Pekerja Perempuan di Bidang Teknik dan Sains: Sudah Sejauh Mana Kita Melangkah?

BPSDMI Kementerian Perindustrian
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri Kementerian Perindustrian
Konten dari Pengguna
28 Maret 2022 17:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BPSDMI Kementerian Perindustrian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Salah satu mahasiswa Politeknik Industri Logam Morowali, unit pendidikan di bawah naungan BPSDMI Kementerian Perindustrian. Foto: Dok. Politeknik Industri Logam Morowali
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu mahasiswa Politeknik Industri Logam Morowali, unit pendidikan di bawah naungan BPSDMI Kementerian Perindustrian. Foto: Dok. Politeknik Industri Logam Morowali
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, pandangan masyarakat akan peran perempuan di bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematic) dan TVET (Technical and Vocational Education and Training) masih tersamar dengan bias. Perempuan kerap dianggap kurang lazim jika mengambil profesi seperti mekanik atau operator yang imejnya masih lekat dengan maskulinitas.
ADVERTISEMENT
Hal ini sekilas tampaknya merupakan hal yang lumrah dan tak perlu dipermasalahkan. Namun, bias gender yang mengakar dapat memberikan dampak negatif bagi potensi SDM perempuan serta kesejahteraannya. Sebagai perumpamaan, perusahaan dapat kehilangan talenta-talenta perempuan yang kompeten karena keluarga perempuan tersebut memerintahkannya untuk bekerja di sektor yang dianggap lebih ‘feminin’. Perumpamaan lainnya, seorang perempuan yang dapat menghasilkan cukup banyak uang di bidang STEM bisa mengurungkan niatnya untuk melanjutkan karir karena cemoohan masyarakat akan pekerjaannya.
Salah satu penyebab bias ini bisa jadi adalah jumlah pekerja perempuan di bidang STEM yang belum sebanding dengan pekerja laki-laki. Mengacu pada data Kementerian Perindustrian tahun 2018, perempuan hanya terdiri dari 12% dari semua lulusan jurusan terkait STEM di Indonesia. Jumlah ini lebih rendah dari negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
ADVERTISEMENT
Dampaknya, partisipasi perempuan dalam sektor pekerjaan terkait STEM yang menjadi terbatas. Perusahaan tentunya lebih memilih calon pekerja kompeten yang memiliki ijazah dan/atau sertifikasi kompetensi yang sesuai, terlepas dari gender pelamar. Sebagai hasilnya, pada tahun yang sama perempuan hanya mewakili 22 persen dari angkatan kerja di perusahaan teknologi.
Padahal, peran perempuan dalam angkatan kerja di Indonesia secara keseluruhan cukup tinggi. Menurut Direktur Prospera David Nellor, perempuan menyumbang 54% dari angkatan kerja Indonesia sehingga memiliki potensi pertumbuhan yang luar biasa. Prospera sendiri merupakan program kemitraan antara Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia, dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia.
Prospera telah melaksanakan asesmen berbasis gender terhadap unit pendidikan vokasi di Kementerian Perindustrian dengan melakukan analisis awal terhadap data dosen, guru, dan siswa, serta program studi. Terdapat 9 SMK-SMTI/SMAK, 10 Politeknik, dan 2 Akademi Komunitas di Kementerian tersebut.
ADVERTISEMENT
Kajian awal tersebut menunjukkan bahwa siswi perempuan mayoritas berada pada jurusan yang terkait soft STEM, dan sedikit yang masuk dalam hard STEM.
Dengan jumlah persentase pekerja perempuan yang tinggi namun persentase yang rendah di perusahaan teknologi, dapat disimpulkan bahwa penyebaran tenaga kerja perempuan Indonesia belum merata di berbagai sektor. Bahkan di unit pendidikan vokasi sendiri, perempuan lebih banyak berada di jurusan yang terkait soft STEM.
Langkah yang sudah dan akan dipijak
Mahasiswi Politeknik ATI Makassar, salah satu unit pendidikan di bawah naungan BPSDMI Kementerian Perindustrian. Foto: Dok. Politeknik ATI Makassar
Diperlukan peran dari berbagai elemen masyarakat, pemerintah, hingga stakeholder agar bias perempuan di bidang STEM dan TVET dapat dipatahkan. Baik laki-laki maupun perempuan, sama-sama memiliki peran.
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kementerian Perindustrian telah menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk menghadirkan berbagai program hingga diskusi terbuka yang mendukung kesetaraan gender dalam SDM industri.
ADVERTISEMENT
Salah satu acara yang telah diselenggarakan adalah Webinar Hari Perempuan Internasional 2022 bertajuk ‘Mematahkan Bias’ dalam TVET dan STEM (International Women’s Day Webinar 2022: ‘Break the Bias’ in TVET and STEM).
“BPSDMI menjalin kerja sama dengan mitra baik di dalam dan di luar negeri untuk dapat meningkatkan partisipasi Perempuan dalam bidang STEM,” papar Kepala BPSDMI Arus Gunawan yang resmi membuka webinar tersebut pada Jumat (11/3) lalu.
Webinar diadakan sebagai wadah diskusi bagi kementerian, lembaga, organisasi, industri, serta unit pendidikan untuk membangun strategi-strategi peningkatan peran perempuan di dunia vokasi dan industri. Fokus diskusi yang dibahas pada kegiatan ini antara lain perempuan di SMK dan Politeknik, perempuan di dunia kerja, serta peran mitra industri.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, BPSDMI Kementerian Perindustrian juga telah bekerjasama dengan GIZ Jerman menyelenggarakan Woman Innovation Camp didukung oleh Axioo dan Makeblock pada April hingga Juni 2021. Acara berfokus di bidang Internet of Things (IoT).
Woman Innovation Camp tersebut diikuti oleh para siswi dan tenaga pengajar di unit pendidikan Kementerian Perindustrian. Peserta dibina untuk dapat mengembangkan masing-masing konsep dan menciptakan prototype inovasi IoT yang bisa bermanfaat bagi masyarakat.
Ke depannya, Kementerian Perindustrian akan terus mengadakan kegiatan serupa agar perempuan semakin mendapatkan tempat di bidang STEM dan TVET di Indonesia.
Sementara itu, menurut Direktur Ketenagakerjaan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Mahatmi Parwitasari Saronto, kebijakan pengurangan ketimpangan dan peningkatan partisipasi perempuan dalam STEM di antaranya adalah dengan mengedukasi rumah tangga/keluarga dan masyarakat; memperbaiki mekanisme pembelajaran STEM dengan penyediaan pendidik, materi, dan proses; meningkatkan layanan bimbingan karir, beasiswa afirmasi, dan mentoring responsive gender; mengurangi gender gap; mempermudah perempuan mengakses pasar kerja; serta mendukung kebijakan transformasi ekonomi yang menyediakan lebih banyak lapangan kerja bidang STEM.
ADVERTISEMENT
Meskipun sudah banyak langkah yang telah ditempuh, perjalanan perempuan Indonesia dalam kesetaraan gender di bidang STEM dan TVET masih panjang. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan harapan untuk menciptakan tempat di mana perempuan merasa percaya diri dan setara ketika mengambil jurusan atau pekerjaan yang selama ini dianggap terlalu jantan.
Penulis: M. Amirudin Aziz
Sumber data: Press Release Pusat PPVI BPSDMI Kementerian Perindustrian