Rumah Teteh

BriiStory
Jangan baca sendirian..
Konten dari Pengguna
30 Mei 2020 13:15 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BriiStory tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Karena Hantu, Rumah Tak Laku. Foto: Dok. kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Karena Hantu, Rumah Tak Laku. Foto: Dok. kumparan
ADVERTISEMENT
Teteh terus saja memandang jauh ke depan dengan tatapan kosong, serpihan cahaya langit memaparkan guratan garis wajah yang terlihat semakin jelas.
ADVERTISEMENT
Sedih, Teteh kelihatan sedih..
Sementara gw hanya diam terpaku menatapnya, dari tempat gw terduduk lemas.
Semakin terpaku, aura kesedihan teramat dalam tiba-tiba terasa sampai ke lubuk hati, ketika melihat Teteh matanya mulai berkaca-kaca..
Gak lama kemudian, buliran air mata yang berkilatan memantulkan cahaya langit, jatuh menetes ke pipinya..
Teteh menangis..
Tanpa suara..
Diamnya seperti coba bercerita..
Tanpa berpandangan, tatapan matanya menghadirkan keluh kesah..
Gw ikut sedih..
"Ada apa Teh..? Teteh kenapa?"
Nyali tiba-tiba menyeruak ke permukaan, tanpa sadar gw mengeluarkan kalimat tanya.
Beberapa puluh detik kemudian, Teteh mulai bergerak memalingkan tubuhnya ke kanan. Perlahan tapi pasti, dia jadi berdiri menghadap ke tempat gw duduk.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, kami berhadapan.
Wajah cantiknya seperti menghipnotis, tatapannya meluluhlantakkan ketakutan yang dari awal gw rasakan. Wangi bunga terus menyertai momen ini..
"Teteh kenapa?" Sekali lagi gw bertanya.
Teteh masih diam membisu, satu persatu buliran air mata terus jatuh di pipinya.
Diam tapi seperti hendak bicara, seperti ingin menceritakan sesuatu, tapi gak bisa..
Gw merasakan kegundahannya, merasakan kesedihannya,
Kejadian yang sangat di luar nalar, tapi benar terjadi..
Hingga akhirnya, sekali lagi Teteh menyebut nama gw.
"Brii.."
Beberapa detik kami saling bertatapan, lalu perlahan Teteh kembali berjalan masuk ke kamar Sisi..
ADVERTISEMENT
Tubuhnya seperti melayang, terus melayang sampai gw gak bisa melihatnya lagi karna terhalang dinding kamar..
"Trak..trak..trak"
Ayunan pendulum kembali terdengar dari dalam, namun hanya sebentar, lalu menghilang. Bersamaan dengan itu, wangi bunga juga berangsur lenyap dari penciuman.
#RumahTeteh
#Briistory
#Ceritahoror
#CeritaMisteri
#MalamJumat
#1
Bangkit dari duduk, lalu gw berjalan ke arah pintu. Mengintip dengan sangat hati-hati, mencoba melihat keadaan dalam kamar.
Sedikit terkejut, ketika tiba-tiba ada motor melintas di depan rumah, setelah sejak beberapa jam lalu di jalanan gak ada yang lalu-lalang.
Aman, gw langsung masuk kamar ketika yakin kalau Teteh sudah gak ada di dalam.
ADVERTISEMENT
Yang pertama gw tuju adalah tombol lampu, gw butuh cahaya supaya kamar gak gelap gulita.
Terang, kamar akhirnya kembali terang. Gw duduk di atas karpet samping tempat tidur.
Sudah jam dua, ketika melirik jam dinding. Gw memutuskan untuk tetap di kamar Sisi sampai benar-benar sudah berani untuk turun.
Terus memperhatikan jam dinding, berharap jarumnya akan bergerak lebih cepat lagi. Sesekali juga memperhatikan ayunan pendulum, yang masih diam gak bergerak sejak Teteh pergi.
Sampai akhirnya, ingatan hanya sampai di pukul tiga. Setelah itu gw gak ingat apa-apa lagi.
Gw tertidur di kamar Sisi..
***
#2
Taman yang sangat indah, matahari menebar sinar hangatnya, rumput hijau tumbuh rata di seluruh permukaan tanah. Beberapa pohon rindang menambah kesempurnaan pemandangan sore itu.
ADVERTISEMENT
Sore? Iya sore..
Sore itu gw duduk di kursi taman yang bentuknya memanjang, duduk di bagian kursi paling kiri, sambil memandang sekitar, terpesona..
