Konten dari Pengguna

PPI Dunia: Pentingnya Pahami Peran Big Data

PPI Dunia
PPI Dunia adalah wadah organisasi yang menaungi seluruh pelajar Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri.
4 Februari 2022 2:47 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari PPI Dunia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Webinar "Big Data for Indonesian Society" oleh PPI Dunia
zoom-in-whitePerbesar
Webinar "Big Data for Indonesian Society" oleh PPI Dunia
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan teknologi digital sudah jauh berkembang. Namun, tidak beriringan dengan pengetahuan masyarakat mengenai teknologi potensial seperti big data. Oleh karena itu, Direktorat Penelitian dan Kajian PPI Dunia Periode 2021-2022 melalui Komisi Teknologi, Informasi, dan Komunikasi Publik berinisiatif mengadakan webinar bertajuk “Big Data For Indonesian Society”.
ADVERTISEMENT
Tujuan diadakannya webinar ini untuk mengedukasi masyarakat umum dan kaum intelektual, seperti mahasiswa dan akademisi, agar memahami peran big data di industri, terutama kesehatan dan perbankan.
“Webinar ini akan memberi wawasan bagi kita yang masih awam terkait big data untuk lebih mempersiapkan diri dengan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki. Selain itu, kita lebih siap berkompetensi di era industri 5.0 dimana big data menjadi kebutuhan pasti. Dengan banyaknya data-data dan kebutuhannya yang beragam menjadi tantangan kita untuk merespon apa yang bisa dimanfaatkan dari teknologi tersebut,” ujar Faruq Ibnu Haqi, Koordinator PPI Dunia dalam sambutannya, (30/01/2022).
Praktisi dan Akademisi Digital Health, Niko Azhari Hidayat, menjadi pemateri pertama dalam webinar ini. Ia membuka data terkait ekosistem healthcare di Indonesia. Dari data tersebut dikatakan bahwa ekosistem kesehatan Indonesia cukup rumit, sehingga teknologi terkait kesehatan diperlukan.
ADVERTISEMENT
“Saya ingin memperlihatkan PR kita, sekarang di Indonesia sudah banyak jumlah rumah sakit, puskesmas, industri farmasi, dan asuransi jiwa. Hal ini, merupakan pekerjaan yang memerlukan penanganan besar dalam hal data. Baik data obat, dokter, pasien, dan tindakannya. Ini perlu dikembangkan komunikasi dan information sharing-nya,” terang Niko.
Ia melanjutkan, penggunaan big data di bidang kesehatan cukup kompleks, meliputi anamnesa, penegakan diagnosis, dan perumusan intervensi serta evaluasi. Meski demikian, kata Niko, pendayagunaan big data yang baik, dapat meningkatkan kualitas layanan kesehatan.
Beruntungnya, bidang teknologi dan kesehatan sudah mulai bergerak bersama dalam menghadapi situasi genting, seperti saat merebaknya kasus Omicron di Indonesia.
“Begitu Omicron merebak, pemerintah harus menahan sebanyak-banyaknya pasien agar tetap di rumah walaupun positif PCR. Stay di rumah, kemudian dijaga oleh platform Telemedisin,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Belum lagi, tambah Niko, pentingnya meningkatkan layanan medis jarak jauh. Oleh karena itu, perlu pengembangan integrasi sistem data dan aplikasi pelayanan kesehatan yang lebih terstruktur. Pengolahan data dapat menguatkan ekosistem digital sehingga tercipta inovasi kesehatan yang memudahkan semua pihak. Penguatan sistem data yang terstruktur nantinya dapat menyaring data menjadi poros kebijakan yang lebih akurat dan informatif.
Selanjutnya, pemaparan materi dari Widyaning Chandramitasari, Business Intelligence Specialist. Ia mengakui big data merupakan solusi untuk masalah yang terjadi dari database tradisional sekaligus menjadi salah satu penopang dalam mengambil keputusan.
“Bukan hanya tentang size, tapi bagaimana kita bisa utilize data itu atau memanfaatkannya menjadi sebuah value. Adapun size atau tipe yang ada di big data melebihi kemampuan yang bisa ditangani oleh database tradisional,” ujar Data Analyst PT. Bank Rakyat Indonesia tersebut.
ADVERTISEMENT
Widya juga menjelaskan tentang pengaruh big data dalam dunia perbankan. Saat ini, perbankan menggunakan recommender system dan Artificial Intelligence (AI) untuk menentukan keputusan sehingga perbankan sudah menjadi cukup maju.
“Misal dengan teman-teman menjadi nasabah di Bank. Kita bisa belajar dari kebiasaan finansial nasabah sehinggga punya parameter khusus untuk bisa memprediksi kira-kira customer dengan portofolio demikian memerlukan produk seperti apa, sehingga kita bisa over produk yang dibutuhkan,” terang Widya.
Widya menambahkan, dengan big data, pihak bank mengetahui seberapa besar kontribusinya di suatu wilayah dan memiliki bayangan langkah apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Kemudian, bank juga memiliki risk management hingga dapat mengetahui risiko dari setiap transaksi agar para nasabah bertransaksi dengan nyaman dan aman. Selain itu, potential place atau customer dapat diketahui sehingga mendapatkan rekomendasi sesuai dengan profil mereka.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Widya mengingatkan untuk tak perlu ragu mengirim data ke pihak bank karena keamanan data yang dikelola oleh bank akan tetap aman.
Reporter: Muhamad Alwi (Sub-Bidang Redaktur Berita Kegiatan PPI Dunia)