Konten dari Pengguna

MBG: Solusi atau Tantangan?

Alex binter naibaho
mahasiswa, universitas kristen Indonesia
14 April 2025 16:17 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alex binter naibaho tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi foto makan bergizi.freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi foto makan bergizi.freepik.com
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa bulan terakhir, program Makan Bergizi Gratis (MBG) telah menjadi salah satu kebijakan unggulan pemerintah yang mendapatkan banyak perhatian. Dengan tujuan memberikan asupan gizi yang cukup kepada anak-anak, khususnya di daerah dengan kondisi ekonomi yang sulit, kebijakan ini dianggap sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kesehatan dan prestasi belajar. Namun, di balik niat baik tersebut, muncul pertanyaan kritis: apakah program MBG benar-benar menjawab kebutuhan anak-anak secara menyeluruh? Saat ini, belum sedikit laporan yang menyoroti manfaat positif program MBG. Banyak sekolah yang berhasil menyalurkan makanan bergizi ke kantin atau langsung ke meja siswa, membantu mengurangi angka gizi buruk. Bagi orang tua yang terkadang tidak memiliki kemampuan untuk menyediakan makanan bergizi setiap hari, MBG hadir sebagai secercah harapan. Dengan adanya makanan gratis yang kaya akan nutrisi, diharapkan anak-anak bisa lebih fokus belajar dan tumbuh dengan sehat. Program ini juga diharapkan bisa memperkecil kesenjangan sosial yang terjadi antara daerah perkotaan dan pedesaan. Namun, di balik semua manfaat tersebut, ada berbagai tantangan yang tidak bisa diabaikan. Pertama, distribusi gizi gratis yang belum merata masih menjadi isu serius. Beberapa daerah, terutama di wilayah terpencil, masih mengalami kendala dalam mengakses pasokan makanan berkualitas. Kondisi ini disebabkan oleh infrastruktur yang terbatas dan kurangnya tenaga kerja yang kompeten untuk mengelola distribusi makanan secara efisien. Akibatnya, anak-anak di daerah-daerah tersebut masih berisiko mengalami kekurangan gizi, padahal mereka adalah target utama dari program MBG. Selanjutnya, kualitas makanan yang disediakan juga perlu mendapat perhatian serius. Di beberapa sekolah, ada keluhan mengenai kebersihan dan kualitas makanan yang disajikan. Meskipun gratis, tidak menutup kemungkinan adanya kurangnya standarisasi dalam hal penyajian makanan, yang pada akhirnya justru bisa berdampak negatif bagi kesehatan anak. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan evaluasi berkala dan pelatihan untuk pengelola program, agar kualitas makanan selalu terjaga dan benar-benar memenuhi standar gizi yang dibutuhkan anak. Selain masalah distribusi dan kualitas, sosialisasi mengenai manfaat MBG juga harus ditingkatkan. Banyak masyarakat yang masih kurang memahami tujuan dari kebijakan ini. Tanpa adanya pemahaman yang benar, kepercayaan masyarakat terhadap program MBG bisa menurun, bahkan bisa saja menimbulkan persepsi negatif. Peran media dan tokoh masyarakat sangat penting untuk mengedukasi publik mengenai manfaat jangka panjang dari pemberian gizi gratis, tidak hanya untuk kesehatan, tetapi juga untuk peningkatan prestasi akademik anak. Meski kebijakan MBG memiliki berbagai tantangan, semangat dan niat baik untuk menciptakan kondisi yang lebih baik bagi generasi penerus tetap harus diapresiasi. Program ini adalah langkah awal yang harus terus disempurnakan dengan memperhatikan dinamika lokal dan masukan dari semua pihak yang terlibat. Tentu, keberhasilan MBG tidak bisa diukur hanya dari seberapa banyak makanan yang dibagikan, melainkan dari bagaimana anak-anak yang menerima makanan tersebut tumbuh dengan sehat dan memiliki kesempatan yang sama untuk meraih masa depan cerah. Di era yang serba cepat dan penuh tantangan ini, program MBG mengingatkan kita bahwa mencerdaskan anak tak lepas dari pemenuhan gizi yang memadai. Ke depan, diharapkan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dapat lebih ditingkatkan sehingga setiap anak, tanpa kecuali, dapat merasakan manfaat secara optimal. Kunci utamanya adalah evaluasi yang berkelanjutan serta komitmen bersama untuk selalu memperbaiki dan menyempurnakan kebijakan demi tercapainya generasi yang lebih sehat, cerdas, dan siap bersaing di masa depan.
ADVERTISEMENT
Penulis:Alex Binter Naibaho