Konten dari Pengguna

5 Keahlian tentang Uang

Rifyal Fajri
Pemerhati & Praktisi Perbankan / Ekonomi Syariah
22 Desember 2024 9:42 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rifyal Fajri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Literasi keuangan bukan sekadar pengetahuan tentang cara menggunakan uang, tetapi juga sebuah keterampilan yang perlu dipelajari dan diterapkan untuk menjaga keseimbangan duniawi dan ukhrawi. Dalam Islam, harta dipandang sebagai amanah yang harus dikelola dengan bijaksana, sesuai prinsip syariah, untuk menciptakan keberkahan dan ketahanan keluarga. Berikut adalah lima keahlian tentang uang yang dapat menjadi panduan bagi keluarga muslim modern dalam menjaga kestabilan finansial dan spiritual:
ADVERTISEMENT
1. Mencari Uang (Aktif dan Pasif)
Kemampuan pertama adalah mencari penghasilan secara halal, baik aktif maupun pasif. Penghasilan aktif, seperti gaji dari pekerjaan atau upah dari usaha, merupakan bentuk ikhtiar langsung dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Sedangkan penghasilan pasif, seperti keuntungan dari investasi syariah atau hasil dari properti yang disewakan, memungkinkan kita untuk memanfaatkan uang yang sudah ada agar terus berkembang.
Contoh, seorang ayah bekerja sebagai pegawai bank syariah dengan penghasilan tetap, sementara ia juga menyewakan rumah tambahan sebagai penghasilan pasif. Selain itu, ia mengajarkan anaknya pentingnya mencari rezeki halal dengan menanamkan nilai-nilai Islam, seperti bekerja keras, jujur, dan tidak terlibat dalam riba atau transaksi yang merugikan orang lain. Dengan begitu, keluarga tidak hanya memiliki kestabilan finansial tetapi juga keberkahan dalam rezeki.
ADVERTISEMENT
2. Mengelola Uang (Aset dan Beban)
Mengelola uang adalah kemampuan membedakan antara aset yang menambah nilai dan beban yang mengurangi nilai. Islam mengajarkan pentingnya hidup hemat (zuhud) dan tidak berlebihan (tabdzir). Setiap keluarga perlu merencanakan anggaran bulanan, mengelola utang dengan bijak, dan menyisihkan tabungan untuk kebutuhan mendesak atau investasi di masa depan.
Misalnya, keluarga muslim dapat membagi pendapatan menjadi tiga bagian: 50% untuk kebutuhan pokok, 30% untuk tabungan atau investasi syariah, dan 20% untuk sedekah atau zakat. Anak-anak juga bisa diajarkan konsep ini dengan memberikan uang saku harian, lalu membantu mereka mencatat pengeluaran, menabung, dan menyisihkan sebagian untuk infak. Ini akan melatih mereka untuk menjadi individu yang bertanggung jawab dalam pengelolaan uang.
ADVERTISEMENT
3. Melipatgandakan Uang
Melipatgandakan uang dalam Islam tidak berarti mengutamakan keuntungan semata, tetapi memastikan bahwa uang berkembang melalui cara yang halal dan etis. Investasi syariah seperti reksadana syariah, saham halal, atau bisnis berbasis kemitraan adalah contoh bagaimana uang dapat dilipatgandakan tanpa melanggar prinsip-prinsip syariah.
Contohnya, seorang ibu rumah tangga yang memiliki simpanan bisa berinvestasi dalam usaha makanan sehat berbasis syariah. Dengan sistem bagi hasil, keuntungan yang didapat tidak hanya melipatgandakan uang, tetapi juga menciptakan peluang kerja bagi orang lain. Melibatkan anak-anak dalam usaha ini, seperti membantu memasarkan produk, dapat mengajarkan mereka nilai usaha dan pentingnya manajemen keuangan.
4. Melindungi Uang (Tax Planning dan Dana Darurat)
Melindungi uang berarti menjaga harta dari risiko yang tidak terduga, baik melalui perencanaan pajak (tax planning) maupun penyediaan dana darurat. Islam juga mendorong perlindungan harta dengan prinsip kehati-hatian, termasuk memastikan bahwa pajak yang dibayar sesuai aturan negara dan dana darurat disiapkan untuk kebutuhan mendesak tanpa mengorbankan kewajiban syariah.
ADVERTISEMENT
Contohnya, keluarga dapat membuka rekening tabungan syariah untuk dana darurat yang digunakan jika ada anggota keluarga sakit atau saat ada kebutuhan mendesak lainnya. Selain itu, menggunakan asuransi syariah dapat menjadi opsi untuk melindungi keluarga dari risiko finansial tanpa melibatkan unsur gharar atau riba. Anak-anak juga bisa diajarkan pentingnya menyisihkan sebagian uang untuk keadaan mendesak, seperti menyimpan uang saku yang tidak digunakan.
5. Mendistribusikan Uang (Pribadi, Keluarga, Orang Lain, dan Allah)
Distribusi uang dalam Islam memiliki dimensi duniawi dan ukhrawi. Harta tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi, tetapi juga sebagai sarana berbagi dengan keluarga, masyarakat, dan sebagai wujud ketaatan kepada Allah melalui zakat, infak, atau sedekah. Prinsip ini memastikan keseimbangan antara kepentingan individu dan kemaslahatan umat.
ADVERTISEMENT
Contohnya, seorang ayah yang menerima gaji bulanan membaginya ke dalam beberapa bagian: membayar kebutuhan pokok keluarga, memberikan nafkah kepada orang tua, menyisihkan untuk pendidikan anak-anak, dan mengalokasikan zakat. Selain itu, ia mengajarkan anaknya untuk memberikan sebagian uang saku kepada teman yang membutuhkan atau menyumbangkan untuk kegiatan sosial. Dengan cara ini, keluarga tidak hanya menjaga keseimbangan finansial tetapi juga menanamkan nilai spiritual yang akan menjadi investasi akhirat.
Penutup
Dengan memahami dan menguasai lima keahlian ini, keluarga muslim masa kini dapat menjaga keseimbangan finansial, menciptakan ketahanan keluarga, dan menanamkan nilai-nilai Islam yang kuat kepada anak-anak. Literasi keuangan bukan hanya tentang materi, tetapi juga tentang keberkahan dan tanggung jawab sebagai hamba Allah dalam mengelola amanah-Nya. Mari mulai dari keluarga kita untuk menciptakan generasi yang melek finansial, tangguh, dan penuh keberkahan.
ADVERTISEMENT
catatan penulis dari webinar online Literasi Keuangan "Membangun Ketahanan Keluarga melalui Literasi Keuangan"