Sedan Hantu Kediri-Batu

BriiStory
Jangan baca sendirian..
Konten dari Pengguna
30 Juni 2020 15:14 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BriiStory tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi hantu Foto: Dok. Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hantu Foto: Dok. Pixabay
ADVERTISEMENT
Berkendara sendirian di tengah malam memang sering menghasilkan cerita, entah itu seru atau seram, menjadikan pengalaman yang mungkin gak akan terlupakan.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dialami salah satu teman satu ini, dia mengalami peristiwa janggal ketika menyusuri jalan Kediri menuju Malang.
Dia yang akan cerita malam ini di sini, di Briistory.
#BriiStory
Lanjut di komentar yhaaa…
***
#1
Aku Robin, umur 32 tahun, bekerja di salah satu perusahaan seluler terkemuka di Indonesia. Sebenarnya kantorku di Jakarta, tetapi tugas yang aku emban mengharuskan aku untuk rutin berkeliling ke kantor cabang yang berada di seluruh Indonesia. Nyaris setiap minggunya aku harus melakukan perjalanan luar kota Jakarta, bahkan luar pulau Jawa.
Menyenangkan, bertemu dengan orang-orang baru, suasana kantor yang berbeda-beda, budaya dan kebiasaan yang beda juga kadang. Jenis pekerjaan yang aku sangat menyukainya. Dalam tugas ke luar kota ini, aku lebih banyak sendirian, walau kadang sesekali ada rekan kantor mendampingi kalau ada ada hal yang harus di selesaikan tetapi bukan bidang yang aku kuasai. Tapi ya itu tadi, aku lebih banyak sendiri.
ADVERTISEMENT
Dalam prosesnya, aku jadi banyak punya pengalaman yang jadi pembelajaran, pengalaman dalam hal pekerjaan atau juga di luar pekerjaan.
Nah, pengalaman yang gak ada hubungannya dengan pekerjaan inilah yang sungguh sangat menarik untuk diceritakan. Ya tentu saja, ada beberapa pengalaman aneh cenderung seram yang aku temui, salah satunya akan aku ceritakan kali ini.
Sudah nyaris lima tahun belakangan aku menjalani tugas ini, berkeliling ke banyak kantor cabang. Biasanya, dalam satu perjalanan dinas,ada beberapa cabang dan kota besar maupun kecil yang aku kunjungi. Contohnya di Jawa Barat, dalam satu perjalanan dinas aku akan berkunjung ke kota Bandung, Tasik, Ciamis, dan lain-lain. Kunjungan itu bisa dilakukan dalam beberapa hari, tergantung kondisinya.
Sama juga dengan perjalanan dinas yang akan aku ceritakan ini, ketika harus berkeliling Jawa Timur untuk mengunjungi kantor-kantor cabang yang ada di sana.
ADVERTISEMENT
Masih lekat dalam ingatan, karena baru beberapa bulan kejadiannya, tepatnya pada bulan November 2019 lalu.
Begini ceritanya..
***
#2
Waktu itu hari selasa, menggunakan pesawat pertama dari Jakarta, jam delapan pagi aku sudah berada di kantor cabang kami di Surabaya, di kota besar inilah kegiatan berkeliling Jawa Timur dimulai.
Rencananya, pagi itu aku gak akan berlama-lama di Surabaya, paling lambat jam 10 aku sudah harus berangkat ke Kediri, menyelesaikan pekerjaan di kantor cabang di sana. Lalu dari Kediri aku akan langsung ke Malang dan bermalam di kota apel itu. Rencananya begitu.
Dalam prosesnya, semua bisa berjalan sesuai rencana. Sekitar jam 10 aku sudah meninggalkan Surabaya, menuju Kediri.
Oh iya, kalau masih di pulau Jawa, aku memilih untuk mengendarai sendiri mobil kantor yang aku gunakan untuk berkeliling, gak memakai jasa sopir, karena aku sudah mengenali sebagian besar wilayahnya. Beda kalau luar Jawa, sebisa mungkin aku akan meminta bantuan sopir kantor.
