Konten dari Pengguna

Gen Z: Generasi "Pemalas"?

Bryan Jonathan Kwee
Nama saya Bryan Jonathan Kwee, seorang murid yang kini menduduki kelas 12 di SMA Citra Berkat. Sayaa ingin terus belajar dan melakukan kegiatan yang berguna baik bagi diri maupun orang lain.
15 Januari 2025 9:11 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bryan Jonathan Kwee tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dihasilkan oleh ChatGPT: Gen Z yang malas
zoom-in-whitePerbesar
Dihasilkan oleh ChatGPT: Gen Z yang malas
ADVERTISEMENT
Waktu terus berjalan, generasi dari generasi terus lahir untuk melanjutkan jenjang karya bangsa sebelumnya. Banyak yang bilang kalau generasi zaman sekarang itu generasi yang kreatif karena mereka lahir di zaman teknologi, tapi banyak juga yang bilang bahwa mereka adalah generasi yang “Pemalas”, suka kabur dari tugas atau bahkan tanggung jawab. Tapi apakah hal tersebut hanyalah sekedar stereotip atau sebenarnya memang ada fakta di balik pernyataan itu? Mari kita simak lebih lanjut, siapa sih sebenarnya Gen Z itu?
ADVERTISEMENT

Apa sih Gen Z itu?

Gen Z atau biasanya disebut dengan "Zoomers" adalah generasi yang lahir pada tahun 1997 hingga 2012. Mereka yang lahir pada tahun itu sering disebut dengan Zoomers karena kelahiran mereka sepadan dengan perkembangan teknologi yang pesat. Fenomena ini lah memaksakan Gen Z untuk beradaptasi dengan lingkungan yang serba teknologi. Jika diklasifikasikan berdasarkan umur, kini Gen Z berada dikisaran 12 hingga 27 tahun. Berdasarkan Queros, Gen Z mewakili sekitar 32% dari populasi global, lebih tinggi dibanding generasi lainnya untuk sekarang.

Kenapa “Pemalas”?

Sebenarnya mereka bukanlah pemalas, melainkan mereka berbeda dari generasi sebelumnya jika membicarakan work ethic mereka. Menurut data dari Udemy, platform yang menyediakan berbagai kursus dalam bentuk video interaktif dan video tutorial lainnya, Gen Z merupakan generasi yang bahkan paling termotivasi untuk belajar dibanding generasi sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Dunia berubah seiring berjalannya waktu dan kita tidak dapat lagi menyamakan work ethic mereka dengan orang-orang pada generasi sebelumnya. Perbedaan persepsi inilah yang menyebabkan munculnya stereotip Berikut alasan mereka sering disebut sebagai “Pemalas”:

Mengutamakan Work-Life Balance

sumber: https://pin.it/5MN1CIlhB
Tahukah kalian bahwa Gen Z menjadi salah satu generasi yang lahir di masa-masa terburuk? Zaman telah berubah, dunia telah mengalami banyak permasalahan baik secara ekonomi, politik, maupun sosial. Apalagi pada tahun 2019 kita dilanda dengan pandemi covid-19. Pandemi ini menyebabkan penurunan kualitas hidup pada Gen Z secara drastis. Akibatnya, kini lebih dari 42% dari Gen Z tercatat memiliki masalah mental health.
Nah meskipun begitu, mereka sebenarnya sadar akan isu tersebut. Itulah mengapa kebanyakan dari mereka mulai sadar akan pentingnya Work-Life Balance.
ADVERTISEMENT
Work-Life Balance adalah keadaan di mana seseorang mampu membagi waktu dan energi secara proporsional antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, termasuk keluarga, hobi, kesehatan, dan waktu istirahat. Work-Life Balance ini penting karena teknik ini menjamin kesehatan mental dari kebanyakan orang terutama Gen Z yang rentan terhadap masalah mental health.
Namun biasanya Gen Z yang mengutamakan Work-Life Balance ini sering dilihat oleh masyarakat sebagai alasan untuk menjadi malas-malasan. Padahal tidak semua Gen Z yang mengutamakan Work-Life Balance adalah orang yang malas. Work-Life Balance ini merupakan salah satu bentuk perjuangan terhadap mental healthnya mereka.

Quiet Quitting Dalam Dunia Kerja

sumber: https://media.graphassets.com/resize=fit:crop,width:1280,height:660/ayhpPPAjSIugSXJ5nQO2
Quiet Quitting ini merupakan istilah yang baru yang dinarasikan oleh Tiktoker asal Amerika yakni @zaidleppin. Quiet Quitting memiliki arti yaitu sebuah sikap yang timbul dari seseorang untuk berhenti melakukan pekerjaan lebih. Sebenarnya para Gen Z melakukan Quiet Quitting ini dengan alasan karena lingkungan tempat kerja mereka pada saat itu tidak memadai kebutuhan mental health mereka.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya mental health tetapi Gen Z pada zaman sekarang sudah pintar ketika memilih pekerjaan juga. Mereka tahu ketika perusahaan mulai memberikan mereka beban yang berlebihan tanpa adanya kenaikan gaji. Akibatnya mereka yang jenuh akan perlakuan ini akan melakukan Quiet Quitting. Gen Z pun rela untuk berbicara dengan atasannya jika mereka memang tahu bahwa kerjaan mereka sudah terlalu banyak.
Sebenarnya melakukan Quiet Quitting ini tidak ada salahnya sama sekali. Namun ketika Gen Z berhenti untuk memberikan effort yang lebih dalam perusahaan itu, ia akan memiliki kesulitan untuk naik pangkat dan mendapatkan gaji yang lebih tinggi lagi.

Mengubah stigma “Pemalas”

Jadi ketika kalian lain kali diajak untuk bekerja sama dengan seorang Gen Z, jangan langsung melabeli mereka dengan “Pemalas”. Setiap generasi memiliki tantangannya sendiri. Bagi Gen Z ini, tantangan terbesar mereka adalah mendapat keseimbangan antara dunia kerja dan mental health mereka.
ADVERTISEMENT
Dari pada terus mengkritiki Gen Z, ada baiknya kita ambil sisi positif dari Gen Z. Sebab tidak semua orang Gen Z pemalas, mereka adalah generasi yang paling kreatif dan pekerja keras pada kondisi yang tepat. Berilah mereka sedikit harapan dalam dunia ini.