Terpesona akan keindahan taman itu, taman yang belakangan baru sadar kalau gw sama sekali gak mengenalinya. Gak mengenali tapi sangat nyaman berada di sini, seperti pernah berkunjung sebelumnya.
Angin sejuk menerpa wajah dan tubuh, membelai memberikan nyaman. Beberapa kali memejamkan mata untuk menikmati suasananya, udara yang sangat sejuk berpadu dengan kehangatan sinar mentari yang semakin meninabobokan, sama sekali gak memikirkan kalau gw sedang berada di mana dan bagaimana bisa sampai di tempat ini.
Kembali membuka mata. Kalau ini mimpi, gw gak mau terjaga, gak mau pergi dari sini.
ADVERTISEMENT
Hingga akhirnya ada sosok yang menarik perhatian, sosok yang sedang berdiri di sebelah kanan kursi panjang yang sedang aku duduki.
Sosok perempuan berparas cantik, rambut panjang terurai, wajahnya sesekali tertutup gerai rambut hitamnya, yang mengharuskan tangannya sesekali menyeka rambut yang menutup wajah sambil seperti membelai dengan lembut.
Teteh, dia berdiri diam memandang ke depan..
Gak ada rasa takut, gw malah sudah menerka dari awal kalau di tempat ini nantinya akan bertemu dengannya, dengan Teteh.
Beberapa saat lamanya keadaan itu berlangsung, sampai ketika perlahan Teteh berjalan menuju kursi panjang, lalu duduk di sisi sebelah kanan.
Gw yang dari awal gak putus untuk terus manatapnya, akhirnya kembali ke posisi semula, memandang lurus ke depan, menikmati suasana sore di taman yang sangat indah itu.
ADVERTISEMENT
Kalau itu surga, sangat yakin kalau gw benar-benar sedang berada di dalamnya, bersama Teteh.
#3
“Brii..”
Suara panggilan lembut memecah kesunyian.
Gw menoleh ke tempat di mana Teteh duduk, menatapnya tanpa perasaan takut. Tapi dia terus memandang jauh ke depan.
“Iya Teh..”
“Teteh ngapain di sini?”
Teteh gak menjawab, tapi perlahan menolehkan wajah ke arah gw, kami akhirnya saling berpandangan.
Teteh terlihat sangat cantik, wajahnya putih bersih tanpa cela, rambut hitamnya tergerai bergerak pelan tertiup angin sesekali.
Teteh tersenyum, senyum tipis sambil sedikit memiringkan kepalanya, seperti sedang menatap gw dalam-dalam.
Bertatapan, selanjutnya kami berkomunikasi dalam diam, bertutur dalam sepi, tapi saling memahami.
ADVERTISEMENT
Teteh bercerita, gw menanggapi dengan banyak tanya, pertanyaan-pertanyaan yang sudah lama terpendam, pertanyaan yang akhirnya banyak terjawab.
Lama kami “Berbincang” sesekali diselingi dengan tawa tanpa tergelak, keakraban yang sangat di luar nalar.
Saat itulah di mana banyak misteri mulai terungkap, ketika kami bertukar cerita..
Satu momen yang gak akan gw lupakan selama hidup.
***
#4
“Mas Brii, Mas.., bangun mas.”
Suara Sisi membangunkan gw dari tidur.
Ketika benar-benar sudah tersadar, ternyata Sisi dan Memi sudah ada di dalam kamar.
“Jam Berapa ini Si? Maaf, aku ketiduran di sini.”
“Sudah jam sembilan. Gak apa-apa, kami juga baru aja datang kok. Tadi cari-cari Mas Brii gak ada di mana-mana, ternyata tidur di sini..hehe.” jawab Sisi.
ADVERTISEMENT
Ternyata sudah jam sembilan pagi.
Gw tertidur pulas di kamar Sisi, tertidur di atas karpet di sebelah tempat tidur, dengan bantal di kepala dan selimut menutup seluruh badan.
Aneh, karena semalam ketika terakhir kali sadar, gw duduk di atas karpet bersandar pada tempat tidur, gak ada bantal dan gak memakai selimut. Kenapa ketika bangun sudah berbantal dan berselimut rapih?
Teteh?
***
#5
#rumahteteh, pada awalnya, banyak hal misterius datang silih berganti, menuntun kami untuk bertemu dengan Teteh di rumahnya.
Niat untuk tinggal bersama dengan sahabat, yang tadinya bertujuan untuk lebih mempererat tali pertemanan, dan juga supaya dapat lebih mudah melakukan kegiatan bersama, kami malah mendapat "Teman" baru.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya kami benar-benar tinggal di Rumah Teteh, tempat di mana selama dua tahun lebih menghadapi banyak kejanggalan yang sering kali mencekam dan menakutkan. Bagian dari hidup yang gak akan pernah kami lupakan.
Teteh, sosok dengan garis nasib yang menggurat sampai ke nadi, menghadirkan perih di tempat yang terdalam. Perasaannya menjerit menembus dua sisi alam, seperti sedang mencari jawaban dalam kesendirian.
Kami mendengar dan merasakan semuanya, di Rumah Teteh..
***
#6
Setelah kejadian di kamar Sisi, gak bisa dipungkiri kalau gw jadi berbeda memandang keberadaan Teteh, walaupun tentu saja tetap ketakutan apabila harus bertemu, dan situasinya tetap mencekam.
"Percakapan" kami waktu itu sedikit banyak menjawab beberapa pertanyaan yang ada di benak, Semakin terbuka dan jelas, tapi tetap saja masih banyak minteri yang belum terungkap.
ADVERTISEMENT
Dan sepertinya, kalau mau dirunut ke belakang, penampakan dan kehadiran Teteh ternyata banyak "pesan" terselubung yang ingin disampaikan.
Berbagai kejadian seram dan mencekam, waktu dan hari kejadiannya, semua menjadi serangkaian momen hidup yang ada alasannya, ada penjelasan di balik semuanya.
Karena gak hanya gw, semua penghuni rumah juga merasakan hal yang sama. Aneh, gak masuk akal, tapi begitu adanya..
Dari ketika Teteh ikut ibadah bersama Asep, melarang Nando dan Doni untuk berpacaran di rumah sampai lupa waktu, mengingatkan gw dan Irwan untuk menyelesaikan skripsi, dan masih banyak lagi.
Semuanya dilakukan dengan cara aneh yang luar nalar, caranya Teteh..
ADVERTISEMENT
***
#7
Irwan memiliki satu kebiasaan yang cukup berbeda dengan orang kebanyakan. Kalau dia makan, sangat lama durasinya.
Rata-rata mahasiswa, waktu makan paling hanya sepuluh sampai lima belas menit, kalau Irwan beda, dia bisa sampai dua jam lebih, lama kan?
Ada cerita seram mengenai hal ini..
***
#8
Pada suatu malam, kami makan bersama di rumah. Ada gw, Nando, Irwan, dan Doni. Kami duduk berempat di meja makan.
Waktu itu sudah jam sembilan malam, kami baru mulai makan.
Seperti biasa, gelak tawa menyertai percakapan, percakapan seru yang mengalir lancar, bercerita tentang apa pun. Sisi, Memi, dan Asep kebetulan sedang gak berada di rumah.
ADVERTISEMENT
Ketika sudah jam sepuluh, satu persatu mulai meninggalkan meja makan dan menuju kamar masing-masing. Waktu itu gw merasa sudah sangat lelah karena seharian beraktifitas, sepertinya Nando dan Doni juga memiliki alasan yang sama.
Beda dengan Irwan, seperti kebiasaanya, dia belum juga selesai makan, hingga akhirnya kami meninggalkannya sendirian.
"Gw beresin makan dulu, bentar lagi juga kelar, kalian duluan ajalah." Begitu kata Irwan..
Menurut cerita Irwan, setelah kami masuk ke kamar masing-masing meninggalkan dia sendirian di meja makan, suasana menjadi sangat sepi dan hening.
Tapi dia tetap melanjutkan makan sambil terus memainkan ponsel di tangan
Gak ada pikiran aneh, karena situasinya juga gak menunjukkan ada sedikit pun keanehan, biasa aja, normal.
ADVERTISEMENT
Tawa cekikikan Irwan sesekali terdengar mengisi ruangan, ketika dia menemukan hal lucu pada ponselnya. Dari dalam kamar, gw juga sesekali mendengar ini.
Jam sudah hampir di pukul sebelas, ketika Irwan mulai merasa ada yang aneh.
Semilir angin dingin mulai masuk meniup dari sela-sela jendela belakang. Menurut dia, suasananya sangat hening, gak terdengar suara apa-apa.
Sempat berpikir untuk menyelesaikan makan lalu buru-buru masuk kamar, tetapi gak jadi, karena dia pikir lsebentar lagi juga selesai, tanggung.
Setelah sebentar merasakan sedikit keanehan, Irwan lalu melanjutkan makan dan memainkan ponsel.
Sampai akhirnya, ada sesuatu yang benar-benar terjadi..
***
#9
"Kreeett."
ADVERTISEMENT
Terdengar suara, seperti pintu yang bergeser terbuka.
Lantas Irwan mencari sumbernya, pintu mana gerangan yang mengeluarkan suara.
Sedikit terhenyak, ketika Irwan sadar kalau yang terbuka adalah pintu kamar kosong, kamar yang kami anggap sebagai kamar Teteh.
Pintu yang selalu terkunci dan tertutup rapat itu ternyata sudah terbuka setengahnya.
Merinding, Irwan langsung berniat cepat-cepat menyelesaikan makan dan masuk kamar.
Tapi, sebelum dia bergerak, pintu kamar Teteh kembali bergeser terbuka..
"Kreeett.."
Kali ini menjadi terbuka penuh, terbuka lebar..
Irwan gak berani bergerak sedikit pun, dia mulai ketakutan..
Semakin ketakutan ketika tiba-tiba wangi bunga menyeruak memenuhi ruangan, wangi bunga khas Teteh.
ADVERTISEMENT
Sendok dan garpu masih berada di tangan kanan dan kiri, namun tanpa pergerakan. Irwan terus saja memperhatikan kamar Teteh.
Seperti terhipnotis, Irwan diam gak bisa bergerak ketika penglihatannya menangkap ada sosok yang perlahan muncul dari dalam kamar. Sosok yang sudah sangat dia kenal, Teteh..
***
#10
Teteh berjalan bergerak seperti melayang, keluar dari kamar lalu mendekati meja makan, tempat di mana Irwan berada.
Gerakan Teteh sangat pelan, pakaiannya bergerak mengikuti irama langkah yang terus mendekati Irwan.
Sementara Irwan, masih diam ternganga dengan sendok dan garpu di genggaman. Matanya gak bisa beralih dari sosok Teteh yang jelas-jelas sedang berjalan mendekat.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, saat itu gerak waktu menjadi sangat lambat bergerak berputar, menjadi saat terlama yang pernah dia rasakan.
Hingga akhirnya, Teteh sampai di meja makan, berdiri sebentar, lalu duduk di kursi yang berada tepat di hadapan.
Inilah saat di mana Irwan berjarak paling dekat dengan Teteh, sangat dekat.
Anehnya, Irwan terus saja menatap Teteh, gak bisa mengalihkan pandangan.
Wangi bunga terus saja menyengat, mengiringi kehadiran Teteh di meja makan.
Sampai suatu ketika, Irwan merasa kalau Teteh berbicara, gak secara verbal, tapi Irwan dapat menangkap kalimat yang Teteh sampaikan..
"Sudah malam, selesaikan makannya.."
Itu kalimat yang Irwan tangkap, dengan nada datar tanpa emosi.
ADVERTISEMENT
"Iya Teh.."
Lalu Irwan cepat-cepat menyelesaikan makan, dengan Teteh masih tetap duduk di hadapan.
Gak lama kemudian, akhirnya Irwan selesai, lalu membereskan piring dan gelas lalu menaruhnya di dapur yang letaknya di sebelah kanan meja makan. Teteh tetap duduk di kursinya, gak bergerak sama sekali.
Dari dapur, Irwan berjalan pelan ke kamar, berjalan normal. Teteh masih saja duduk di meja makan.
Sesampainya di dalam kamar, Irwan langsung mengunci pintu dan memaksa diri untuk tidur..
Sejak malam itu, Irwan gak pernah lagi berani makan sendirian di meja makan, siang atau malam.
***
Hi, balik lagi ke brii nih,
ADVERTISEMENT
Hmmm bingung? Mohon maaf nih lagi mode jualan tipis tipis boleh ya, kalau kata orang Medan, "Lepas Lepas Makan Saja".
Teteh dan semua rahasianya lengkap terungkap di Buku "Rumah Teteh" yang sudah lama tersedia dan bisa dibeli di toko buku terkemuka dan toko-toko buku online di marketplace. Atau kalau mau bocoran tipis-tipis silakan melipir ke IG @brii_story atau Twitter @briistory, walaupun...ada rencana Insya Allah di sini juga bakal tayang...suatu saat nanti.
Sampai ketemu lagi dan merinding bareng di cerita berikutnya ya.
Salam.
~Brii~