Tertarik dengan Perjudian Online? Simak Fakta Biopsikologis Ini

Bram Adhi Baskoro
Mahasiswa Ilmu Psikologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
3 Desember 2021 13:25 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bram Adhi Baskoro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perjudian online. Gambar oleh bestonlinecasinos dari Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perjudian online. Gambar oleh bestonlinecasinos dari Pixabay
ADVERTISEMENT
Pernahkah kamu melihat iklan perjudian online yang muncul di laman internet? Ilustrasi yang menarik dan iming-iming hadiah yang besar manakala memenangkan permainan memang seringkali menarik hati kita untuk terjun langsung dalam perjudian. Tahukah kamu? Studi ilmiah, ternyata memandang fenomena ini sebagai sebuah perilaku yang mampu memicu kecanduan, loh! Yuk, simak fakta biopsikologis ini.
ADVERTISEMENT
Fenomena sosial berupa gambling atau biasa disebut dengan berjudi, merupakan kondisi yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan bermasyarakat saat ini. Maraknya perkembangan situs judi online melalui platform internet, menjadi hal yang lumrah terjadi dewasa ini. Beragam jenis permainan pun tersedia dalam perjudian online antara lain slot, poker, bingo, casino, pacuan kuda hingga pertandingan olahraga. Berbagai permainan ini nyatanya berhasil menarik banyak pengguna dari berbagai kalangan, mulai dari usia remaja, usia kerja bahkan paruh baya. Faktor pendorong seseorang dalam melakukan perjudian pun bermacam loh, mulai dari faktor ekonomi, pelepas penat hingga adanya perilaku berulang yang membentuk suatu pola kebiasaan maupun adiksi (kecanduan).
Perjudian sendiri, dapat diartikan sebagai suatu perilaku mempertaruhkan sebuah nilai dengan suatu nilai lain yang diekspektasikan lebih besar, disertai dengan keadaan yang tidak pasti. Perjudian juga pada umumnya memiliki beberapa faktor dalam pelaksanaanya, antara lain; pertimbangan jumlah, ekspektasi hadiah serta risiko (Rose dkk, 1998). Perjudian sendiri, merupakan fenomena sosial yang telah diakui oleh International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems (ICD) sebagai suatu adiksi perilaku kebiasaan bersama dengan game addiction. Dengan perkembangan revolusi industri 4.0, dinamika perjudian pun kini mulai merambah dunia internet.
ADVERTISEMENT
Lalu, apa saja sih yang menjadi pendorong seseorang dalam melakukan perjudian? Berikut, faktor pendorong penggunaan situs perjudian berbasis online sebagaimana dijelaskan oleh Griffiths (2003);
a. Keterjangkauan
Penggunaan situs perjudian online relatif lebih murah ketimbang perjudian konvensional seperti halnya kasino maupun bar.
b. Anonimitas
Kebebasan pengguna untuk membuat akun, dengan nama samaran atau bahkan anonim, mampu menghindarkan pengguna dari stigma buruk di masyarakat.
c. Aksesibilitas
Pengguna laman perjudian online dimudahkan mengaksesnya di mana saja. Baik di rumah, sekolah ataupun tempat bekerja bahkan menggunakan handphone sekalipun.
d. Kenyamanan
Kemudahan akses dan biaya yang relatif terjangkau, mampu membuat pengguna lebih mobile dan nyaman dalam melaksanakan perjudian.
e. Pelarian
Kemunculan perasaan terpacu dan penuh adrenalin yang dirasakan dalam perjudian online, dapat memodifikasi suasana hati dengan cepat.
ADVERTISEMENT
f. Tidak Terhambat
Aksesibilitas yang lebih tinggi, cenderung memudahkan pengguna melakukan perjudian dengan waktu yang lebih lama.
g. Penerimaan Sosial
Adanya anonimitas pada perjudian online, dapat menghindarkan pengguna dari penolakan sosial seperti halnya lumrah terjadi pada pelaku perjudian konvensional.
Apa itu kecanduan? Mengapa sih bisa terjadi? Yuk, simak!
Kecanduan atau adiksi, adalah suatu gangguan kompleks pada aspek biopsikososial yang ditandai dengan dorongan kompulsif atas stimulus zat atau perilaku secara berulang meskipun diikuti dengan konsekuensi negatif. Selanjutnya, Keogh dan Morrissey (2008) memaparkan bahwa adiksi muncul sebagai hasil dari pencarian atas kenikmatan serta rasa puas yang memerlukan rentang waktu tertentu untuk individu tersebut untuk merasa nyaman. Secara khusus, Griffiths (2005) juga menjelaskan komponen atau siklus dari fenomena adiksi itu sendiri antara lain; nilai penting, euforia, toleransi, penarikan, konflik dan kambuh.
