Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
WAMEN ESDM : PLTN Harus Ekonomis Kalau Mau di Bangun.
7 April 2018 11:38 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Bob S. Effendi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dari statemen Wamen ESDM jelas dan tegas : KALO PLTN MURAH BOLEH DI BANGUN !! -- yang di maksud murah adalah besaing dengan batubara. Tersirat dalam statement tersebut bahwa POLEMIK NUKLIR SEBAGAI OPSI TERAKHIR SELESAI SUDAH. - Thumbsup pak Wamen.
Menteri ESDM juga menyampaikan hal yang sama di sampaikan kepada seorang anggota DEN, "Saya tidak menolak PLTN tapi bila tidak murah mending tidak usah di bangun".
Presiden juga berpandangan yang sama seperti yang di sampaikan Ketua Pokja ESDM KEIN Zulnahar Usman kepada mentri risetdikti : 1) harus memiliki keselamatan tinggi 2) harus murah (red: bersaing dengan fossil) 3) tidak pakai APBN.
ADVERTISEMENT
Memang dalam kepemimpinan ESDM sekarang bagaimana menekan BPP untuk memberikan listrik murah bagi masyarakat menjadi tujuan yang dengan konsisten dan tegas dilakukan terhadap semua jenis energi tanpa terkecuali -- thumbsup untuk pak Menteri -- Upaya menurunkan BPP ini menurut hemat kami adalah arah yang benar karena tarif listrik selama 15 tahun terakhir setiap terus naik bahkan dapat naik setahun dua kali yang memicu inflasi sehigga melemahkan daya beli.
Pesan "listrik murah PLTN" ini di sampaikan oleh Wamen kepada seluruh stakeholder Nuklir pada pertemuan November 2017. Bahkan Wamen mengatakan kalo harus pilih antara proven tapi mahal dan tidak proven tapi murah yang saya pilih yang murah, selama tidak memakai APBN dan hanya merubah regulasi -- Lebih tepatnya hanya 1 pasal dalam PP No 2 tahun 2014 sehingga kata-kata proven tidak lagi menjadi relevan lagi bila Pemerintah berkehendak.
ADVERTISEMENT
Tapi di sayangkan stakeholder nuklir lainnya seperti tidak berpegang pada realitas bahwa PLTN harus murah dan masih terus menerus berdebat ngotot harus proven padahal yang proven itu mahal 11,8 - 14 sen/kwh jauh di atas rata-rata BPP Nasional yang jelas tidak akan di setujui oleh ESDM yang memiliki kewenangan terhadap PLTN -- Yang teman2 nuklir gagal paham adalah PLTN harus dapat menekan BPP Nasional ($ 7,5 sen/keh) bukan malah mendongkrak.
Thorcon Power siap menjawab tantangan wamen ESDM tersebut dengan menawarkan harga IPP di bawah $ 7 sen per kwh dengan 100% investasi swasta. -- Hal ini sudah di komunikasikan ke pihak PLN secara tertulis dalam dokumen pre-feasibility study yang di lakukan bersama PLN - PERTAMINA - INUKI dan THORCON pada tahun 2016.
Bahkan komitmen tarif Thorcon sudah menjadi informasi publik sebagaimana di kutip oleh Proffesor Joseph Lassiter dari Harvard Bussiness School : "ThorCon Power, whose lead investor is Acadian Asset Management founder Gary Bergstrom, have publically committed to goals on cost (< $0.07/kwh)"
ADVERTISEMENT
Saat ini ada 9 pengembang desain MSR komersial di dunia (ARIS IAEA 2016) yang tidak mempersoalkan masalah proven dengan targetnya keekonomian bersaing dengan batubara dan target operasi komersial 2025 - 2030.
Pertanyaan apakah MSR proven bila di tanyakan di forum internasional seperti di IAEA atau di Amerika, Canada dan China akan menjadi bahan tertawaan banyak orang. Canada, Amerika dan China semuanya dalam persiapan membangun MSR yang semuanya bukan pakai dana APBN tetapi swasta artinya pasti pertanyaan proven akan terlebih dahulu di tanyakan oleh investor swasta.
Pada kunjungan kerja Pokja ESDM KEIN November 2017 ke laboratorium nuklir Argonne dan Oak Ridge di AS yang dipimpin oleh Zulnahar Usman, pertanyaan apakah MSR proven dan apakah dapat di bangun sekarang di tanyakan langsung oleh delegasi KEIN. Tidak ada satupun ahli nuklir di kedua lab tersebut yang meragukan MSR dan semua setuju bahwa tidak ada alasan mengapa MSR tidak dapat di bangun saat ini.
ADVERTISEMENT
Bahkan Dr. Tanju Sofu, Direktur Program Simulasi Argonne mengatakan dengan tegas bahwa desain Thorcon adalah desain yang sangat bagus dan dapat menjadi technology disruption pada sektor nuklir.
