Konten dari Pengguna

Media Sosial Dituding Ikut Andil Dalam Cyberbullying

Bintang Isal Ramadhan
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
2 April 2024 12:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bintang Isal Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: freepik
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: freepik
ADVERTISEMENT
Kasus bullying atau perundungan tidak pernah ada habisnya, di Indonesia sendiri baru baru ini terjadi kasus dari anak seorang artis bersama teman temanya yang mengeroyok satu orang siswa di sekolahnya. Namun kasus bullying tidak hanya terjadi di dunia nyata saja, ternyata media memiliki andil dalam resiko terjadinya pembulian. salah satunya karena konten kekerasan yang dimuat media bisa mempengaruhi peningkatan perilaku agresi pada anak.
ADVERTISEMENT
Melansir dari medicalnewstoday.com, dalam studi yang dipublikasikan di Psychology of Popular Media Culture, konten kekerasan yang ada di media ternyata menjadi salah satu dari enam faktor dari terjadinya perilaku agresi pada anak. Lima faktor lainnya yakni rendahnya keterlibatan orang tua, gender, bias terhadap kekerasan, physical victimization, dan riwayat berkelahi fisik.
“Kebanyakan faktor risiko agresi sangat sulit diubah. Anda tidak bisa dengan mudah mengubah pengalaman anak Anda berkelahi atau di-bully. Yang membuat ini (kekerasan yang ditampilkan media) berbeda ialah karena hal itu cukup mudah dikontrol ketimbang faktor risiko lain”, ujar Profesor Psikologi di lowa State University, Douglas Gentile.
Sementara itu diketahui jumlah angka pengguna media sosial di Indonesia mencapai 167 juta orang, pada bulan Januari tahun 2023. Seperti yang kita tahu bahwa kebanyakan orang menghabiskan waktu mereka di media sosial, seperti Twitter dan Instagram. Ternyata keberadaan media sosial juga menjadi salah satu penyebab terjadinya perilaku bullying.
ADVERTISEMENT
Keberadaan media sosial memperluas batasan bullying yang awalnya hanya terjadi di lingkungan sekolah menjadi ke ranah internet. Adanya media sosial membuat bullying bisa terjadi selama 24 jam setiap harinya melalui sebuah teks ataupun video. Salah satu aspek yang menjadikan cyberbullying begitu berbahaya adalah sifatnya yang tanpa batas dan bisa terjadi kapan saja, di mana saja. Pelaku cyberbullying dapat dengan mudah menyerang target mereka dari balik layar komputer atau perangkat seluler, sementara korban merasa tidak aman bahkan di tempat yang seharusnya menjadi zona aman, seperti rumah mereka sendiri.
Melansir dari theguardian.com, korban cyberbullying di Indonesia sendiri mencapai di angka 45% berdasarkan riset U-Report dari UNICEF. Studi yang pernah dilakukan oleh Centre for Research on the Wider Benefits of Learning (WBL) mengungkapkan sebanyak 4,5% pelaku bully sebetulnya pernah di-bully juga. Studi ini melibatkan informasi dari 6.500 anak berusia 8-11 tahun yang lahir pada 1 April 1991 hingga 31 December 1992.
ADVERTISEMENT
Lalu upaya apa yang harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya cyberbullying?
1. Selalu mengawasi anak
Untuk para orang tua atau kakak yang mempunyai adik, selalu perhatikan saat bermain ponsel, pastikan untuk mengawasi apa yang sedang ditonton oleh sang anak agar tidak terjadinya penyimpangan.
2. Batasi konten yang dapat menyebabkan pertikaian
Media sosial saat ini sudah memiliki fitur “tidak tertarik” hal tersebut dapat digunakan pada setiap konten yang sekiranya dapat menyebabkan pertikaian.
3. Batasi komentar yang tidak perlu
Sebagai pengguna media sosial yang bijak kita sudah seharusnya tidak perlu untuk menambahi isu isu yang sudah panas dengan komentar yang semakin memperuncing masalah.
4. Jangan mudah terpancing
Ketika kamu memposting sesuatu di salah satu media sosial lalu mendapatkan komentar yang tidak mengenakkan, jangan tersulut emosi begitu saja, gunakan fitur seperti delete, report, dan block.
ADVERTISEMENT
5. Jangan terlalu sering memposting sesuatu
Jika kamu tipe orang yang mudah tersinggung, hindarilah terlalu sering memposting sesuatu di media sosial, hal tersebut akan membantumu menjaga kesehatan mental dan terhindar dari komentar pedas netizen.
Namun kebanyakan orang tidak merasa jika mereka sedang melakukan cyberbullying pada seseorang, hal tersebut dikarenakan beberapa peryataan yang sering kita jumpai di media sosial seperti, “cuma bercanda doang”, “kamunya aja yang baperan”, “jangan memposting jika tidak mau dikomentari”. Hal hal tersebut seperti seolah olah komentar netizen tidak ada yang salah dan malahan kamu menjadi orang yang terlihat sensitif.
Pembenaran tersebut berkemungkinan besar untuk membawa kamu melakukan hal yang sama terhadap orang lain. Tidak menjadikan komentar komentar jahat yang menghina sebagai candaan dan pembenaran untuk sebuah humor merupakan salah satu cara untuk meminimalisir tindakan cyberbullying di media sosial.
ADVERTISEMENT
Sebagai pengguna media sosial di zaman yang serba menggunakan internet ini mari kita secara bijak memanfaatkan kemajuan teknologi untuk hal hal yang positif, jangan pernah sesekali menjatuhkan mental orang lain lewat komentar komentar pedas karena itu akan menjadi lingkaran setan untuk cyberbullying dan orang tersebut akan melakukannya pada pengguna lain juga.
Bintang Isal Ramadhan_1152100194