Peluang di Tengah Gejolak Geopolitik

Muhammad Bintang Duta Samudra
Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
Konten dari Pengguna
13 Mei 2024 8:41 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Bintang Duta Samudra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pion berwarna-warni bersudut tinggi di benua | sumber : freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pion berwarna-warni bersudut tinggi di benua | sumber : freepik.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Geopolitik Menurut Para Ahli
Menurut pandangan beberapa ahli seperti Friedrich Ratzel, Rudolf Kjellen, dan Karl Haushofer, geopolitik adalah studi tentang hubungan antara kekuasaan politik suatu negara dengan karakteristik geografis dari wilayah tersebut. Friedrich Ratzel, dalam pandangannya, mengaitkan pertumbuhan negara dengan pertumbuhan organisme, menyatakan bahwa negara memerlukan ruang untuk berkembang dan bertahan hidup, dengan negara dipandang sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh kelompok politik dengan kekuatan tertentu. Rudolf Kjellen melihat negara sebagai suatu organisme hidup yang merupakan prinsip dasar, menganggapnya sebagai satuan biologis yang memerlukan ruang untuk berkembang, serta sebagai sistem politik yang meliputi berbagai aspek seperti geopolitik, ekonomi politik, dan sosialpolitik. Sementara itu, Karl Haushofer menekankan pentingnya kekuasaan daratan dalam mengejar dominasi maritim, memprediksi munculnya beberapa negara besar yang akan menguasai wilayah strategis di berbagai belahan dunia. Geopolitik, menurut pandangan ini, menjadi dasar bagi tindakan politik suatu negara, dengan mempertimbangkan strategi perbatasan dan penguasaan wilayah sebagai aspek penting dalam kebijakan politik.
ADVERTISEMENT
Peluang Bagi Indonesia
Tensi geopolitik yang sedang meningkat di berbagai belahan dunia tidak hanya membawa dampak negatif, tetapi juga membuka peluang bagi negara-negara tertentu, termasuk Indonesia. Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Indonesia telah merasakan dampak positif dari situasi ini, terutama dalam bentuk peningkatan harga komoditas tambang seperti nikel dan emas. Investor-investor saat ini cenderung mengalihkan modalnya ke sektor ini, menganggapnya sebagai tempat aman atau aset yang stabil dalam situasi ketidakpastian ekonomi dan politik global.
Indonesia dengan sejumlah wilayah yang merupakan produsen utama nikel dan emas, seperti Kalimantan, Maluku, dan Papua, menjadi salah satu yang paling diuntungkan. Peningkatan harga nikel global dari US$ 12.000 per ton menjadi US$ 18.000 per ton menjadi angin segar bagi ekonomi Indonesia. Airlangga menekankan bahwa dalam situasi krisis, aset-aset safe haven seperti emas menjadi pilihan utama, dan hal ini berdampak positif pada ekonomi secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kondisi stabil Indonesia saat ini juga menjadi faktor penentu. Meskipun tidak langsung terlibat dalam ketegangan geopolitik global, Indonesia mampu memanfaatkan situasi ini dengan baik. Program hilirisasi komoditas pertambangan dan pengoperasian pabrik pemurnian atau smelter menjadi salah satu strategi pemerintah untuk memperkuat ekonomi dalam menghadapi ketidakpastian global.
Dalam sektor manufaktur, Indonesia juga mencatat pencapaian positif. Meskipun terjadi perlambatan aktivitas manufaktur global, Indonesia berhasil mempertahankan indeks manufaktur di atas 52,9, menunjukkan ketahanan ekonomi. Hal ini menambah keunggulan Indonesia dalam menarik investor untuk berinvestasi dalam sektor manufaktur, melihat bahwa negara ini dapat mempertahankan stabilitasnya di tengah gejolak global.
Tidak hanya itu, aset-aset safe haven lainnya seperti mata uang Jepang Yen dan Franc Swiss, serta investasi pada obligasi pemerintah, juga menjadi pilihan bagi investor di tengah gejolak geopolitik global. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,11% secara tahunan pada kuartal pertama tahun ini menunjukkan ketahanan ekonomi yang mumpuni, yang didorong oleh faktor-faktor seperti peningkatan konsumsi rumah tangga pasca-Pemilu.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, Indonesia memiliki kesempatan emas untuk memanfaatkan gejolak geopolitik sebagai momentum untuk menguatkan sektor ekonomi, baik melalui pengembangan sektor komoditas tambang maupun diversifikasi investasi ke aset-aset safe haven yang stabil dalam situasi ketidakpastian global.