Konten dari Pengguna

Miskonsepsi Pembelajaran Berdiferensiasi yang Wajib Diketahui

Budi Ediya
Guru Ekonomi dan PKWU di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi, Hobby Desain PowerPoint, Ketua PD IGI Kota Sukabumi,
30 Agustus 2023 18:31 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Budi Ediya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mengunjungi lokasi dalam salah satu proses pembelajaran. Sumber: Koleksi Photo milih Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Mengunjungi lokasi dalam salah satu proses pembelajaran. Sumber: Koleksi Photo milih Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah hal baru dalam dunia pengajaran dan pendidikan namun saat ini semakin banyak dipraktekkan dan dikembangkan oleh satuan pendidikan. Namun, masih ada beberapa miskonsepsi tentang pembelajaran berdiferensiasi yang terjadi di sekolah. Miskonsepsi pembelajaran berdiferensiasi dapat diartikan sebagai salah pengertian atau kesalahpahaman mengenai konsep pembelajaran berdiferensiasi.
ADVERTISEMENT
Seorang Guru yang efektif selalu memberikan pengajaran dengan merespons untuk kebutuhan bersama dan individu muridnya. Pada saat yang sama, beberapa praktik pembelajaran yang dilaksanakan mengungkapkan bahwa diferensiasi itu tidak dipahami dengan baik atau diterapkan secara konsisten dan bijaksana, terlepas dari tingkat kelas, mata pelajaran, atau konteks pengajaran.
Dengan kata lain, banyak guru menyadari perlunya pembelajaran berdiferensiasi; namun hanya sebagian guru telah dilengkapi dengan pemahaman yang jelas tentang bagaimana melakukannya dengan baik.

Apa itu pembelajaran berdiferensiasi?

Membedakan pengajaran berarti “mengguncang” apa yang terjadi di kelas sehingga siswa memiliki banyak pilihan untuk menerima informasi, memahami gagasan, dan mengekspresikan apa yang mereka pelajari.
Menurut Tomlinson dalam bukunya The Differentiated Classroom Responding to the needs of all learners, menuliskan sebagian besar dari apa yang dilakukan guru di kelas mereka dipandu oleh filosofi pengajaran dan pembelajaran mereka sendiri. Diferensiasi bekerja dengan baik di kelas di mana keyakinan tertentu memotivasi mengapa, apa, dan bagaimana pendekatan guru dalam merencanakan dan merespons perbedaan siswa.
Pembelajaran berdiferensiasi dengan mengunjungi lokasi. Sumber: Photo koleksi milik Pribadi
Menurutnya, empat prinsip tentang kemampuan dan potensi semua siswa, dan tentang peran dan tanggung jawab semua guru, mewakili asumsi guru di kelas yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Empat prinsip tersebut yakni, keberagaman adalah hal yang normal dan bernilai; setiap anak mempunyai kapasitas belajar yang tersembunyi dan luas; Tanggung jawab guru adalah menjadi engineer keberhasilan siswa; dan Pendidik harus menjadi juara bagi setiap siswa yang memasuki pintu sekolah.
Keempat keyakinan ini meletakkan dasar filosofis agar diferensiasi dapat mengakar. Sangat mudah untuk membayangkan diferensiasi diterapkan di kelas oleh seorang guru yang menganut keyakinan ini.
Sebaliknya, sulit membayangkan diferensiasi diterapkan di kelas ketika seorang guru meyakini bahwa keberagaman tidak diinginkan atau merupakan gangguan; bahwa beberapa anak dapat belajar namun yang lain tidak; bahwa keberhasilan siswa ditentukan oleh faktor-faktor di luar kendali guru; atau bahwa beberapa anak tidak dapat dijangkau atau diajar.
ADVERTISEMENT
Melakukan pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain.
Contoh Pembelajaran berdiferensiasi sesuai dengan minat Murid. Sumber: Photo koleksi milik Pribadi
Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak.
Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan.
Bukan... Guru tentunya bukanlah malaikat bersayap atau Superman yang bisa ke sana kemari untuk berada di tempat yang berbeda-beda dalam satu waktu dan memecahkan semua permasalahan.
Pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan Murid. Sumber: Photo koleksi milik Pribadi
Para guru di ruang kelas yang berbeda memahami bahwa peran mereka ada batasnya, namun mereka yakin bahwa mereka mempunyai kekuatan dan tanggung jawab untuk mempengaruhi pertumbuhan semua anak di ruang kelas yang berbeda.
ADVERTISEMENT

Miskonsepsi dan Kebenaran

Ada beragam definisi dan keyakinan tentang diferensiasi, termasuk miskonsepsi (kesalahpahaman) tentang apa yang dimaksud dengan diferensiasi dan apa yang bukan.
Berikut ini menunjukkan beberapa kesalahpahaman tersebut, beserta kebenaran yang bersifat korektif:
Pembelajaran berdiferensiasi dengan memberikan kebebasan kepada Murid untuk membuat sebuah produk. Sumber: Photo Koleksi milik Pribadi
ADVERTISEMENT
Ketika guru melakukan diferensiasi, mereka melakukan penyesuaian proaktif terhadap konten, proses, dan produk, sesuai dengan pola kesiapan belajar murid, minat murid, dan profil belajar murid.
Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).