Konten dari Pengguna

Politik Grassroots : Akar Rakyat yang Mendorong Perubahan Global

Boby Purba
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Kristen Indonesia
2 Januari 2025 18:15 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Boby Purba tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Source : Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Source : Shutterstock
ADVERTISEMENT
Politik grassroots adalah pendekatan yang berfokus pada keterlibatan aktif masyarakat biasa dalam proses politik, dari tingkat lokal hingga nasional. Gerakan ini dimulai dari bawah, dengan individu dan komunitas yang merasa tidak terwakili oleh elit politik atau struktur kekuasaan formal, dan menginginkan perubahan sosial, ekonomi, atau politik yang lebih adil. Artikel ini akan membahas sejarah politik grassroots, penyebarannya di berbagai negara, relevansinya dalam ilmu hubungan internasional, dan contoh-contoh penting dari gerakan grassroots di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sejarah Politik Grassroots
Politik grassroots tidak muncul begitu saja, melainkan sebagai hasil dari ketidakpuasan terhadap sistem politik yang ada. Sejak awal abad ke-20, berbagai gerakan sosial yang dimulai dari bawah telah memainkan peran penting dalam perubahan politik di seluruh dunia. Gerakan ini banyak berawal dari masyarakat yang terpinggirkan—kelompok buruh, perempuan, dan kaum minoritas—yang memperjuangkan hak-hak dasar mereka.
Salah satu contoh awal politik grassroots adalah gerakan buruh di Eropa dan Amerika Serikat pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Kelompok buruh ini menuntut hak-hak yang lebih baik terkait kondisi kerja, upah yang lebih adil, dan pengakuan terhadap hak mereka untuk berserikat. Gerakan ini melahirkan perubahan-perubahan besar dalam undang-undang tenaga kerja dan membuka jalan bagi pembentukan organisasi-organisasi pekerja yang kuat.
ADVERTISEMENT
Namun, gerakan politik grassroots terbesar mungkin terjadi pada pertengahan abad ke-20 dengan munculnya gerakan hak sipil di Amerika Serikat dan gerakan pembebasan di berbagai negara kolonial. Di Amerika, kelompok-kelompok seperti Southern Christian Leadership Conference (SCLC) yang dipimpin oleh Martin Luther King Jr., dan Student Nonviolent Coordinating Committee (SNCC) memainkan peran penting dalam memperjuangkan hak-hak sipil bagi orang kulit hitam yang terpinggirkan. Di negara-negara kolonial, seperti India dan Afrika, perjuangan melawan penjajahan didorong oleh gerakan dari bawah yang melibatkan masyarakat lokal dalam upaya untuk meraih kemerdekaan.
Pada abad ke-21, dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, politik grassroots semakin berkembang. Media sosial dan platform online telah mempercepat mobilisasi massa, memungkinkan individu untuk mengorganisir kampanye dan aksi di tingkat lokal yang kemudian meluas menjadi gerakan global. Gerakan seperti Arab Spring yang dimulai di Tunisia pada 2010 dan kemudian menyebar ke berbagai negara di Timur Tengah adalah contoh bagaimana teknologi dan gerakan akar rumput dapat mengubah lanskap politik secara dramatis.
ADVERTISEMENT
Penyebaran Politik Grassroots di Dunia
Politik grassroots dapat ditemukan di hampir semua negara, meskipun lebih sering muncul di negara-negara dengan ketidaksetaraan ekonomi atau di mana kekuasaan politik terpusat pada elit. Di negara-negara maju, gerakan grassroots seringkali berfokus pada masalah-masalah sosial dan lingkungan, seperti hak-hak perempuan, perubahan iklim, atau keadilan sosial. Di negara berkembang, politik grassroots sering kali berfokus pada pengentasan kemiskinan, akses pendidikan, dan hak-hak dasar lainnya.
Beberapa contoh yang menggambarkan penyebaran politik grassroots di seluruh dunia adalah sebagai berikut:
1. India
Gerakan "India Against Corruption" yang dipimpin oleh aktivis Anna Hazare pada tahun 2011 adalah salah satu contoh politik grassroots yang sangat terkenal. Gerakan ini dimulai dengan protes yang menggalang dukungan dari masyarakat untuk menuntut undang-undang yang lebih ketat terhadap korupsi. Gerakan ini tidak hanya menjadi sorotan di India, tetapi juga menginspirasi banyak negara lain di dunia yang menghadapi masalah serupa.
ADVERTISEMENT
2. Afrika Selatan
Selama masa apartheid, politik grassroots di Afrika Selatan berkembang pesat. Kelompok-kelompok komunitas lokal dan organisasi massa, seperti United Democratic Front (UDF), berperan penting dalam perlawanan terhadap rezim diskriminatif. Gerakan ini melibatkan rakyat Afrika Selatan dari berbagai lapisan sosial, termasuk kaum pekerja, mahasiswa, dan masyarakat miskin. Aksi-aksi protes ini akhirnya berhasil mendorong perubahan politik yang besar dan mengakhiri apartheid.
3. Amerika Serikat
Gerakan hak sipil pada 1950-an dan 1960-an adalah contoh paling jelas dari politik grassroots di Amerika. Dipimpin oleh pemimpin-pemimpin seperti Martin Luther King Jr., Rosa Parks, dan Malcolm X, gerakan ini melibatkan rakyat biasa dalam perjuangan untuk kesetaraan rasial dan hak-hak sipil. Aksi-aksi protes damai, pemboikotan, dan sit-in di seluruh Amerika Serikat membawa perubahan besar dalam undang-undang diskriminasi rasial.
