Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Ada "Made in Indonesia" di Kanada
23 September 2023 16:41 WIB
Tulisan dari Budi K Supangat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa sangka penempatan saya sebagai diplomat di Kanada membuka mata bahwa banyak produk buatan Indonesia yang sudah mendunia.
ADVERTISEMENT
Suatu hari seorang kolega mengajak saya untuk mengunjungi salah satu pusat perbelanjaan barang-barang bermerek terkenal yang ada di Toronto, Kanada. "Yuk, Mas, kita lakukan survei pasar untuk mendukung diplomasi ekonomi", pungkasnya meyakinkan.
Pusat perbelanjaan itu, yang biasa disebut Toronto premium outlet, kabarnya menjual barang-barang bermerek dengan harga miring alias diskon yang besar. Tentu ajakan seperti itu tidak boleh dilewatkan. Selain menambah pengalaman baru, siapa tahu ada potensi yang bisa digarap untuk meningkatkan perdagangan Indonesia-Kanada.
Benar saja, outlet yang terletak di Steeles Avenue, Halton Hills, ini menawarkan beragam produk merek premium namun dengan harga yang lebih “umum”. Jika beruntung, merek-merek seperti Adidas, Coach, Gucci, dan Nike bisa jadi ditawarkan dengan potongan harga hingga 30% atau bahkan lebih. Tidak heran jika banyak warga pendatang di Toronto dan sekitarnya yang membeli barang-barang di outlet ini sebagai oleh-oleh untuk keluarga dan sanak saudara ketika mudik ke negara asal.
ADVERTISEMENT
Yang membuat tempat ini lebih menarik adalah ternyata beberapa produk yang dijual bertuliskan “Made in Indonesia”, salah satunya produk fashion atau pakaian. Penemuan produk buatan Indonesia ini sontak membuat saya semakin penasaran tentang potensi yang lebih besar yang bisa digarap untuk meningkatkan ekspor Indonesia ke Kanada.
Sejak saat itu, saya makin giat melakukan “market intelligence” dari hal-hal terdekat: pusat-pusat perbelanjaan di kota, pertokoan di sekitar kantor Konsulat RI di Toronto, hingga barang-barang kebutuhan yang saya konsumsi sendiri. Dari situ saya mulai menemukan banyak produk lainnya yang berlabel “Made in Indonesia”, dari pakaian, pernak-pernik rumah tangga, hingga elektronik!
Produk-produk ini tidak hanya buatan perusahaan dengan merek yang sudah dikenal, seperti perusahaan fashion Brooks Brothers asal Amerika Serikat, Massimo Dutti asal Spanyol, dan perusahaan eletronik Samsung asal Korea Selatan, namun juga buatan tangan pengrajin Indonesia seperti peralatan dapur dari Bali yang pasarkan oleh EQ3 di Toronto, anak perusahaan furnitur terkemuka di kawasan Amerika Utara, Palliser Furniture.
ADVERTISEMENT
Selain label “Made in Indonesia”, ada juga packaging produk dengan label sebutan yang berhubungan dengan Indonesia. Kalau kamu penggemar kopi, misalnya, kamu bisa menjumpai varian khusus whole bean coffee Starbucks di Kanada yang diberi nama West Java. Temuan-temuan ini makin menunjukkan bahwa produk-produk berlabel Indonesia punya daya saing di pasar internasional.
Perdagangan Indonesia-Kanada
Meski antara tahun 2020 sampai 2022 tren neraca perdagangan Indonesia-Kanada menunjukkan defisit di sisi Indonesia, angka ekspor Indonesia ke Kanada selama periode tersebut terus meningkat. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, ekspor Indonesia ke Kanada meningkat dari sekitar USD 789 juta di tahun 2020, menjadi USD 1 milyar di tahun 2021, dan USD 1,3 milyar di tahun 2022.
ADVERTISEMENT
Saat ini kedua negara tengah menggodok perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif (Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement/ ICA-CEPA) yang diharapkan tidak saja dapat meningkatkan akses pasar barang dan jasa namun juga investasi serta kerja sama terkait ekonomi lainnya.
Naik Kelas
Dengan adanya produk-produk industri buatan Indonesia di Kanada menunjukkan bahwa Indonesia memiliki peran penting dalam rantai nilai global (global value chain). Itu berarti Indonesia tidak lagi terlalu bergantung pada ekspor komoditas yang bersifat bahan baku, karena telah banyak juga mengekspor produk-produk yang bernilai tambah.
Namun tentu hal ini belum cukup. Kemajuan teknologi di satu sisi dan kekhawatiran akan dampak perubahan iklim di sisi lain telah mendorong perubahan pola produksi, distribusi, dan konsumsi di berbagai belahan dunia dengan mengutamakan faktor keberlanjutan (sustainability) lingkungan dan sosial. Untuk itu, Indonesia perlu terus meningkatkan kemampuan sumber daya manusia agar dapat menghasilkan produk-produk dengan nilai tambah yang semakin tinggi serta beroirentasi lingkungan dan sosial. Dengan demikian, peran Indonesia dalam rantai nilai global akan semakin meningkat.
ADVERTISEMENT
“Made in Indonesia” sudah merambah Kanada, menunjukkan bahwa kita bisa berperan di pasar dunia. Sebagai diplomat muda, ini membuka keyakinan saya bahwa perlu ada semakin banyak “Made in Indonesia” di luar sana agar masyarakat makin sejahtera.