Kata Siapa Batu Akik sudah Sepi Peminat?

Brian Hikari Janna
Udah punya pacar walaupun tampangnya biasa aja.
Konten dari Pengguna
8 November 2017 12:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Brian Hikari Janna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bagi sebagian orang, tren batu akik mungkin sudah mati. Namun tidak bagi mereka para penggemar sejati.
ADVERTISEMENT
Di sepanjang Jalan Baru, Depok, Jawa Barat, ada deretan toko yang barang dagangannya bermacam-macam. Mulai dari burung hias, peralatan olah raga, warung kopi, dan yang unik, masih ada segelintir pengusaha batu akik yang bertahan.
Muhadi (58) adalah salah satu pengusaha itu. Dia mengaku telah berjualan di tokonya jauh sebelum tren batu akik meledak--lalu mati lagi 2 tahun lalu.
"Kalau saya sih jualan karena memang hobi," kata pria paruh baya yang akrab disapa bang Adi, kepada kumparan (kumparan.com), Rabu (8/11). Muhadi menjelaskan, euforia masyarakat 2 tahun lalu menyebabkan banyak orang yang ikut-ikutan main batu.
"Akhirnya setelah enggak musim, udah enggak main lagi," ujar Muhadi sambil tertawa, menunjukan giginya yang hitam dan ompong. Dia pun berujar, sebelum euforia waktu itu pun, koleksi batu akik sudah merupakan hobi bagi sebagian kalangan.
ADVERTISEMENT
"Cuma memang, kalau dibandingkan dengan 2 tahun lalu, penjualannya ya menurun jauh," ucap pria yang berperawakan seperti jawara Betawi itu. Bahkan menurut Muhadi, penurunan omzetnya mencapai 50 sampai 70 persen.
Muhadi menceritakan, dulu ketika ramai pembeli, dia bisa buka toko hingga pukul 12 malam dan masih ramai. "Kalau sekarang mah paling pukul 8 sudah tutup, yah tunggu orang yang pulang kerja saja mampir ke sini menenangkan pikiran," imbuhnya.
Soal pemasukan, pria yang sudah mengempu 2 cucu ini mengatakan setiap hari ada saja barang dagangannya yang laku. "Satu atau dua mah terjual lah, walaupun harganya tidak seperti dulu," ujarnya.
"Kayak ini yang saya pakai, sekarang harganya 300 ribu, tapi dulu bisa sampai 1 juta," kata Muhadi sembari menunjukan 10 jari tangannya yang masing-masing berhiaskan cincin dengan jenis yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Dia juga bercerita tentang cara berjualannya yang sedikit beda. Dia mengaku, badannya yang dipenuhi batu akik itu adalah toko berjalan.
"Seperti ketika saya ke Lampung, setelan saya ya begini," kata pria itu sambil menunjukan badannya yang seperti pajangan batu akik itu. Gelang, kalung, cincin, semua ada dan jumlahnya lebih dari satu. Badannya bak etalase yang menjajakan dagangannya.
"Dengan saya begini, ada saja orang yang berpapasan di jalan yang tertarik untuk beli," imbuhnya. Muhadi bahkan mengatakan, hasilnya jualannya ketika itu mencapai 2 juta rupiah, yang kemudia dia pakai untuk ongkos pulang ke Depok.
Meski sekarang terbilang sepi, Muhadi sama sekali tidak berniat untuk menutup usahanya. Kata dia, itu karena hobi koleksi batu sesungguhnya tidak mati, hanya yang ikut-ikutan dulu sudah tidak main lagi sehingga terkesan sepi.
ADVERTISEMENT
Euforia koleksi dan jual beli batu mulia sempat melanda masyarakat 2 tahun silam. Namun entah mengapa, pada akhir 2015, tren ini mendadak tenggelam.