Cerita Feri Soemantri, Seniman Sepeda dari Bandung yang Go Internasional

Brilliant Dimas
Mahasiswa Jurnalistik dari Universitas Padjadjaran
Konten dari Pengguna
30 April 2021 20:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Brilliant Dimas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Feri Soemantri dengan sepeda karyanya. (Dokumentasi Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Feri Soemantri dengan sepeda karyanya. (Dokumentasi Pribadi)
ADVERTISEMENT
Hampir semua manusia di dunia pasti pernah menaiki sepeda. Berhasil menaiki sepeda dapat dibilang merupakan tahap pertama kita menjadi dewasa. Saat kita kanak-kanak, berhasil mengendarai sepeda roda dua dapat memberikan rasa yang luar biasa. Setelah semua jerih payah kita agar dapat menyeimbangkan sepeda, itulah kebahagiaan yang kita rasakan ketika kita akhirnya dapat bersepeda roda dua. Rasanya seperti kita sudah dapat melakukan segalanya.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, sepeda pun menjadi sahabat terbaik kita. Kita membawanya kemana-mana. Ketika kita disuruh untuk pergi ke warung oleh orang tua, ketika kita bermain di sore hari dengan teman sebaya, hingga ketika kita marah dan tidak ingin di rumah. Kita dengan sepeda sangat sulit untuk berpisah.
Untuk sebagian orang, mereka sama sekali tidak dapat berpisah dengan sepeda. Seperti contohnya adalah Feri Soemantri, seorang pesepeda yang beraliran bikepacker sekaligus penemu Kompi 7s dan MVCorp Bandung. Ketika ditemui di kediamannya di Cibaduyut, Feri sangat antusias untuk menjelaskan kisah cintanya dengan dunia sepeda.
Feri mulai mendalami dunia olahraga sepeda sejak tahun 2011 dalam usianya yang saat itu sudah 46 tahun, sepeda yang pertama ia pakai adalah jenis MTB (Mountain Bike) atau sepeda gunung. Kemudian ia mencoba lagi sepeda jenis Road Bike atau sepeda jalanan. “Road bike itu adalah jenis sepeda yang sering dipakai untuk lomba seperti Tour De France, dulu saya beri nama ‘Si Biru’” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Awal Mula Bangkitnya Bikecamping
Tak lama kemudian pada tahun 2012 mulai bermunculan komunitas sepeda touring dengan bangkitnya sepeda produksi indonesia yang bermerk “Federal”. Sampai akhirnya muncul komunitas sepeda se Indonesia yang bernama MTBFI (MTB Federal Indonesia). Setelah itu muncul juga chapter-chapter di kota besar, seperti contohnya Jakarta, Jogjakarta, dan juga Bandung.
“Pada tahun 2012 juga, diadakan lah Jambore Nasional MTBFI pertama di kota Jogja. Baru setelah itu saya berusaha menghadiri acara itu dengan gowes dari Bandung ke Jogja. Waktu itu saya berangkat 5 sepeda dengan rute Bandung-Purwokerto-Dieng-Wonosobo-Jogja. Kurang lebih 500-600 km ditempuh dalam waktu 6 hari.“
Lalu pada tahun 2014, dikarenakan komunitas sepeda di Bandung merupakan salah satu yang terbesar di Indonesia, Bandung pun terpilih menjadi tuan rumah Jambore Nasional MTBFI yang kedua. Feri pada saat itu termasuk salah satu panitia penyelenggara.
ADVERTISEMENT
“Pada saat itu kita menggunakan konsep Bikecamping. Sampai sekarang Bikecamping menjadi tren para penggemar sepeda touring.” tuturnya.
Setelah kesuksesan acara Jambore Nasional MTBFI 2014 tersebut, Feri pun memiliki inisiatif untuk membentuk sebuah komunitas yang mempersatukan para pesepeda berdomisili di Bandung yang berminat di sepeda touring. Nama komunitasnya adalah Kompi 7S.
Semenjak dibentuk, Kompi 7S sering menghadiri acara bikecamping di berbagai kota. “Setiap tahun, kami mengadakan perjalanan touring berbagai kota diantaranya Bandung, Jogja, Dan ke Bromo, yang merupakan destinasi idaman para pesepeda touring.”
