Konten dari Pengguna

Akulturasi Budaya Kolonial dan Pribumi Jawa

Muhammad Riyadlul 'Adn
Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Jember
17 Juni 2022 16:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Riyadlul 'Adn tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: shutterstock.com
ADVERTISEMENT
Kebudayaan Indis merupakan sebuah hasil campuran budaya antara budaya kolonial dan juga budaya pribumi Jawa. Hal ini dapat terjadi karena hadirnya bangsa Belanda di Jawa yang membuat kedua budaya tersebut bertemu dan bercampur. Para pejabat Belanda yang menduduki pulau Jawa melakukan percampuran darah dengan perempuan pribumi yang kemudian menyesuaikan hidupnya dengan kehidupan pribumi.
ADVERTISEMENT
Adapun beberapa aspek yang harus dipahami dari kebudayaan Indis ini, seperti aspek kognitif, aspek normatif, aspek afektif, dan aspek komposisi sosial.
Aspek Kognitif
Karena budaya Indis ini terdiri dari dua kebudayaan yaitu Belanda dan Jawa, yang mana keduanya memiliki perbedaan. Seperti contohnya dalam membangun rumah tempat tinggal, budaya Belanda memperhatikan susunan tata ruangnya. Pada budaya Jawa, tidak adanya ruang khusus dalam rumah yang dibedakan sesuai umur, jenis kelamin, bahkan antara anggota keluarga.
Anggapan bahwa rumah adalah model alam menurut konsep pikiran Jawa, tidak ada pada alam pikiran Eropa. Dalam proses memahami aspek kognitif gaya Indis, kita perlu memperhitungkan konteks budaya Belanda dan Jawa. Jelas bahwa rumah tempat tinggal orang Belanda tidak mempunyai konotasi ritual seperti pandangan dan kepercayaan Jawa.
ADVERTISEMENT
Aspek Normatif
Dalam aspek normatif ini hampir serupa dengan aspek kognitif, dimana didalamnya berhubungan dengan sesuatu yang bersifat pribadi. Contohnya di dalam rumah tempat tinggal, ruang-ruang di dalamnya memiliki fungsi tersendiri, seperti ruang tidur, ruang tamu, ruang makan, ruang kerja, ruang belajar, dan gudang. Setiap ruang dalam rumah memiliki fungsinya sendiri-sendiri, tidak seperti rumah tradisional Jawa yang penggunaan ruangannya bercampur. Hal ini juga bertujuan agar para pejabat kolonial ketika merundingkan sesuatu yang bersifat rahasia tanpa para tamu mengetahuinya.
Aspek Afektif
Aspek afektif ini merupakan tindakan yang menunjukkan situasi. Kaitannya dengan kehidupan rumah tangga adalah dalam komposisi sebuah keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Keluarga Indis yang mengikuti gaya hidup Barat harus mengubah susunan ruang rumahnya mengikuti gaya rumah tradisional. Hal ini dikarenakan terdapat banyak sanak saudara yang ikut tinggal dalam satu rumah. Namun, pada perkembangannya rumah keluarga priayi birokrat lebih banyak meniru susunan rumah gaya Eropa yang lebih hemat, praktis, serta lebih kecil. Hal ini juga didasarkan pada faktor biaya, karena gaji yang mereka dapat tidak sebanyak yang didapat priayi bangsawan. Selain itu, lahan tanah tempat tinggal di kota juga tidak memungkinkan untuk membangun rumah yang luas.
ADVERTISEMENT
Aspek Komposisi Sosial
Masyarakat Jawa dan masyarakat Belanda memiliki kehidupan keluarga yang berbeda. Pada awalnya, gaya hidup dan bangunan rumah Indis lebih condong ke gaya Belanda yang merupakan budaya asli para pendatang. Lambat laun gaya hidup dan pengaruh budaya Belanda semakin berkurang dikarenakan para penguasa dari Belanda banyak melakukan pernikahan dengan pribumi Jawa dan menghasilkan keturunan campuran Belanda dan Jawa. Dengan adanya penyesuaian iklim maupun budaya pribumi yang kemudian semakin menumbuhkan budaya perpaduan Belanda dan Pribumi Jawa ini.
Peradaban Indis memang belum mampu mengadakan regenerasi secara luas dan mendalam di seluruh masyarakat Jawa. Pada hakikatnya, peradaban Indis sudah terstruktur dalam situasi yang stabil dalam jangka waktu yang panjang. Hal tersebut terlihat sejak ekonomi Hindia-Belanda berkembang pada masa setelah Politik Etis ditetapkan sekitar tahun 1870.
ADVERTISEMENT