ADVERTISEMENT
Sama dengan kali ini, sendirian aku berkendara dari Surabaya menuju Kediri, lalu ke Malang sore harinya.
Mungkin sudah banyak yang tahu, kalau perjalanan Surabaya Kediri akan memakan waktu kira-kira tiga jam jalan santai. Singkatnya, sekitar jam satu siang aku sudah sampai di kantor Cabang Kediri.
Gak langsung bekerja, rekan di Kediri mengajakku makan siang di salah satu rumah makan ketika aku baru saja sampai. Ini bukan kunjungan pertamaku ke Kediri, sebelumnya sudah beberapa kali aku ke sini. Tapi, ini nanti akan jadi perjalananku pertama kali dari Kediri ke kota Malang, karena sebelum-sebelumnya selalu sebaliknya, selalu melakukan perjalanan Surabaya-Malang-Kediri-Surabaya. Kali ini beda, kenapa beda? Ya karena aku pingin suasana baru aja.
ADVERTISEMENT
***
#3
Karena sudah beberapa kali berkunjung ke kantor Kediri, aku jadi sudah akrab dengan rekan yang ada di sana, gak terlalu kaku lagi.
“Mas, selesai dari sini nanti mau langsung ke Malang?” Tanya Pak Alwi, kepala kantor cabang Kediri.
“Iya Pak, saya bermalam di Malang aja. Besok pagi bisa langsung kerja di cabang sana kan.” Jawabku.
“Perlu supir kantor gak?” Tanya Pak Alwi lagi.
“Gak perlu lah Pak, semoga belum terlalu malam saya sudah selesai di sini. Jalan santai tiga jam juga sampai kan.” Begitu jawabku.
“Ya Sudah kalau begitu. Jangan terlalu malam dari sininya mas, jalur Kediri Malang masih ada yang rawan.” Begitu tuah Pak Alwi menutup percakapan.
ADVERTISEMENT
Selebihnya, selesai makan siang kami kembali ke kantor, kemudian aku langsung bekerja menyelesaikan tugas.
Iya begitu, rencanaku jam lima sudah selesai pekerjaan, lalu bisa langsung menuju Malang. Tapi ternyata gak berjalan seperti itu, banyak kendala dalam prosesnya, kendala yang mau gak mau harus aku selesaikan hari itu juga.
Jauh di luar rencana, nyaris jam sembilan malam pekerjaan baru tuntas terselesaikan.
***
#4
“Sudah mas, menginap di sini saja. Besok pagi-pagi saja berangkat ke Malangnya.” Begitu kata Pak Alwi, ketika kami sedang sandai beristirahat di depan kantor.
“Saya sudah booking hotel di Malang Pak,sayang kan kalau di-cancel.” Begitu jawabku.
“Ini sudah mau jam sembilan lho, yakin ndak mau disupiri?” Sekali lagi pak Alwi menawarkanku untuk ditemani supir kantor.
ADVERTISEMENT
“Yakin Pak, saya sendiri aja. Ini jam sebelas juga juga bisa sampai Malang kan.” Sekali lagi aku menolak tawaran Pak Alwi.
“Ya sudah kalau begitu. Yang penting hati-hati, jam segini jalanan sudah sepi, kalau mengantuk baiknya menepi.”
“Iya pak, Saya siap-siap dulu ya Pak.” Aku menutup percakapan.
***
#5
Sudah jam sembilan lewat sedikit, setelah selesai dari toilet, aku berpamitan dengan Pak Alwi dan rekan-rekan lainnya, untuk melanjutkan perjalanan dinas ke kota berikutnya, Malang.
Berangkatlah aku..
Kediri ini sebenarnya bukan kota besar, tapi bukan kota kecil juga, sama seperti kota-kota lainnya di Jawa Timur aku menyukai suasananya.