ADVERTISEMENT
4. Timur Tengah dan Afrika Utara
Gerakan Arab Spring yang dimulai pada 2010 adalah contoh bagaimana politik grassroots dapat memicu perubahan besar dalam pemerintahan. Dimulai dengan protes di Tunisia terhadap ketidakadilan sosial dan ekonomi, gerakan ini dengan cepat menyebar ke negara-negara seperti Mesir, Libya, dan Suriah. Masyarakat yang menggunakan media sosial untuk mengorganisir diri mereka melawan pemerintahan otoriter berhasil mengubah arah sejarah di kawasan tersebut, meskipun dampaknya beragam.
Politik Grassroots dalam Ilmu Hubungan Internasional
Politik grassroots memiliki relevansi yang sangat penting dalam ilmu hubungan internasional (HI), karena gerakan ini sering kali memengaruhi kebijakan luar negeri dan hubungan antarnegara. Dalam konteks HI, gerakan grassroots menunjukkan bagaimana kekuatan dari bawah dapat menantang atau mendukung kebijakan negara, baik dalam ranah domestik maupun internasional. Berikut beberapa cara politik grassroots berperan dalam hubungan internasional:
ADVERTISEMENT
1. Peran Masyarakat Sipil
Gerakan politik grassroots sering kali melibatkan masyarakat sipil dalam menuntut perubahan kebijakan, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Organisasi masyarakat sipil (CSO) yang berakar dari grassroots memainkan peran kunci dalam mempromosikan hak asasi manusia, demokrasi, dan pembangunan berkelanjutan. Di banyak negara, gerakan ini dapat memengaruhi keputusan pemerintah terkait kebijakan luar negeri, misalnya dalam hal diplomasi hak asasi manusia atau kebijakan migrasi.
2. Advokasi Global
Politik grassroots juga berperan dalam advokasi global. Gerakan sosial yang dimulai di satu negara sering kali berkembang menjadi gerakan internasional yang melibatkan masyarakat dari berbagai negara. Isu-isu seperti perubahan iklim, keadilan sosial, dan hak-hak perempuan sering kali diangkat oleh gerakan grassroots yang kemudian mempengaruhi kebijakan internasional. Gerakan Fridays for Future yang dipimpin oleh Greta Thunberg, misalnya, telah menggerakkan ribuan orang di seluruh dunia untuk memperjuangkan tindakan terhadap perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
3. Diplomasi Publik
Gerakan grassroots juga memainkan peran penting dalam diplomasi publik, yaitu upaya untuk mempengaruhi opini publik di negara lain. Gerakan ini dapat memengaruhi persepsi global terhadap sebuah negara, seperti halnya gerakan pro-demokrasi di Hong Kong yang menarik perhatian dunia terhadap isu-isu kebebasan dan hak asasi manusia.
Contoh Politik Grassroots di Indonesia
Di Indonesia, politik grassroots telah berperan penting dalam berbagai gerakan sosial yang mempengaruhi kebijakan publik dan perubahan politik. Beberapa contoh penting adalah:
1. Gerakan Reformasi 1998
Salah satu contoh paling terkenal dari politik grassroots di Indonesia adalah gerakan Reformasi 1998. Gerakan ini dimulai dengan protes mahasiswa di Jakarta yang menuntut reformasi politik dan kejatuhan rezim Orde Baru. Protes ini menyebar ke seluruh Indonesia dan melibatkan masyarakat dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, pekerja, hingga masyarakat umum. Hasilnya, Presiden Soeharto turun dari jabatan dan Indonesia memasuki era demokrasi.
ADVERTISEMENT
2. Gerakan Lingkungan dan Anti-Korupsi
Gerakan lingkungan hidup dan anti-korupsi juga merupakan bagian dari politik grassroots di Indonesia. Gerakan Save Borneo yang berjuang untuk melindungi hutan Kalimantan dari kerusakan akibat penebangan liar, serta Indonesia Corruption Watch (ICW) yang berfokus pada pemberantasan korupsi, merupakan contoh konkret gerakan grassroots yang mendorong perubahan kebijakan nasional.
3. Pemilu dan Demokratisasi
Partisipasi aktif masyarakat dalam pemilu, baik melalui suara maupun melalui partisipasi dalam organisasi masyarakat sipil, juga merupakan bagian dari politik grassroots. Proses pemilu yang semakin inklusif, di mana masyarakat dapat memilih langsung presiden dan wakil rakyat, mencerminkan peran politik grassroots dalam sistem demokrasi Indonesia.
Kesimpulan
Politik grassroots adalah kekuatan yang berasal dari bawah yang dapat mengubah tatanan sosial, politik, dan ekonomi suatu negara. Sejarahnya yang panjang menunjukkan bahwa gerakan ini mampu mendorong perubahan signifikan dalam struktur kekuasaan, baik di tingkat lokal maupun internasional. Di Indonesia, gerakan grassroots telah berperan penting dalam perubahan politik, termasuk dalam reformasi 1998 dan perjuangan melawan korupsi serta untuk lingkungan yang lebih baik. Dalam konteks hubungan internasional, politik grassroots menunjukkan bagaimana kekuatan rakyat dapat mempengaruhi kebijakan global dan hubungan antarnegara, memperkuat demokrasi, hak asasi manusia, dan pembangunan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT