Konten dari Pengguna

Senja Kala Rock Hilangnya Gemuruh Gitar Di era Digital

Brian Rudolf
Mahasiswa hubungan internasional Universitas Kristen Indonesia
23 Oktober 2024 9:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Brian Rudolf tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Istock.com
zoom-in-whitePerbesar
Istock.com
ADVERTISEMENT
Di tengah hiruk pikuk industri musik digital yang didominasi genre pop, hip-hop, dan elektronik, musik rock yang dahulu berjaya kini seakan kehilangan tahtanya. Genre musik yang pernah menjadi simbol pemberontakan dan kebebasan berekspresi ini perlahan memudar dari pusaran arus utama industri musik global.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Billboard Charts 2024, hanya 3% dari 100 lagu teratas yang masuk kategori rock, angka yang drastis menurun dibandingkan era 1980-an dan 1990-an yang mencapai 60%. Tommy Anderson, kritikus musik dari Rolling Stone Magazine mengungkapkan, 
Beberapa faktor utama menjadi penyebab tenggelamnya musik rock. Pertama, perubahan teknologi dan cara konsumsi musik. Platform streaming seperti Spotify dan Apple Music lebih menguntungkan genre-genre yang berorientasi pada single daripada album penuh, format yang menjadi trademark musik rock. "Anak muda sekarang lebih suka lagu-lagu pendek yang bisa dikonsumsi cepat melalui TikTok atau Instagram Reels," ujar Dr. Sarah Mitchell, sosiolog musik dari Universitas California.
Kedua, pergeseran demografis pendengar musik. Generasi Z dan Alpha tumbuh dengan exposure yang berbeda terhadap musik. Media sosial dan algoritma platform streaming cenderung mendorong genre-genre yang lebih "shareble" dan "vibey". Dave Grohl, vokalis Foo Fighters, dalam wawancara terbarunya menyatakan,
ADVERTISEMENT
Industri rekaman juga mengambil peran dalam pergeseran ini. Label-label besar lebih memilih berinvestasi pada artis pop dan hip-hop yang dianggap lebih menguntungkan dan mudah dipasarkan.Meski demikian, beberapa komunitas rock underground tetap bertahan. Di kota-kota besar, scene rock indie masih hidup meski tak segemerlap era jayanya
istock.com
Para veteran rock sendiri memiliki pandangan beragam. Mick Jagger dari Rolling Stones menyebut ini sebagai siklus natural musik, sementara Gene Simmons dari KISS lebih pesimis dengan mengatakan "Rock is dead, and fans killed it."
Namun tidak semua pihak melihat ini sebagai akhir dari musik rock. Professor James Kennedy, musikolog dari Oxford University, menyatakan, 
ADVERTISEMENT
Terlepas dari perdebatan tersebut, satu hal yang pasti landscape musik terus berubah, dan rock, seperti genre musik lainnya, harus beradaptasi atau bersiap menjadi catatan kaki dalam sejarah musik popular.