Jadi, jalur yang aku akan lalui adalah Kandangan, Kasembon, Ngantang, Pujon, Batu. Begitu kira-kira. Sebenarnya sudah dua atau tiga kali aku lewat jalur ini sebelumnya, tapi ya itu tadi, sebelumnya selalu dari arah sebaliknya, dari Malang ke Kediri. Baru kali ini harus melakukan perjalanan dari Kediri ke Malang, malam hari pula.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, aku sangat menyukai perjalanan darat bermobil, road trip istilahnya, apa lagi ke tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya. Sejak sekolah dulu aku sudah sering malakukannya bersama teman atau sendirian. Kebetulan yang menyenangkan, akhirnya malah aku mendapatkan pekerjaan yang mengharuskan untuk banyak berkeliling melakukan perjalanan.
Sekadar info, mobil yang aku gunakan kali ini adalah Avanza keluaran terbaru, jadi seharusnya gak akan mengalami kendala mesin, mestinya aku gak akan menemuai masalah selama perjalanan, harusnya seperti itu..
***
#6
Jam sepuluh lewat, ketika aku sudah sampai di wilayah Kasembon.
Mungkin di banyak wilayah lain jam 10 malam masih akan terlihat orang atau kendaraan yang lalu lalang, masih ramai, tapi di kasembon waktu itu sudah sangat sepi. Kendaraanku menembus jalanan sendirian, jalanan banyak bagiannya yang masih pepohonan rindang. Hanya satu atau dua kendaraan yang melintas dari arah berlawanan atau sebaliknya. Benar-benar sepi.
ADVERTISEMENT
Gak terlalu lama, sekitar setengah jam kemudian aku sampai di kota kecil berikutnya, Ngantang.
Di Ngantang ini aku berniat untuk mencari toko atau warung kecil untuk memberli rokok dan minuman, karena kelupaan untuk beli di Kediri tadi.
Niatan untuk berhenti sebentar akhirnya terpenuhi, ketika aku menemukan toko kecil yang masih kelihatan buka, aku parkir tepat di depannya.
Kebetulan, toko kecil ini menjual kopi dan bisa meminumnya di tempat, ada meja sederhana yang disediakan di depan toko. Aku memesan segelas kopi, karena sepertinya mata sudah mulai agak mengantuk.
“Mau ke mana tho Mas ini?” Tanya bapak pemilik toko sambil mengantarkan gelas kopi.
“Malang Pak, ada pekerjaan di sana, hehe.” Jawabku cengengesan.
ADVERTISEMENT
“Oh begitu. Mas-nya dari mana?” Tanya beliau lagi.
Lalu aku menceritakan semuanya, kalau aku dari Jakarta dan sedang ada tugas kerja di Jawa timur, kemudian Bapak ini menemaniku meminum kopi. Karena aku memang orangnya suka berbincang ditambah bapak pemilik toko juga sangat ramah dan menyenangkan jadilah kami berbincang seru.
***
#7
“Harusnya Mas tadi bermalam di Kediri saja tadi. Jalan menuju Pujon Batu sangat sepi Mas, jalannya berliku naik turun, harus sangat berhati-hati.” Begitu ucap Bapak itu di tengah perbincangan.
“Iya pak, tadi teman kantor juga bilang begitu. Tapi gak apalah, saya akan hati-hati pak,” Jawabku.
“Bukan mau menakut-nakuti, di sana sering terjadi kecelakaan. Baru seminggu yang lalu ada kendaraan yang isinya bapak dan anaknya, kecelakaan di pujon situ. Dua-duanya meninggal.” Kembali bapak itu mengingatkan.
ADVERTISEMENT
Agak seram mendengarnya, karena tahu kalau jalanan yang akan aku lalui nanti memang cukup menantang, banyak belokan tikungan, tanjakan turunan, membelah perbukitan melintasi hutan. Tapi sudah gak ada pilihan lagi, aku harus terus jalan menuju Malang, gak mungkin balik lagi ke Kediri.
