Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Refleksi Hari Kearsipan di Tengah Pandemi COVID-19
18 Mei 2020 18:50 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Bobby Adia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mei, ditandai dengan banyak rima sejarah yang terulang salah satunya ialah Hari Kearsipan. Tepat sejak 18 Mei 1971, sudah 49 tahun Indonesia memperingati momentum kebangkitan serta eksistensi dunia kearsipan di negeri ini. Dewasa ini, selain pencanangan Gerakan Nasional Sadar Tertib Arsip (GNSTA) oleh Arsip Nasional RI (ANRI) sebagai lembaga kearsipan pusat juga perkembangan kearsipan di Indonesia ditandai dengan banyak lahirnya arsip komunitas (community archives) sebagai entitas arsip yang inheren dengan kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Arsip dapat diartikan sebagai media rekam terhadap ingatan kolektif pada setiap kegiatan atau peristiwa dalam kehidupan. Fenomena kemunculan pandemi COVID-19 bukan serta-merta menjadi peristiwa wabah penyakit pertama di dunia namun, jika kita melihat sejarah maka akan banyak rangkaian memori kolektif yang dibuktikan dengan arsip. Sederhananya, arsip merupakan media yang mempunyai nilai kesejarahan terkait peristiwa di masa lalu, masa kini, serta masa depan.
Pihak otoritas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara massif memberikan imbauan untuk memberlakukan protokol kesehatan dengan langkah preventif dan kuratif laju penyebaran COVID-19. Sejumlah negara melakukan mitigasi dengan karantina penuh (lockdown), kampanye social distancing, physical distancing, penggunaan masker, dan cuci tangan secara berkala. Indonesia menjadi salah satu negara yang mengalami pandemi dengan angka penularan yang relatif tinggi dan lambat landai, melakukan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara bertahap mengikuti perkembangan kurva penularan di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Peran arsip selain menjadi bukti sejarah di masa lalu, juga pada masa kini terdapat pada pendokumentasian setiap data dan informasi terkait penyebaran COVID-19 termasuk kepada sikap dan cara dunia dalam merespon pandemi dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan demi menghentikan laju penyebaran serta memulihkan kondisi masyarkat. Semua itu, akan menjadi rangkaian Arsip COVID-19 yang berguna untuk memberikan informasi bagi peneliti, pembuat kebijakan, media, ilmuwan serta masyarakat luas dengan menghadirkan data dan informasi yang autentik dan reliable. Selain itu, dengan menjamin ketersediaan arsip sebagai sumber utama juga sebagai katalisator kesadaran serta partisipasi masyarakat akan arsip untuk mampu menghadapi segala tantangan di masa depan berdasarkan pada apa yang dipelajari dari peristiwa di masa lalu.
Arsip Autentik Untuk Indonesia: Warisan Dokumenter COVID-19
Peringatan Hari Kearsipan pada tahun ini mengusung tema “Arsip Autentik untuk Indonesia” seakan secara dogmatis bahwa arsip memiliki makna autentik yaitu arsip memiliki struktur, isi, dan konteks, yang sesuai dengan kondisi pada saat pertama kali arsip tersebut diciptakan dan diciptakan oleh orang atau lembaga yang memiliki otoritas atau kewenangan sesuai dengan isi informasi arsip (UU No. 43/2009 tentang Kearsipan). Sehingga, arsip mampu memberikan informasi yang autentik, unik, dan terpercaya sebagai nilai penting bagi setiap sendi kehidupan berorganisasi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
ADVERTISEMENT
UNESCO, melalui “Turning the Threat of COVID-19 into an Opportunity for Greater Support to Documentary Heritage.” tidak hanya menegaskan bahwa situasi pandemi memberikan dampak besar bagi krisis global, tetapi juga menyoroti pentingnya lembaga kearsipan dalam menjamin ketersediaan arsip atau sumber kredibel manajemen data dan informasi yang diperlukan untuk memahami, mengontekstualisasikan, dan mengatasi krisis semacam ini di masa depan. Warisan dokumenter adalah sumber daya penting untuk memberikan perspektif historis tentang bagaimana pemerintah, warga negara, dan komunitas internasional telah menangani pandemi di masa lalu. Melalui program Memory of the World (MoW), UNESCO juga melakukan syiar kepada masyarakat dunia untuk secara kolektif melestarikan arsip terkait COVID-19. Di Indonesia, ANRI sebagai salah satu pihak otoritas yang bertanggung jawab dalam pelestarian, pemeliharaan, akses arsip serta memerangi berita hoaks terkait dengan wabah yang berasal dari patogen ini. Selain itu, pentingnya keadilan dan pengarsipan ditegaskan oleh Verne Harris bahwa setiap peristiwa harus dilihat dari banyak sudut, terutama sudut korban atau warga yang seringkali tidak punya akses atas kekuasaan dan kedekatan terhadap penguasa.
ADVERTISEMENT
Arsip secara harfiah memberikan penetrasi kepada sebuah mitologi Cassandra Paradox dengan makna autentiknya sehingga kita dapat mencegah pandemi serta mengelola dampak peristiwa global di masa depan. Pada akhirnya, arsip bukan hanya menjadi sebuah tumpukan kertas tak berguna namun, kearsipan adalah unsur utama dalam sebuah sejarah perjalanan suatu bangsa. Dengan arsip yang autentik sebagai warisan dokumenter akan memberi stimulan berupa kesiapan dan tanggung jawab kolektif serta sinergitas seluruh lapisan masyarakat dalam menghadapi tantangan pandemi di masa depan didasarkan dengan nilai-nilai kemanusiaan, kesehatan, ekonomi, pendidikan, sosial, politik, dan saintifik.