Ketika delegasi KEIN bertemu dengan Dirjen Nuklir AS yang merangkap sebagai PLT Wakil Menteri Energi AS, Edward McGinnis (foto bawah) bahkan beliau mengatakan bahwa US DOE akan membangun PLTN MSR paska 2025 dan mengatakan bahwa akan mendukung Indonesia dan Thorcon bila membangun PLTN MSR.
Menurut Heddy Khrisyana, mantan eselon II di di Bapeten (Badan Pengawas Tenaga Nuklir) mengatakan bahwa walaupun tidak proven dalam regulasi perijinan instalasi nuklir sebenarnya tetap dapat di bangun sebagai reaktor daya eksperimen (RDE) bekerjasama dengan BATAN selama dapat lolos uji dan sertifikasi Bapeten, perbedaannya adalah reaktor tersebut tidak dapat menjual listriknya alias tidak dapat beroperasi secara komersial. Jadi sesungguhnya perbedaan proven dan tidak proven hanyalah masalah administrasi bukan masalah keselamatan.
ADVERTISEMENT
Mitigasi resiko di balik kata proven dapat di break-down menjadi 2 jenis resiko : 1) resiko keuangan, yang jelas aman bila 100% investasi swasta tanpa APBN. yang berikutnya adalah 2) resiko keselamatan.
Resiko keselamatan dapat di mitigasi menjadi 3 aspek :
a) Desain MSR yang samasekali tidak mungkin terjadi core meltdown dan secara desain sudah menganut paradigma inherently safety design artinya keselamatan sudah meruapakan bagian dari design bukan di tambah (enginereed safety) sebagaimana di hampir semua design PLTN konvesional berbasis air --Bahkan dalam salah satu presentasi tentang MSR di website US NRC di katakan bahwa MSR adalah COMPLETELY WALKAWAY SAFETY ("MSR TWG Licensing Process”, US NRC, Nicolas Smith, 2016) , jenis reactor yang istilahnya dapat tinggal tanpa operator untuk menunjukan betapa aman & selamatnya desain MSR.
ADVERTISEMENT
b) Dengan pendekatan test-then-license artinya melalui semua jenis testing skenario emergency apapun di lakukan, bila lolos baru mendapatkan ijin. Testing adalah standard jaminan keselamatan tertinggi yang di terapkan dalam semua jenis industri mulai dari farmasi, tranportasi sampai penerbangan, sehingga sebuah pesawat jenis baru ketika lolos uji regulator tidak lagi ragu-ragu memberikan ijin komersial. -- Kemudian pendekatan step-by-step licensing yang memastikan bahwa setiap tahapan lolos ujicoba.
Industri Nuklir walaupun menjunjung tinggi keselamatan tetapi tidak menerapkan ujicoba sebagaimana industri lainnya atau tidak menganut test-then-license tetapi mengandalkan simulasi (probablistic safety analysis report) dan kalaupun ada testing lebih kepada testing normal operation bukan accident scenario atau abnormal operation . Ini di mengerti karena PLTN tipe LWR bila di lakukan accident sekenario maka PLTN tersebut akan hancur dan investasi milyaran dollar hilang -- TETAPI tidak demikian dengan MSR yang siap untuk di ujicoba dengan berbagai accident scenario .
ADVERTISEMENT
Bila kiblat perijinan nuklir yang di pakai Indonesia adalah US NRC maka pada tahun 2018 telah terjadi perubahan. Kongres Amerika telah menerbitkan UU Perijinan Reaktor Maju (Advanced Reactor) HR 590/2018 yang memastikan bahwa untuk Reactor Maju NRC memakai pendekatan Performaced based atau dengan kata lain Test-Then-Licensed.
c) Bila masih tidak confident dapat meminta bantuan organisasi seperti IAEA, US DOE atau konsultan nuklir dunia yang kapable yang di sebut TSO (technical support organization) dan tanpa di minta bantuanpun dunia akan mengawasi dengan ketat setiap pembangunan PLTN jenis apapun.
Bilamana kata proven menjadi acuan oleh negara-negara maju maka sangat mungkin saat ini kita masih terbang pesawat baling-baling bukan JET, atau sampai sekarang manusia tidak akan berani menjelajah ruang angkasa. Kata PROVEN sebenarnya sebuah kata yang mengkerdilkan bangsa sendiri karena TIDAK ADA BANGSA BESAR YANG MEMAKAI KATA TERSEBUT KECUALI BANGSA PENGEKOR!!.
ADVERTISEMENT
At the end.. sederhana aja bila Indonesia butuh PLTN maka harus MURAH bukan harus PROVEN - Mari kita bangun Indonesia menjadi bangsa pemenang yang berani menjadi yang terdepan dalam sektor Nuklir.