Ya sudahlah, setelah habis beberapa batang rokok dan gelas kopi juga sudah kosong, aku memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Sebenarnya perbincangan yang menyenangkan dengan bapak pemilik toko, tapi sebelum lupa diri aku harus pergi.
“Hati-hati ya Mas.”
“Terima kasih Pak.”
***
#8
Benar adanya, jalanan sangat sepi, hanya sesekali aku melihat kendaraan lain melintas. Sepertinya aku terlalu lama berhenti di toko tadi, jam setengah dua belas ketika aku meninggalkan daerah Ngantang, terlalu malam.
ADVERTISEMENT
Kalau siang hari, jalan ini punya pemandangan yang indah, rindang pepohonan menghiasi udara sejuk pegunungan. Kondisi jalannya tergolong bagus, mulus dan cukup lebar, harusnya gak ada masalah bagi kendaraan jenis apa pun untuk melintasinya. Sekali lagi, jalur ini punya pemandangan bagus, sedap dipandang mata.
Itu kalau siang hari, beda situasinya kalau malam.
Malam hari Jalanan gelap, karena sama sekali gak ada PJU, walau sesekali ada rumah penduduk yang lampunya membantu sedikit penerangan. Pemandangan indah pegunungan sama sekali gak terlihat, hanya barisan rindang pohon yang berdiri tegak di kanan kiri jalan sebagai hiasan malam. Walaupun aku suka berkendara, tetapi nyaliku akan sedikit ciut kalau harus menemui kondisi seperti ini, sendirian.
Aku gak bisa memacu kendaraan dengan cepat, karena memang sudah nyaris tengah malam dan kondisi jalan yang gak terlalu aku hapal juga. Aku semakin berhati-hati lagi dan makin memperlambat laju kendaraan ketika tiba-tiba hujan, rintik turun menyempurnakan udara sejuk di tengah malam buta seperti ini.
ADVERTISEMENT
“Sempurna..” Begitu gumamku sendirian.
Salah, padahal kondisi itu belum sempurna, beberapa menit ke depan aku akan mengalami kejadian yang sepertinya gak akan bisa aku lupakan.
***
#9
Jalanan menuju Pujon ini sangat sepi. Malahan, sudah beberapa menit belakangan aku sama sekali gak melihat ada kendaraan lain, beneran sepi. Hujan yang turun gak lagi terlalu deras, hanya rintik-rintik kecil yang jatuh dari langit. Setelahnya, kabut turun gantian menghiasi, membuat jarak pandang jadi terbatas di semua sisi.
Lampu Avanza yang aku kendarai menjadi satu-satunya sumber cahaya yang menerangi jalan gelap berkabut itu. Udara luar yang dingin membuatku harus mematikan AC dan menyalakan rokok untuk menghangatkan badan, lalu membuka sedikit kaca jendela memberikan jalan untuk asapnya keluar.
ADVERTISEMENT
Gerungan suara mesin mobilku menjadi satu-satunya suara yang terdengar, tape sengaja aku matikan sebelumnya dengan tujuan supaya semakin fokus memperhatikan jalan.
Pohon-pohon besar berdiri di kanan kiri jalan, terkesan angkuh memperhatikan.
Jalan berkelok ke kiri kanan, ditambah tanjakan dan turunan, sebenarnya malah membuat aku menjadi semakin fokus memperhatikan jalan. Tapi ya itu, sudah banyak menit berselang aku gak juga melihat ada kendaraan lain, aneh..
Beneran, sangat sepi, membuat perasaan jadi gak enak.
Nyali mulai goyah di dalam kesendirian, pingin cepat ketemu keramaian.
Dikala ketakutan mulai menyeruak perasaan, melalui kaca spion tiba-tiba aku melihat ada kendaraan mendekat dari belakang.
Sukurlah, akhirnya ada teman..
Teman? Benarkah?
***
#10
Kendaraan yang tiba-tiba muncul di belakang ini berkecepatan nyaris sama denganku, gak terlalu cepat. Lampunya terang membelah kabut tipis jalanan, cukup membuat mataku kasilauan.