Olahraga Sambil Berjelajah Dengan Harga Murah
Menurut Feri, menjadi seorang bikepacker, atau orang yang mengikuti bikecamping, tidak memerlukan biaya yang mahal. Hal ini dikarenakan komunitas bikepacker disambut oleh para penduduk setempat. Feri mengatakan “Dengan kita bersepeda jarak jauh, kita akan menemukan sesuatu yang lain, karena setiap tempat yang kita singgahi sambutan sangat luar biasa. Gausah sibuk penginapan, bisa di rumah penduduk.”
ADVERTISEMENT
Sementara itu persiapan yang diperlukan untuk menjadi bikepacker hanyalah sepeda dan peralatan untuk perjalanan jauh seperti tenda, tas sepeda, spion sepeda, dan uang sekitar 100 ribu rupiah per hari. Feri mengatakan “Sebelum perjalanan, mapping dulu yang akan dilalui. Menandai titik checkpoint yang akan disinggahi. Biasanya di masing-masing titik checkpoint tersebut sudah ada komunitas sepeda yang menyambutkan. Jadi biayanya tidak akan mahal”
Menjadi Seniman Sepeda
Salah satu sepeda karya Feri Soemantri. (Dokumentasi Pribadi)
Seiring dengan bertambahnya usia Feri, pada tahun 2018 ia mencoba sesuatu yang beda. Yaitu mencoba touring dengan sepeda tipe minivelo. Ia mencoba minivelo melalui rute Blitar-Malang-Bromo- Surabaya. Ternyata, bagi Feri ada sensasi tersendiri ketika menggunakan sepeda minivelo.
“Ternyata lebih enak dan lebih nyaman. Pada waktu itu sepeda minivelo yang saya gunakan merupakan sepeda custom.” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Atas masukan dari teman-teman, Feri pun diminta untuk coba membuat sendiri sepeda minivelo tersebut. Pada 2018, Pak Feri mulai mencoba memberanikan diri membuat frame sepeda kustom untuk jenis sepeda minivelo. Pertama, Feri hanya membuatnya untuk kalangan di Kompi 7s Bandung.
“Tapi setelah itu ternyata animonya luar biasa, akhirnya saya menerima pesanan dari komunitas sepeda seluruh Indonesia. Diantaranya pesanan dari Jambi, Pontianak, Banjarmasin, Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, Kupang. Lalu saya beri nama merk MVCorp Bandung.” Feri juga mengklaim bahwa dirinya telah mendapat pesanan dari luar negeri, mulai dari negara-negara sekitar Asia hingga Eropa.
Tak hanya menjadi pesepeda, kini Feri juga merangkap menjadi perintis, atau saya sebut seniman, sepeda minivelo melalui pabriknya yang berlokasi di Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung. Banyak sepeda minivelo yang digunakan oleh pesepeda di sekitar Indonesia dibuat asli dari Bandung, oleh Feri Soemantri.
ADVERTISEMENT
Sepeda minivelo karya Feri dapat dikatakan sebagai kanvas untuk Pak Feri berkreasi. Melihat hasil karyanya yang ia unggah di instagram pribadinya yaitu @ferisoemantri18, hampir semua sepedanya unik. Mulai dari sepeda bertuliskan lirik lagu The Beatles hingga bentuk kerangkanya yang tidak biasa.
Sepeda Sebagai Wadah Untuk Membangun Relasi
Menurut Feri, komunitas sepeda merupakan tempat untuk membangun koneksi. Mengapa demikian? Karena anggotanya berasal dari berbagai umur, tempat, dan juga profesi.
“Di Bandung komunitas sepeda sudah banyak, salah satu yang terbanyak malahan. Termasuk juga para pengguna sepeda lipat pun ikut menjadi bikepacker.”
Bersepeda pada saat ini semakin menjadi tren. Semakin banyak komunitas sepeda yang bermunculan. Untuk kedepannya, Pak Feri berharap olahraga bersepeda semakin berkembang dan semakin bertambah penggiatnya. “Karena disamping sehat, juga mengurangi polusi.” tutupnya.
ADVERTISEMENT
Kisah Feri tentu dapat menjadi inspirasi. Yang awalnya hanya masukan teman, Dirinya berhasil mengubah suatu hobi dan menjadikannya sebagai sebuah karya seni yang menjadi sumber penghasilan dirinya, bahkan hingga Go Internasional. Menurut saya, sosok seperti Feri inilah yang diperlukan untuk memajukan UMKM Kreatif di Indonesia.
Narasumber: Feri Soemantri