Konten dari Pengguna

Pengaruh Sedimentasi dan Pasang Surut Air Laut Terhadap Jalur Pelayaran

Brilliant Danu
Mahasiswa Teknik Kelautan ITS
9 November 2020 18:08 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Brilliant Danu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan negara kepulauan, memiliki lautan luas dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia. Posisi geografis Indonesia sangat strategis karena berada didaerah khatulistiwa, berada di antara dua benua, Asia dan Australia, dan berada di antara dua samudera, Pasifik dan Hindia. Berdasarkan Buku Statistik Indonesia 2018, Indonesia memiliki 16.056 pulau. Di antaranya, membentang berbagai lautan yang luasnya mencapai 3,3 juta kilometer persegi. Di pinggir luar, ada laut yang termasuk zona ekonomi eksklusif dan landasan kontinen dengan luas mencapai 2,9 juta kilometer persegi. Menurut data dari rujukan nasional data kewilayahan Republik Indonesia yang dikerjakan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Pusat Hidrografi dan Oseanografi (Pushidros) TNI Angkatan Laut luas total wilayah perairan mencapai 6,32 km² atau lebih besar dibanding luas daratan yang hanya mencapai 1,905 juta km². Namun sayangnya, pemanfaatan kelautan Indonesia ternyata masih kurang. Hingga tahun 2018, potensi ekonomi di kelautan Indonesia hanya memberikan kontribusi di bawah 30% untuk PDB Nasional. Oleh karena itu, Presiden Jokowi merencanakan konsep Poros Maritim Dunia (PMD) sebagai fokus pengembangan Indonesia. Poros maritim dimaksudkan untuk mewujudkan konektivitas antar pulau sehingga arus pergerakan barang dan jasa selalu berjalan baik sehingga dapat tercipta kesejahteraan atau data juga diartikan menggunakan laut sebagai penggerak utama ekonomi Indonesia. Selain itu diperlukan juga keselamatan pada setiap kapal yang bersandar di pelabuhan untuk melakukan aktivitas bongkar muat dan perdagangan. Salah satu upaya untuk mewujudkan keselamatan pelayaran adalah analisis pasang surut air laut dan sedimentasi di wilayah perairan Indonesia. Terlepas dari permasalahan diatas, apakah pembaca mengetahui apa itu sedimentasi dan pasang surut air laut?
ADVERTISEMENT
Sedimentasi adalah proses pengendapan material hasil erosi di tempat tertentu. Materi yang mengendap dapat disebabkan oleh berbagai hal, misalnya materi terbawa angin, aliran air, atau gletser. Kemudian, bahan atau material yang mengendap tersebut akan menyatu, lalu membentuk jenis batuan baru yang disebut dengan batuan sedimen. Sedangkan Pasang surut air laut merupakan fenomena naik turunnya muka air laut secara periodik akibat adanya gaya pembangkit pasang surut yang utamanya berasal dari gaya tarik bulan dan matahari (Hutabarat, 2006). Fenomena pasang surut air laut diketahui dapat membangkitkan arus laut yang disebut dengan arus pasang surut (Kramadibrata, 1985). Arus pasang surut disebabkan oleh fenomena pasang surut yang dapat beruah sesuai dengan tipe pasang surut tersebut, sehingga arus pasang surut dapat memiliki tipe diurnal dimana dalam satu hari terdapat satu kali perubahan arus dan dapat memiliki tipe semi diurnal dimana dalam satu hari terdapat dua kali perubahan arus. Pada saat pasang, arus pasang surut mengirim air dari laut menuju perairan pantai, sedangkan pada saat surut mengirim air dari perairan pantai menuju ke laut lepas. Sirkulasi air akibat arus pasang surut dapat membawa material sedimen yang terkandung di perairan tersebut, sehingga pola arus pasang surut di suatu perairan akan mempengaruhi pola transport sedimen di perairan tersebut. Proses sedimentasi atau pengendapan di suatu perairan dapat menimbulkan permasalahan, jika proses sedimentasi terjadi di perairan pelabuhan. Hal ini dikarenakan penumpukan endapan dapat mengurangi kedalaman perairan yang dapat menyebabkan kapal karam jika kedalaman perairan tersebut tidak lagi sesuai dengan draft kapal. Oleh karena itu, perlu adanya pengetahuan tentang hal tersebut. Dalam membangun jalur pelayaran memerlukan data hidrooseanografi, yang meliputi batimetri (kedalaman), pasang surut, besar dan arah arus, serta topografi bawah laut. Alur pelayaran berfungsi untuk mengarahkan kapal yang akan masuk ke kolam pelabuhan. Alur pelayaran dan kolam pelabuhan harus cukup tenang terhadap pengaruh gelombang dan arus. Kedalaman alur pelayaran ditentukan oleh muka air surut (Gambar 7). Survei pelayaran berguna karena kapal yang berlayar dipengaruhi oleh faktor-faktor alam seperti angin, gelombang, dan arus yang dapat menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada badan kapal. Faktor tersebut semakin besar apabila pelabuhan terletak di pantai yang terbuka ke laut dan begitupun juga sebaliknya (Diposaptono, 2007).
Gambar 7. Muka air laut surut untuk jalur pelayaran (Triatmodjo, 2003)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar 7. Muka air laut surut untuk jalur pelayaran (Triatmodjo, 2003)
Survei pasang surut berguna untuk pelayaran karena kapal-kapal memerlukan kedalaman air yang sama dengan syarat (draft) kapal ditambah dengan suatu kedalaman tambah. Kedalaman air untuk pelabuhan didasarkan pada frekuensi kapal-kapal dengan ukuran tertentu yang masuk ke pelabuhan. Jika kapal-kapal terbesar masuk ke pelabuhan hanya satu kali dalam beberapa hari, maka kapal tersebut hanya boleh masuk pada waktu air pasang sedangkan kapal-kapal kecil harus dapat masuk ke pelabuhan pada setiap saat. Gelombang menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada kapal dan bangunan pelabuhan. Untuk itu perlu survei arah dan tinggi gelombang menuju pantai, arah dan kecepatan arus untuk menghindari gangguan gelombang tersebut. Pada perancangan kolam pelabuhan, pasang surut digunakan ketika kegiatan bongkar muat barang, pengisian ulang bahan bakar dan air bersih. Parameter yang digunakan dalam penentuan perencanaan kolam pelabuhan adalah elevasi muka air laut rencana berdasarkan muka air surut (Gambar 8).
ADVERTISEMENT
Gambar 8. Kedalam kolam pelabuhan (Triatmodjo, 2003)
Perencanaan pemecah gelombang (Break Water) juga memerlukan informasi pasang surut dan arus laut sekitarnya. Pemecah gelombang adalah salah satu bangunan pantai yang berfungsi memecah energi gelombang dengan maksud untuk melindungi pantai, kolam pelabuhan, dan fasilitas pelabuhan lain dari gangguan gelombang yang dapat mempengaruhi keamanan dan kelancaran aktivitas di pelabuhan. Dimensi tinggi dan tebal Pemecah Gelombang / Break Water ditentukan oleh elevasi muka air pasang (Gambar 9).
Gambar 9. Break water kubus beton (Triatmodjo, 2003)