ADVERTISEMENT
Pada detik itu, aku masih belum tahu mobil jenis apa di belakangku ini, karena memang sama sekali gelap, ditambah lampu terangnya menghalangi penglihatanku. Tapi yang jelas, kecepatannya konstan, terus menjaga jarak beberapa belas meter di belakang, sepertinya gak ada niat untuk mendahului, dan gak ada niat untuk menjauh juga, tetap terus di posisinya.
“Ah mungkin dia juga gak mau jalan sendirian, mungkin sedang mencari teman.” Begitu pikirku.
Cukup lama mobil itu mengikuti dari belakang, sekitar 10 menit. Sampai akhirnya, aku melihat kalai dia menambah kecepatan, seperti ingin mendahului. Aku gak ada niat untuk menghalangi, lalu memberikan jalan kepadanya untuk mendahului.
Pada saat itulah akhirnya aku tahu mobil jenis apa kendaraan itu.
ADVERTISEMENT
Ketika kami berada dalam posisi sejajar, terlihat jelas kalau itu adalah mobil jenis sedan tahun 90-an akhir, berwarna gelap. Dan ada yang menarik, kaca mobil gak gelap, sangat transparan malah, begitu transparannya sehingga aku bisa melihat ke dalamnya.
***
#11
Aku melihat ada dua orang di dalamnya, kursi belakang kosong.
Seorang bapak berumur menjelang 50 tahun duduk di belakang kemudi, di sebelahnya duduk seorang anak kecil berumur sekitar 12 tahun, sepertinya mereka Bapak dan anak. Aku bisa melihat sedetail itu karena memang kendaraan kami cukup rapat berjajar dan melaju gak terlalu cepat.
Pada akhirnya mereka berhasil mendahului, sekarang aku berada persis di belakangnya.
Sama seperti sebelumnya, ketika sudah di depan mobil ini tetap berjalan konstan, gak menambah kecepatan, dengan begitu aku jadi gak bersusah payah untuk membututi dari belakang.
ADVERTISEMENT
Beberapa menit lamanya kami berjalan beriringan.
Sampai pada saat ketika tiba-tiba sedan itu menambah kecepatannya, aku yang tadinya sudah mulai tenang karena ada teman jadi kaget karena ditinggalkan. Melihat itu, aku pun lantas menambah kecepatan, di tengah kabut yang semakin menebal aku coba untuk mengejarnya.
Ternyata aku gak sanggup, nyaliku gak sebesar sedan itu, yang berani berkecepatan tinggi melewati jalan berkelok ditambah dengan kabut tebal, aku gak berani.
Dapat ditebak, menit berikutnya sedan itu menghilang, ditelan gelapnya kabut malam, kembali aku sendirian.
***
#12
Harusnya aku sudah masuk wilayah Pujon, tapi aku belum juga melihat ada tanda-tandanya. Jalanan masih sangat sepi, kabut semakin menebal. Aku hanya bisa melamun sambil berharap segera melihat ada tanda-tanda kehidupan.
ADVERTISEMENT
Belum, harapanku belum juga terkabul, ketika tiba-tiba mesin mobilku mati..
Iya, mobilku mati, gak tahu apa penyebabnya. Untungnya, dalam keadaam mesin mati aku masih dapat memberhentikannya di pinggir jalan.
Sempurna, aku terdampar di tengah sepinya hutan, di tengah malam.
Beberapa menit aku meratapi nasib.
Semakin sedih saja ketika melihat layar ponsel ada tulisan “No service”, gak ada sinyal.
Seperti yang aku bilang di awal tadi, mobil yang aku kendarai ini mobil keluaran baru, seharusnya mesin gak akan bermasalah, seharusnya.
Ya sudah, walaupun gak tahu akan berbuat apa nantinya, akhirnya aku turun dari mobil, membuka kap mesin untuk memeriksa mesinnya. Di tengah udara dingin berkabut yang aku gak tahu persis di daerah mana, dengan bantuan cahaya dari ponsel aku memeriksa mesin mobil.
