Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Setahun di kumparan: Pekerjaan Berkualitas di Media Berkualitas
17 Januari 2019 19:08 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Brian Hikari Janna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto: Saat meeting liputan khusus lintas divisi.
Di kumparan, aku tak hanya menemukan pekerjaan yang tepat, tapi juga jati diri.
ADVERTISEMENT
-------------------------
Setahun lebih berlalu setelah aku berhasil masuk kumparan lewat program 1001 Wartawan yang pesertanya bejibun itu. Bayangkan, dari 25 ribuan peserta, hanya 100 yang diterima, dan aku salah satunya.
Sejak hari pertama bekerja menjadi jurnalis kumparan, aku tahu bahwa kumparan adalah media yang spesial. Selain karena proses seleksi yang super ketat itu, hal lain yang membuatku yakin adalah bagaimana kumparan mengolah informasi.
Kami berdiri indenpenden. Tak ada kekangan relasi dengan pihak A atau B. Faktor inilah yang pertama kali membuatku nyaman bekerja di kumparan. Apalagi pada era jurnalisme partisan seperti sekarang, kumparan bagai oase di tengah kekeringan kredibilitas media.
Kami pun tak hanya ingin menyajikan berita yang menarik. kumparan juga peduli tentang bagaimana satu informasi dikonsumsi oleh audiens. Mulai dari proses distribusi hingga berita sampai ke layar para pembaca.
ADVERTISEMENT
Nah, di bidang itulah aku berkiprah selama setahun ini. Sebagai staf di divisi media sosial, aku bertugas untuk mengkurasi ratusan berita yang ada di kumparan tiap hari, dan mengolahnya lagi menjadi produk visual yang menarik dan mudah dimengerti pembaca.
Awalnya, tak ada sepintas pun aku berpikir bakal berkarier menjadi staf media sosial. Saat aku masuk kumparan dulu, niatku, ya menjadi jurnalis. Tapi, di awal perjalananku bersama kumparan, aku sadar bahwa aku punya kelemahan besar jika aku ditempatkan di lapangan.
Sedih, ya, mulanya pasti. Menjadi jurnalis adalah impian yang sudah kupendam sejak lama. Tapi ternyata, ketika mulai berkarier, aku malah sadar, bahwa menjadi reporter bukan keahlianku.
Sempat terpikir untuk mundur, tapi kuputuskan untuk jalani dulu. Tak lama setelah aku sadar, aku dipindahkan ke divisi media sosial. Keputusan itu tak pernah kusesali hingga sekarang.
ADVERTISEMENT
Di divisi media sosial kumparan, aku belajar banyak. Membuat naskah yang baik, mengkurasi berita yang menarik, hingga menyajikan konten ciamik.
Divisi inilah yang membedakan kumparan dengan media lainnya di Indonesia. Kami tak sekadar menyuguhkan berita ke audiens. Kami mengemasnya, sehingga menarik di tangan pembaca.
Rupanya, setelah setahun bekerja, aku jatuh cinta. Mengolah konten visual untuk media sosial begitu memikat bagiku. Bidang ini menantang sekaligus memberiku kepuasan batin dalam bekerja. Inilah passion-ku, inilah jati diriku.
Kepuasan yang kurasakan saat bekerja dilengkapi dengan kredibilitas kumparan sebagai media massa. Kalau saja kumparan dijalankan seperti sejumlah kompetitor yang menghamba pada klik dan rating, mungkin sudah lama aku keluar dari sini.
ADVERTISEMENT
Ah, lengkap sudah. Di kumparan, aku tak hanya menemukan pekerjaan yang tepat, tapi juga jati diri, yang telah lama kucari.