Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Solusi Sederhana Kekeringan: Tampung Air Hujan
15 November 2017 11:01 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Brian Hikari Janna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di Senjoyo dan Patemon, Jawa Tengah, banyak pabrik yang membuat sumur bor sehingga warga setempat sempat kesulitan air tanah. Namun sekarang, 1 sumur dapat menunjang kehidupan 20 keluarga. Bagaimana bisa? i Senjoyo dan Patemon, Jawa Tengah, banyak pabrik yang membuat sumur bor sehingga warga setempat sempat kesulitan air tanah. Namun sekarang, 1 sumur dapat menunjang kehidupan 20 keluarga. Bagaimana bisa?
ADVERTISEMENT
"Beberapa tahun lalu, saya sempat mengalami krisis air sampai harus beli 1 tanki air per 2 hari yang harganya 90 ribu," terang Joko, ketua Masyarakat Sumur Resapan Semarang. Dia berkata, bahwa krisis itu cukup membuat masyarakat setempat menderita.
Joko bercerita, di tengah krisis itu, warga desanya memutuskan untuk mencoba membuat sumur resapan. Bahkan sampai ada pembuatan peraturan desa yang mengharuskan, tiap pembangunan rumah, harus buat 1 sumur resapan.
"Akhirnya sampai saat ini, sudah ada 310 sumur resapan yang tiap tahun bertambah 5," kata Joko sambil tersenyum. Lelaki yang menjadi penggerak utama sumur resapan itu berujar, daerahnya sudah tidak kekeringan lagi.
"Tadinya, 1 sumur hanya cukup untuk satu keluarga. Itu pun pas-pasan. Namun sekarang, 1 sumur dapat menghidupi 20 keluarga," imbuh Joko.
ADVERTISEMENT
Lain daerah, lain solusi. Daerah tetangga, tepatnya di Senjoyo yang merupakan daerah perbukitan, punya caranya sendiri.
"Air tanah sempat hilang sebanyak 30 persen," ucap Pratomo, Direktur Eksekutif Obor Tani. Akan tetapi, Pratomo mengklaim air itu sudah kembali sejak embung-embung dibangun di desa.
Apa itu embung? Istilah ini mungkin asing bagi sebagian kalangan. Embung sendiri kurang lebih serupa dengan waduk, tapi punya sedikit perbedaan.
"Prinsipnya adalah menaruh baskom raksasa di atas bukit," terang Pratomo. Dia juga berkata, ukurannya bisa seluas lapangan sepak bola.
Pratomo pun menjelaskan, Embung dapat menampung 10 ribu meter kubik air di bukit. Air ini kemudian dialirkan ke bawah dan badan bukit yang dipenuhi tanaman.
ADVERTISEMENT
"Jadi tak hanya menampung air, embung juga dapat menjadi basis produksi warga sekaligus daerah konservasi," jelas Pratomo. Dia menerangkan, embung yang sudah ada menjadi jantung desa.
Hasil penelitian dari UGM bahkan menunjukan kalau embung dapat menurunkan suhu rata-rata daerah sekitanya sebesar 2-4 persen. "Jadi pohon pisang berbuah lebih banyak," kata Pratomo.
Semua kegiatan di atas, pembuatan embung dan sumur resapan di Jawa Tengah mendapat perhatian khusus dari Coca Cola. Hal ini sejalan dengan prinsip CSR nya yang ingin menanggulangi krisis air.
"Namun bagi kami ini bukan sekadar CSR, ini juga tindakan kami demi keberlangsungan bisnis," kata Andrew Hallatu, public affairs and community manager, Coca Cola Indonesia. Andrew juga berkata, CSR ini juga dilakukan karena memang bahan baku produksi Coca Cola adalah air.
ADVERTISEMENT
"Kami punya prinsip, setiap tetes yang kami gunakan, kami kembalikan," ujar Andrew. Dia mengatakan, sampai saat ini, Coca Cola Indonesia, sudah mengembalikan 167% air yang digunakan.
Di akhir wawancara, Andrew mengajak masyarakat untuk bersama-sama melek terhadap isu air bersih. "Karena ini tanggung jawab kita bersama, bukan hanya pemerintah saja," katanya.