ADVERTISEMENT
Kelihatan gak ada yang aneh, gak terihat ada kebocoran oli atau bahan bakar, gak ada asap yang menandakan over heat juga, sepertinya mobil aman, tapi ketika aku coba untuk menyalakan lagi tetap gak bisa.
Hingga akhirnya aku nyaris putus asa..
Belum putus asa, hanya nyaris. Karena ketika sedang melamun meratapi nasib, aku melihat ada lampu kendaraan di depan, beberapa belas meter di depan, gak jauh.
***
#13
Kelihatan ada lampu belakang mobil yang menyala.
Sukurlah..” Dalam hati aku berucap.
Lalu tanpa ragu aku melangkah menuju kendaraan yang saat itu aku belum tahu kendaraan jenis apa, karena masih terhalang gelap dan kabut tipis. Langkahku bersemangat, ada harapan mendapat bantuan dari mobil itu.
ADVERTISEMENT
Karena memang jarak kami gak terlalu jauh, jadi gak terlalu banyak juga aku melangkah untuk mendekat.
Tapi, aku berhenti melangkah, ketika hanya tinggal beberapa meter jarakku dengan mobil sedan itu.
Iya, setelah sudah sangat dekat, aku melihat kalau ternyata itu adalah mobil sedan, sedan berwarna gelap yang tadi terus mengikutiku sebelum mogok. Ternyata sedan ini berhenti juga di pinggir jalan, dengan lampunya yang masih menyala.
Lalu kenapa aku berhenti berjalan?
Bukan hanya berhenti, aku juga berdiri diam tercengang. Kenapa?
Ternyata, penumpangnya sedang berdiri di belakang mobil itu. Berdiri di belakang bagasinya, berdiri menghadapku.
Aku mengenalinya, itu benar seorang bapak dan anaknya, aku melihatnya ketika mereka mendahului tadi, aku masih sangat ingat garis wajahnya.
ADVERTISEMENT
Tapi itu bukan alasan aku berhenti melangkah dan diam ketakutan, aku berhenti karena mereka kelihatan mengerikan. Wajahnya pucat, tubuhnya basah seperti berlumur darah, beberapa bagian tubuhnya terluka.
Dalam pekat kabut aku mundur perlahan, kemudian berlari cepat ke mobil. Setelah sampai, aku lalu menutup kap mesin dan masuk ke dalam mobil. Sedan itu masih berada di tempatnya, gak bergerak sama sekali.
Dalam ketakutan, iseng aku memutar kunci mobil. Sukurlah, mesin menyala dengan sukses, gak ada kendala sedikit pun. Aneh..
Kemudian langsung pergi dari situ, melaju cepat, menuju kota Batu.
***
#14
Singkatnya, akhirnya kengerian berakhir, sekitar jam satu aku sampai di sebuah hotel di batu, Malang.
Aku memarkirkan kendaraan di tempat parkir gak jauh dari lobby, lalu menuju meja resepsionis untuk check in.
ADVERTISEMENT
Setelah proses check in selesai, ada room boy yang akan mengantarku ke kamar.
Nah, dalam perjalanan menuju kamar ini ada pertanyaan room boy yang menyeramkan.
“Maaf Mas, tadi saya di parkiran melihat Mas-nya datang. Keluarganya gak ikut sekalian turun?” tanya si room boy.
“Keluarga yang mana ya Mas?” Jawabku dengan pertanyaan.
“ Tadi saya lihat ada Bapak dan anak kecil duduk di jok belakang mobil Mas-nya.”
Mendengar ucapan room boy itu aku bingung harus menjawab apa.
***
#15
Hai,
Balik lagi ke gw ya, Brii.
Cukup sekian cerita kali ini, sampai jumpa lagi minggu depan.
Jaga kesehatan diri dan keluarga, jangan lupa bahagia.
Salam
~Brii~