ADVERTISEMENT
Selain itu, hal yang biasa ditemui dari fenomena adiksi adalah adanya gangguan kontrol diri atas suatu zat atau perilaku tertentu. Meskipun gitu, adiksi dimungkinkan terjadi tanpa adanya aspek ketergantungan dan begitu pula sebaliknya, lho! Fenomena lain yang juga kerap ditemui dalam adiksi adalah munculnya kepuasan berjangka pendek pasca stimulan hadir, dan diakhiri dengan efek samping merusak yang tertunda.
Mengapa sih perjudian bisa bikin kecanduan? Ini nih penjelasan ilmiahnya!
Dalam studi neurosains, ternyata adiksi dalam perjudian online ini berkaitan dengan sistem penghargaan pada otak manusia, lho. Sistem penghargaan dimaknai sebagai serangkaian struktur saraf yang berfungsi menginterpretasikan stimulus positif emosional, serta keinginan yang juga berkaitan dengan kesenangan serta euforia. Jika dikaitkan dengan teori operant conditioning yang diungkapkan oleh B. F. Skinner, stimulus positif ini dapat memberikan manfaat penguatan positif (Schultz, 2015). Lebih khusus pada adiksi perjudian online, dipaparkan bahwasanya terjadi gangguan pada sistem penghargaan otak manusia. Hal ini ditunjukkan dengan adanya ketergantungan terhadap suatu stimulus dengan frekuensi tinggi yang kronis. Sistem penghargaan yang juga mengaktifkan dopamine pada manusia, hal ini selanjutnya menyebabkan perilaku kompulsif dan adiktif terhadap suatu stimulan (Olsen. 2011).
ADVERTISEMENT
Terjadinya ketidaksesuaian fungsi dopamine pada otak manusia yang memiliki ketergantungan terhadap perilaku perjudian, juga ditunjukkan dalam studi Breiter dkk. (2001) yang menyatakan bahwa kecanduan atas perjudian dapat merangsang amigdala dan mesolimbik otak manusia. Faktanya, hal ini juga terjadi pada sejumlah perilaku adiktif lainnya seperti orgasme, berbelanja, dan makanan yang menggugah selera. Perjudian online yang memunculkan kenikmatan serta kepuasan melalui dopamine, jelas mampu memunculkan perilaku adiksi pada pelakunya. Sehingga tak jarang terjadi kambuh pada pelaku yang bahkan sudah menarik diri dari permainan setelah serangkaian konflik emosional terjadi pada dirinya. Perasaan puas, terpacu dan ingin tahu yang hilang pada pelaku setelah tak lagi melakukan perjudian, tidak mampu digantikan dengan stimulus lain yang mampu memberikan efek serupa.
ADVERTISEMENT
Sekarang kamu sudah paham kan, apa itu adiksi dalam perjudian online? Jadi, kalau kamu tertarik dengan perjudian online, coba kamu pikirin lagi deh, konsekuensinya!
Sumber:
Breiter, H. C., Aharon, I., Kahneman, D., Dale, A., Shizgal, P. (2001). Functional imaging of neural responses to expectancy and experience of monetary gains and losses. Neuron. 30(2). 619-39. doi: 10.1016/s0896-6273(01)00303-8.
Griffiths, M. D. (2003). Internet gambling: Issues, concerns and recommendations. CyberPsychology & Behavior (6) h. 557–568.
Griffiths, M. D. (2005). A "components" model of addiction within a biopsychosocial framework. Joumal of Substance Use (10) h. 191-197.
Jean Morrissey; Jenm; Brian Keogh (2008). Psychiatric Mental Health Nursing. Dekker. h. 289. ISBN 9780717144594.
Olsen, C. M. (2011). "Natural rewards, neuroplasticity, and non-drug addictions". Neuropharmacology. 61 (7): h. 1109–22. doi:10.1016/j.neuropharm.
ADVERTISEMENT
Rose, I. Nelson, Loeb, Robert A. (1998). Blackjack and the Law (1st ed.). Oakland, CA: RGE Pub. h. 109. ISBN 978-0-910575-08-9.
Schultz, W. (2015). "Neuronal Reward and Decision Signals: From Theories to Data". Physiological Reviews. 95 (3): h. 853–951. doi:10.1152/physrev.00023.2014.