Konten dari Pengguna

Guyub Warga ala 'Buy Nothing Project' di Perth

Bramantya Widodo
Sesdilu 67 Kemlu, pernah bertugas di KJRI Perth - Penggemar board game - Kolektor G.I. Joe - Fans FC Bayern Munchen
26 Agustus 2020 17:45 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bramantya Widodo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sering kita menyangka kalau tinggal di luar negeri, terutama di negara berbudaya "barat", masyarakatnya terkadang individualis. Namun ternyata, selama tinggal di Perth, Australia Barat, saya merasakan hal yang berbeda: guyub bertetangga dengan adanya "Buy Nothing Project".
ADVERTISEMENT
"Buy Nothing Project" (secara harfiah berarti: tidak membeli) mengedepankan prinsip saling memberi, tanpa transaksi uang. Kok bisa tanpa transaksi uang? Ternyata tujuannya bukan mencari keuntungan, namun berbagi "kelebihan" yang kita miliki dengan tetangga dan hanya menerima apa yang benar-benar kita perlukan.
Suburb Kensington, di wilayah South Perth, Australia Barat. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Suburb Kensington, di wilayah South Perth, Australia Barat. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gerakan sosial "Buy Nothing Project" diinisiasi pertama kali pada tahun 2013, di Bainbridge Island, negara bagian Washington, Amerika Serikat. Kini, gerakan tersebut ada di 25 negara berbeda, dengan sekitar 1,2 juta partisipan. Di Australia Barat sendiri, "Buy Nothing Project" mulai muncul pada tahun 2016.
Secara sederhana, pengorganisasian masing-masing "Buy Nothing Project" dilakukan melalui grup Facebook yang beranggotakan warga di dalam satu wilayah tertentu. Biasanya lingkupnya tidak terlalu besar, kurang lebih sekitar beberapa RW. Di wilayah Perth, tercatat sudah ada grup "Buy Nothing" di lebih dari 170 suburb (semacam kelurahan).
ADVERTISEMENT
Selama tahun 2017-2019, Saya dan keluarga tinggal di suburb Kensington, wilayah South Perth, sekitar 10 menit dari pusat kota Perth. Bergabungnya kami di "Buy Nothing Kensington", berawal dari penelusuran grup lokal di Facebook untuk kegiatan bagi anak-anak.
Ada beberapa hal menarik dari pengalaman kami berkontribusi di grup "Buy Nothing Kensington":
Sistem "Buy Nothing" sangat mudah. Setiap anggota grup boleh menawarkan barang apa saja (baik baru atau bekas; asal legal dan jujur mengenai kondisinya) dan anggota lainnya bisa mengajukan diri untuk mendapatkan barang tersebut. Atau sebaliknya, jika memerlukan sesuatu, dapat mengajukan permohonan. Intinya saling membantu orang di lingkungan terdekat kita.
Menawarkan barang di grup "Buy Nothing Kensington". (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Yang ditawarkan juga tidak terbatas barang pakai saja, bisa juga makanan (buatan sendiri ataupun produk dari supermarket), hasil tanaman (banyak yang menawarkan buah dari pekarangan masing-masing), sampai jasa (seperti membersihkan halaman, membetulkan listrik, dsb.).
ADVERTISEMENT
Serunya, dalam menentukan penerima barang, dilakukan dengan beragam pendekatan. Bisa tergantung kebutuhan, cara permohonan, maupun secara acak sama sekali. Prinsipnya membangun kedekatan komunikasi di antara warga. Juga tidak ada transaksi uang, alias benar-benar gratis.
Jadi, seringkali kita bisa mendapatkan barang yang kita perlukan tanpa harus membeli sendiri. Di sisi lain, kita juga bisa membantu kalau ada warga yang kebetulan membutuhkan barang yang kita tawarkan.
Grup "Buy Nothing" mendorong warga untuk saling kunjung dan bertemu ketika mengambil dan menerima barang atau jasa yang ditawarkan. Kita jadi lebih kenal wilayah tempat kita tinggal dan berinteraksi dengan banyak tetangga dari berbagai latar belakang yang beragam. Ini membangun rasa percaya antar warga, juga rasa aman bagi anak-anak.
ADVERTISEMENT
Semangat saling memudahkan dan percaya juga terasa disaat-saat tertentu. Misalnya, ketika tidak bisa menentukan waktu yang tepat untuk bertemu, seringkali barang ditinggalkan begitu saja di depan pintu atau di depan garasi rumah untuk diambil sendiri secara aman oleh penerima.
Nobar warga di lapangan Kensington Primary School (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Grup "Buy Nothing" juga sesekali mengajak anggota (dan keluarganya), serta warga lainnya untuk acara kumpul-kumpul, seperti mengadakan barbeque. Suasana guyub juga dirasakan jika saling bertemu di kegiatan sekolah setempat atau acara lainnya.
Salah satu tujuan lain dari "Buy Nothing" adalah zero waste dan mendukung pengelolaan 3R (reduce, reuse, recylce). Harapannya barang-barang yang berlebih atau sudah tidak ingin dipakai, tidak dibuang begitu saja. Namun "diperpanjang usianya", dengan digunakan oleh orang lain.
ADVERTISEMENT
Sistem ini juga mengajak warga untuk berpikir mengenai dampak buruk dari konsumsi berlebihan dan pembuangan limbah barang bagi lingkungan. Dengan begitu, beban pengelolaan sampah dan limpahan, baik ke lahan atau lautan, dapat lebih terkendali.
Memperpanjang usia pakai barang. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Makin guyubnya dengan tetangga memudahkan kami juga untuk promosi Indonesia. Sekadar berbagi cerita-cerita kecil mengenai Indonesia dan tujuan wisata bisa sangat menarik perhatian. Apalagi warga Australia suka sekali traveling. Terkadang dalam beberapa kesempatan kami juga suka membawa cinderamata kecil untuk diberikan.
Yang paling sering adalah membawa camilan khas Indonesia sebagai rasa terima kasih, atau bonus saat memberikan barang. Seperti kue lebaran, pukis, onde-onde, lapis legit, atau panganan teman minum teh dan kopi lainnya.
ADVERTISEMENT
Kami sendiri tidak pandai membuat kue-kue itu. Biasanya kami beli dulu dari restoran Indonesia di Perth. Sekalian deh, promosi restoran Indonesia di Perth ke tetangga-tetangga.
Nah, jika anda tinggal di luar negeri silakan dicari apakah ada grup "Buy Nothing Project" di wilayah anda. Atau jika di Indonesia, bisa juga memulai gerakan ini di komplek anda. Siapa tahu bisa berkontribusi saling membantu, membuat makin guyub dengan tetangga, sembari menjaga lingkungan hidup.