan bantuan militer Amerika Serikat ini juga memicu berbagai reaksi dari para pemimpin dunia. Banyak di antara mereka, terutama dari negara-negara sekutu Eropa, menegaskan kembali dukungan mereka terhadap Ukraina.
ADVERTISEMENT
Sementara Amerika Serikat menghentikan bantuannya, sekutu-sekutu Eropa dengan cepat menegaskan kembali komitmen mereka untuk mendukung Ukraina. Salah satu contohnya datang dari Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, yang berjanji memberikan dukungan penuh kepada Ukraina saat Presiden Zelensky berkunjung ke Downing Street.
Sementara itu, tanggapan lain muncul dari Friedrich Merz, kandidat kuat kanselir Jerman berikutnya. Ia mengecam perselisihan antara Trump dan Zelensky sebagai bentuk “eskalasi yang disengaja.”
Dengan demikian, mayoritas sekutu Eropa dengan tegas menegaskan posisi mereka untuk terus mendukung Ukraina. Respon ini semakin memperkuat hubungan antara Ukraina dan sekutu-sekutu Eropanya dan sekaligus menunjukkan perbedaan pendekatan antara Amerika Serikat dan Eropa dalam menghadapi persoalan perang Ukraina dan Rusia.
Beberapa negara Eropa juga kemudian mengambil langkah-langkah konkret untuk memperkuat dukungan mereka terhadap Ukraina. Salah satu contohnya datang dari Inggris, yang mengumumkan paket pembiayaan ekspor senilai £1,6 miliar ($2 miliar) untuk 5.000 rudal pertahanan udara guna memperkuat sistem pertahanan Ukraina yang semakin melemah akibat penghentian bantuan dari Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Langkah serupa juga diambil oleh Uni Eropa, yang mengusulkan rencana ambisius senilai 800 miliar euro untuk menyediakan bantuan militer bagi Ukraina sekaligus memperkuat kapasitas pertahanan Uni Eropa sendiri.
Namun, meskipun berbagai upaya telah dilakukan, para ahli seperti Samir Puri dari Chatham House memperingatkan bahwa Eropa tidak dapat sepenuhnya menggantikan peran Amerika Serikat. Selama ini, dukungan dari Amerika Serikat dan Eropa merupakan “upaya bersama”, dan ketiadaan bantuan dari Amerika Serikat meninggalkan celah besar dalam strategi pertahanan Ukraina.
Hal ini semakin memperjelas bahwa meskipun negara-negara Eropa berusaha meningkatkan peran mereka, masih terdapat banyak kekurangan yang perlu diatasi dalam menghadapi agresi Rusia.
Pada bagian akhir dari pembahasan ini, penulis ingin membahas beberapa hal yang kemungkinan akan terjadi sebagai respons terhadap situasi kritis ini.
ADVERTISEMENT
Pertama, penangguhan bantuan militer Amerika Serikat untuk Ukraina dapat menjadi tanda pergeseran besar dalam lanskap geopolitik global. Sikap “America First” yang diusung oleh Presiden Donald Trump, serta pendekatannya yang lebih pragmatis dalam mencari perdamaian di konflik Ukraina telah menimbulkan ketidaknyamanan di antara sekutu-sekutu Eropa yang kemudian merenggangkan hubungan keduanya.
Merenggangnya hubungan antara Amerika Serikat dan negara-negara Eropa ini kemudian bisa mengarah pada pergeseran aliansi yang berpotensi menciptakan ketegangan hubungan transatlantik. Jika ketegangan dan pergeseran ini terus terjadi, konstelasi aliansi Barat akan mengalami perubahan yang drastis dan membuka ruang bagi ketidakpastian yang lebih besar dan ancaman baru terhadap tatanan global.
Situasi ini juga menandakan bahwa Amerika Serikat semakin menjauh dari perannya sebagai penjamin stabilitas keamanan di Eropa. Alih-alih mempertahankan kepemimpinannya dalam keamanan global, Amerika Serikat tampaknya mulai berfokus lebih pada kepentingan domestiknya yang sejalan dengan doktrin America First oleh Presiden Donald Trump.
ADVERTISEMENT
Kemudian, jika dilihat dari perspektif strategis, keputusan Trump dapat dilihat sebagai langkah yang disengaja untuk mempercepat resolusi damai dari perang tersebut, meskipun dengan risiko yang sangat besar. Keputusan ini juga dapat dianggap sebagai strategi tekanan dari Trump terhadap Zelensky untuk kemudian menyerahkan beberapa sumber daya alam mineral kritis yang dimiliki oleh Ukraina sebagai kompensasi bantuan perang dari Amerika Serikat senilai $500 miliar.
Namun, hal penting lainnya yang perlu hal yang perlu digaris bawahi adalah bahwa dengan memaksa Ukraina untuk bernegosiasi dengan Rusia, Trump tampaknya tidak mempertimbangkan konsekuensi yang lebih luas bagi kedua belah pihak. Fokus utamanya hanyalah pendekatan pragmatis dan solusi instan yang seolah tidak memperhitungkan dampak jangka panjang bagi Ukraina dan stabilitas kawasan.
ADVERTISEMENT
Pendekatan ini berisiko memicu lebih banyak langkah tak terduga serta manuver diplomatik yang agresif dari Trump untuk memaksa Ukraina menerima kesepakatan damai. Sehingga, hal ini justru dapat semakin memperumit situasi dan menambah kekacauan yang sudah dihadapi Ukraina saat ini.
Pada akhirnya, pertanyaan paling mendesak saat ini adalah bagaimana Ukraina akan merespons situasi ini. Apakah Ukraina akan memperkuat aliansinya dengan negara-negara Eropa dan semakin memperkuat posisinya di Uni Eropa dan NATO? atau, Ukraina akan terpaksa meninjau ulang strateginya dan menerima kesepakatan damai dengan syarat yang ditentukan oleh Presiden Donald Trump?
Yang jelas, Ukraina berada dalam situasi yang sangat kritis. Oleh karena itu, tindakan segera diperlukan untuk memastikan bahwa negara ini tetap memiliki kapasitas mempertahankan kedaulatannya dari ancaman Rusia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, penangguhan bantuan militer Amerika Serikat telah menempatkan Ukraina di persimpangan jalan, di mana keputusan-keputusan yang akan diambil dalam beberapa waktu dekat mendatang dapat mengubah keseimbangan stabilitas global secara signifikan dan semakin meningkatkan ketidakpastian global. Sehingga, ketidakpastian ini berpotensi memicu ketegangan baru antara blok-blok kekuatan yang bersaing dan semakin mengganggu stabilitas geopolitik internasional.