Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Mengenalkan Gastronomi Nusantara Melalui Program MBG
10 Februari 2025 17:47 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Boimin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gastronomi, menurut Encyclopedia Britanica, bisa diartikan seni menyeleksi, menyiapkan, menyajikan dan menikmati makanan atau panganan. Gastronomi menggambarkan keterkaitan mendasar antara pangan dengan seni, budaya dan tradisi. Itu semua tidak bisa dilepaskan dari sejarah.
ADVERTISEMENT
Mengenalkan gastronomi Nusantara melalui Makan Bergizi Gratis (MBG) berarti mengenalkan jati diri bangsa kita dan sejarah keunggulan pangan kita, ke anak-anak sekolah. Sebab, gastronomi tidak ubahnya seperti sidik jari biokultural (biocultural)—berisi rekaman sejarah kehebatan seni, budaya, dan tradisi pangan Indonesia.
Sehingga gastronomi Nusantara harus dilestarikan dan diperkenalkan kepada anak-anak sekolah, agar mereka bangga. Namun, kebanggaan itu akan muncul dan bermanfaat jika anak-anak sekolah itu memiliki pemahaman yang baik mengenai gastronomi Nusantara.
Gastronomi Nusantara
Gastronomi Nusantara dipengaruhi oleh tiga faktor penting. Faktor pertama, realitas Indonesia sebagai melting pot—tempat bertemu dan berbaurnya berbagai budaya, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Perbauran budaya India, China, Eropa, dan tradisi masyarakat Indonesia, menghasilkan gastronomi yang unik dan menarik. Salah satunya karena akulturasi budaya pangan.
ADVERTISEMENT
Akulturasi budaya pangan merupakan perpaduan budaya pangan yang menghasilkan budaya pangan baru, namun tanpa menghilangkan ciri khasnya masing-masing.
Dilansir dari laman Kementerian Pariwisata/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (08/02/2025) ada beberapa contoh akulturasi budaya pangan, yaitu: 1) Indonesia dan Tionghoa: bakwan, bakso, dan bakpao; 2) Indonesia dan Belanda: perkedel, sup kacang merah, dan semur; 3) Indonesia dan India: martabak telur dan soto Betawi.
Faktor kedua, posisi dan kondisi geografis Indonesia. Letak Indonesia yang strategis dan termasuk salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, berpengaruh signifikan terhadap gastronomi Nusantara. Itu akibat tingginya keberagaman hayati (biodiversity) Indonesia, baik flora (tumbuhan) maupun fauna (hewan).
Alfred Russel Wallace membagi persebaran fauna Indonesia menjadi tiga kelompok berdasarkkan garis Wallace dan garis Weber, yaitu: fauna Asiatis, fauna Perlahihan, dan fauna Australis. Ketiga kelompok fauna tersebut memiliki karakteristik masing-masing. Pun demikian dengan flora yang tumbuh di Indonesia, sangat beragam. Keberagaman flora dan fauna sebagai bahan pangan, mengakibatkan gastronomi Nusantara juga beragam.
ADVERTISEMENT
Faktor ketiga, gastronomi Nusantara juga dipengaruhi beragamnya agama dan adat-istiadat yang dianut masyarakat Indonesia. Gastronomi lekat dengan agama. Islam, misalnya, menyeleksi pangan menurut zat yang dikandungnya dan cara memperolehnya, dan itu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: halal, haram, dan makruh. Bahkan Islam memiliki bulan gastronomi, yaitu Ramadhan. Dimana umat Islam wajib berpuasa—tidak makan dan minum mulai matahari terbit sampai matahari terbenam.
Selain agama, adat-istiadat juga memiliki sumbangsih terhadap beragamnya gastronomi Nusantara. Adat-istiadat telah dilpraktekkan leluhur kita secara turun-menurun, menjadi tradisi selama ratusan bahkan ribuan tahun. Itu menjadikan gastronomi Nusantara layaknya sidik jari biokultural.
Paul W. Taylor memberikan definisi alternatif biokultural di dalam bukunya: Respect for Nature: A Theory of Environmental Ethics (2011), yaitu aspek praktis dari pemanfaatan sesuatu yang hidup di dalam budaya, termasuk pertanian dan produksi pangan.
ADVERTISEMENT
Melihat gastronomi sebagai sidik jari biokultural bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, menelusuri unsur biologi, yaitu hewan dan tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pangan. Kedua, mencari makna pangan secara filosofis atau simbolis. Contohnya tumpeng—nasi berbentuk kerucut (gunungan) yang disajikan bersama beraneka ragam lauk pauk, dan biasanya disajikan dalam acara-acara penting seperti: selamatan, kenduri maupun upacara adat.
Selain tumpeng, banyak contoh gastronomi lainnya. Itu kekayaan dan keunggulan gastronomi kita. Sehingga gastronomi Nusantara perlu dikenalkan kepada anak-anak, contohnya melalui MBG.
Mengenalkan Gastronomi Nusantara melalui MBG
Tujuan mengenalkan gastronomi Nusantara melalui MBG agar anak-anak tahu betapa kaya Indonesia dalam konteks kuliner dan keanekaragaman hayatinya. Betapa hebat jati diri bangsa Indonesia dalam konteks sosial-budaya: 1) adaptif dengan perubahan; 2) mengutamakan harmoni, toleransi dan persatuan; 3) terbuka terhadap budaya atau tradisi baru dari dalam negeri maupun luar negeri. Ujungnya, agar anak-anak itu bersyukur dan bangga dengan gastronomi Nusantara.
ADVERTISEMENT
Kebanggaan anak-anak sekolah pada gastronomi Nusantara, bisa menjadi awal baik untuk membentuk pola makan anak yang sehat, yaitu:1) memenuhi kebutuhan nutrisi, 2) mudah didapatkan (bahan makanan lokal), 3) tidak melanggar adat istiadat, kepercayaan atau agama yang dianut, dan 4) nutrisi seimbang—memenuhi semua kebutuhan nutrisi dan juga kebutuhan energi untuk tumbuh dan tetap sehat.
Dua cara mengenalkan gastronomi Nusantara melalui MBG: pangan tradisional dijadikan menu MBG, dan gastronomi Nusantara dikampanyekan melalui buku atau film singkat untuk anak-anak.
Buku/film gastronomi Nusantara itu, berisi: 1) bagaimana sejarah terciptanya gastronomi Nusantara; 2) bagaimana bahan pangan diperoleh dari alam; 3) bagaimana bahan pangan diolah oleh juru masak secara tradisional; dan 4) bagaimana pangan tradisional itu berperan dalam sebuah tradisi dan budaya; dan 5) bagaimana manfaat pangan tradisional itu bagi tubuh dan kesehatan anak.
ADVERTISEMENT
Mengenalkan gastronomi Nusantara di program MBG, juga menyadarkan anak-anak pentingnya kelestarian alam—untuk menyuplai bahan pangan yang sehat.
Harapannya, melalui MBG anak-anak sekolah menjadi tahu dan paham bahwa gastronomi Nusantara kebanggaan mereka harus dijaga. Caranya dengan menjaga kelestarian tradisi, budaya, dan alam. Sehingga, mengenalkan gastronomi Nusantara melalui MBG berarti ikut mengampanyekan pola makan anak yang sehat, dan mengampanyekan pelestarian tradisi, budaya, dan alam, pada anak-anak sekolah.